Bab 380: Dia Memutus Semua Jalan Mundurnya

　　　　Bab 380 Dia Memutus Semua Jalan Mundurnya 　　　　Wu Yuxuan tidak menyukai perasaan tak berdaya ini, tapi dia tak tahu siapa yang bisa dimintai tolong. Perkataan Lin Qiuwan benar, dengan kekuatan sendiri mustahil melawan Gu Zhengting. Mereka juga telah memblokir Su Nanfeng – satu-satunya harapannya – saat menculik nenek. 　　　　Dia terbaring sendirian dalam selimut, kamar tidur gelap gulita. Kegelapan itu menyamai jalan di depannya: jurang menganga tanpa cahaya penuntun. 　　　　Wu Yuxuan meringkuk seperti bola, seolah pose ini bisa mengurangi luka. Dia tak bisa membiarkan nenek dalam bahaya, tapi juga tak mau mengkhianati cinta Su Nanfeng. 　　　　Bagaimana... Bagaimana... Bagaimana... 　　　　Hanya tiga kata itu yang bergema di benaknya. 　　　　Air matanya membasahi sprei. Dia tahu tangisan tak menyelesaikan masalah, tapi kini hanya ini yang bisa dilakukan – menyerah pada banjir air mata. 　　　　Menangis sampai tertidur, bangun lalu menangis lagi. Matanya perih, pandangan kabur oleh derai air mata. 　　　　Ding! 　　　　SMS masuk. Tangan Wu Yuxuan meraba-raba kasur sebelum menemukan ponsel. Pesan MMS dari Gu Zhengting. 　　　　Setelah melihat nama pengirim, Wu Yuxuan langsung terduduk dari ranjang. Ia membuka isi MMS itu: tak ada teks sama sekali, hanya sebuah foto yang menampilkan neneknya. 　　　　Gu Zhengting, Gu Zhengting... 　　　　Emosi Wu Yuxuan hancur. Dengan tangan gemetar, ia menelepon ponsel Gu Zhengting. Begitu tersambung, ia langsung berteriak: "Gu Zhengting, jangan sakiti nenekku..." 　　　　Yang terdengar di seberang: "Maaf, nomor yang Anda tuju sedang dimatikan. Silakan coba lagi nanti..." 　　　　！！！ 　　　　Gu Zhengting benar-benar kejam. Dengan mengancam nyawa nenek, ia memaksa Wu Yuxuan memilih di antara dua pilihan. Pikiran Wu Yuxuan kacau, tak tahu harus memutuskan apa. 　　　　Mengapa semua orang jahat ini selalu mengancam orang-orang yang ia sayangi? Tak bisakah mereka langsung menyerangnya saja... 　　　　Ia tak boleh terus menangis. Meski matanya sembab, itu tak menyelesaikan masalah. Wu Yuxuan bangkit, merias wajah tipis untuk menutupi bekas air mata, lalu naik taksi langsung menuju vila keluarga Gu. 　　　　Ia harus bertemu Gu Zhengting. 　　　　Namun saat tiba di vila keluarga Gu, penjaga keamanan di gerbang kawasan vila menghentikannya. Tanpa izin pemilik dalam, mustahil baginya masuk. 　　　　Selain itu, penjaga itu memberi tahu Wu Yuxuan bahwa seluruh anggota keluarga Gu Zhengting sedang berlibur dan tak ada di rumah. 　　　　Berlibur... 　　　　Liburan hanyalah dalih. Menghindarinya seperti ini jelas karena tak ingin bertemu. Ia bertindak terlalu kejam, tak memberi sedikit pun celah untuk bernapas. 　　　　Wu Yuxuan melihat tampilan waktu di layar ponselnya, waktu yang tersisa sebelum janji dengan Gu Zhengting tinggal kurang dari sepuluh jam. 　　　　Dengan terpaksa, Wu Yuxuan kembali ke vila untuk merencanakan langkah selanjutnya. Ia mondar-mandir di halaman dengan perasaan gelisah, namun tak kunjung menemukan strategi yang lebih baik. 　　　　Sepertinya benar-benar harus meminta bantuan Su Nanfeng. 　　　　Berjudi? 　　　　Masalah berjudi atau tidak ini membuat Wu Yuxuan bergulat hampir dua jam lebih, akhirnya memutuskan untuk mengambil risiko! 　　　　Ia harus percaya pada kemampuan Su Nanfeng, pasti ada cara untuk menghentikan tindakan gila Gu Zhengting sebelum menyakiti neneknya. 　　　　Dengan tekad bulat, Wu Yuxuan menghubungi nomor telepon Su Nanfeng dan memintanya kembali untuk berdiskusi. 　　　　Beberapa detik menunggu sambungan terasa menyiksa, namun yang terdengar justru pