Langkah ke-371 Turun Dari Tahta Bermain Istri Tercinta?
Dari semua bidang ekspansi Gu Zhengting, hanya sektor keuangan dan properti yang tidak tersentuh.
Beberapa tahun terakhir dengan perkembangan pesat ekonomi nasional, harga properti juga terus meroket. Gu Zhengting berencana merambah bisnis properti untuk mendapat bagian. Lahan di sebelah barat kota menjadi proyek pertama Grup Gu dalam ekspansi ke properti, dengan mengerahkan sumber daya finansial, material, dan SDM besar-besaran untuk memastikan keberhasilan pengambilalihan lahan tersebut.
Rencana pembukaan bisnis properti Grup Gu ini justru hendak direbut oleh Su Nanfeng, seolah ingin menekan habis-habisan dominasi Grup Gu...
Pembatalan pertunangan antara Keluarga Su dan Gu merupakan keputusan sepihak Su Nanfeng. Secara logika, setelah "bertindak semaunya" seperti ini, seharusnya dia memberi kelonggaran kepada Keluarga Gu sebagai bentuk penyesalan. Mengapa justru melakukan sebaliknya?
——Motivasi Su Nanfeng tentu tidak dipahami oleh Wu Yuxuan. Sikap "tidak tahu balas budi"-nya ini sepenuhnya demi dirinya, untuk memperjuangkan secercah harapan di hadapan ayahnya agar dia bisa berdiri setara di sampingnya secara sah dan terhormat sebagai istri!
Rapat yang berlangsung dari pukul tiga sore hingga sekitar tujuh malam ini hampir mencapai empat jam. Kepala para peserta mulai pening. Su Nanfeng mencubit pelipisnya, lalu menutup laptop. "Cukup sampai sini. Urusan lain kita bahas besok. Hari ini semua sudah bekerja keras. Suruh Xiao Hou cari tempat hiburan yang bagus untuk kalian. Nanti tagihannya bisa direimburse."
Para karyawan bersorak gembira. Salah seorang langsung mengusulkan, "Tuan Su, bagaimana kalau ikut serta? Kurang seru tanpa Kehadiran Anda."
“Tidak, istri di rumah sangat ketat mengatur, jadi tidak bisa pergi.”
Karyawan-karyawan:...
Sementara Wu Yuxuan di samping semakin...
Anehnya, meski jadi kambing hitam, kenapa Wu Yuxuan malah merasakan manisnya sampai terasa lengket di hati.
Su Nanfeng meletakkan laptopnya kembali di meja kerja, berjalan memutar kursi putar untuk mengambil setelan jasnya. Malam musim dingin yang dingin, ia menyampirkan jas di bahu Wu Yuxuan, lalu langsung mengangkatnya dengan pelukan putri tanpa basa-basi.
Wu Yuxuan sama sekali tidak menyangka Su Nanfeng akan memeluknya di depan banyak karyawan. Seketika ia merasa malu, menyembunyikan wajahnya di lekukan bahunya sambil berbisik, "Ada orang... jangan begini..."
Karyawan lain pun tertegun. Bukankah ini CEO Su yang biasanya dingin? Apa dia mulai turun dari altar untuk memanjakan istri?
Hei, jangan salah, lihatlah CEO Su sekarang. Ada aura budak istri yang terpancar kuat.
...Mau makan-minum apa lagi? Sudah kenyang dengan semangkuk besar 'makanan anjing'!!
Su Nanfeng bertindak sepenuhnya sesuai kehendaknya, tak peduli pandangan orang. Perilaku yang dianggap aneh oleh karyawan, baginya justru wajar. Kalau bukan pada istrinya, pada siapa lagi dia harus baik?
Ia menggendong Wu Yuxuan menuju garasi, menidurkannya perlahan di kursi penumpang. Mengekang sabuk pengamannya, "Kalau ngantuk, tidurlah dulu. Sampai rumah kubangunkan."
“Ketika Su Nanfeng duduk di kursi pengemudi, ia tidak langsung menyalakan mobil. Alih-alih, dia mengambil ponsel dan menelepon Nyonya Chen untuk memintanya menyiapkan makanan lebih awal, sehingga saat dia dan Wu Yuxuan pulang, mereka bisa langsung makan tanpa harus menunggu.”
Wu Yuxuan berkata: “Kalau kamu terus begini, aku benar-benar akan jadi sampah.”
“Tapi sampah itu harus milikku.”
Sial... Dirayu lagi!!
Makhluk seperti Su Nanfeng ini benar-benar terlalu berbahaya.
Setelah makan malam, Su Nanfeng menyuruh Wu Yuxuan mandi duluan. Rambut panjangnya yang masih basah terurai di bahu. Melihat itu, wajahnya langsung muram. Jarinya menunjuk ke ranjang, “Duduk yang benar! Kamu sudah jadi ibu, jangan berperilaku seperti anak kecil.”
Meski ucapan mengomelnya lancar, tubuhnya dengan jujur... mencari pengering rambut, memasang kabel, mengatur suhu, lalu dengan hati-hati mengeringkan rambutnya.
Angin hangat dari pengering rambut berdesir, menghangatkan sampai ke relung hati Wu Yuxuan. Karena bosan duduk, awalnya dia ingin membahas rencana Su Nanfeng merebut tanah dari Gu Zhengting, tapi akhirnya urung mengatakannya.
Wu Yuxuan adalah Gu Jingwei yang sesungguhnya, bagian dari Keluarga Gu. Tentu dia berharap Grup Gu bisa berkembang perlahan, sehingga almarhum kakeknya bisa beristirahat dengan tenang di alam baka. Tapi bagaimanapun dia telah meninggalkan keluarga Gu. Sekalipun ingin ikut campur urusan Grup Gu, Gu Zhengting pasti tak akan memberinya kesempatan.
Kalau sudah begini, biarkan saja mengalir secara alami.
Tapi mengingat gaya bertindak Gu Zhengting, Su Nanfeng mungkin juga tidak akan mudah jika ingin merebut dengan paksa.
Su Nanfeng melihat Wu Yuxuan terlihat sangat banyak pikiran, bertanya: "Memikirkan apa?"
Wu Yuxuan sedikit panik dalam hati, "Tidak、tidak memikirkan apa-apa..."
"Hm?" Nada suara yang sedikit dinaikkan menunjukkan ketidakpuasannya.
Wu Yuxuan mengarang alasan: "Tiba-tiba ingin makan bakso daging di bawah perusahaan itu."
Su Nanfeng: "..."
Su Nanfeng membantu Wu Yuxuan mengeringkan rambutnya, berulang kali mengingatkannya untuk tidur cepat, ibu hamil harus memiliki jadwal tidur teratur dan semacamnya, terus-menerus mengingatkan seperti nenek-nenek cerewet.
Telinganya sudah kapalan karena nasihat itu, dengan patuh ia berbaring di ranjang, lalu melihat Su Nanfeng mengambil jaket dan kunci mobil, buru-buru bertanya: "Kau mau kemana?"
"Membeli bakso daging."
Giliran Wu Yuxuan: "..."
Wu Yuxuan menghentikannya: "Aku tiba-tiba tidak ingin makan lagi."
“...”
Pada akhirnya, Su Nanfeng tetap pergi membelinya untuk berjaga-jaga.
Saat dia kembali, sudah jam tiga lebih tengah malam, melihat wanita kecil itu tertidur lelap, tidak berani menyalakan lampu, perlahan masuk ke kamar dengan cahaya ponsel.
Su Nanfeng sering memperhatikan wajah tidur Wu Yuxuan, kombinasi fitur wajahnya memberikan kesan menakjubkan sekilas, tapi juga enak dipandang lama, namun saat tidur dia selalu mengerutkan kening, dia tahu itu karena ada beban di hatinya.
Sejak mengenalnya hingga kini bersiap memasuki gerbang pernikahan, ia tak pernah bisa menembus isi hati wanita ini. Pikirannya pun dihantui rasa kekecewaan.
Tapi tak mengapa, masih banyak waktu di depan untuk membuatnya perlahan bercerita tentang segala rahasia hatinya.
Su Nanfeng meletakkan kotak makanan dengan lembut di meja samping tempat tidur. Setelah melepas sepatu, tubuh kekarnya merebah di ranjang. Saat mendekati tubuhnya, ia merasakan sang wanita mengkerut ketakutan. Dengan sigap pria itu bangkit.
Sebelumnya ia sempat keluar, membawa hawa dingin malam yang masih melekat di jasnya.
Su Nanfeng mandi air hangat setelah mengganti pakaian. Saat keluar, ia melihat kamar tidur diterangi lampu temaram. Wanita kecil itu sedang duduk di kursi tepi ranjang, menyantap roti dan kue yang dibawanya. Gerakan mulutnya mengunyah makanan persis seperti tikus rakus, sungguh menggemaskan.
Sorot mata Su Nanfeng memancarkan kelembutan bak aliran air, menyelimuti sosok mungil bajo sinar kuning lampu. "Apa aku membangunkanmu?"
Mendengar suara itu, Wu Yuxuan mengangkat pandangan. Tatapan mesra pria itu terjawab dengan ucapannya: "Aroma makananlah yang membangunkanku."
Su Nanfeng duduk di tepi ranjang paling dekat dengan Wu Yuxuan. Baru saja ia duduk, secuil kue sudah menyentuh bibirnya. "Cicipilah, rasanya luar biasa," bisik wanita itu.
Pria itu membuka mulut, menggigit potongan kue itu. Dengan sengaja, giginya menjerat jari-jari mungilnya, membuat sang wanita secara refleks menarik tangan dengan kaget.
Sudut mulutnya menggantungkan senyum kepuasan yang samar.
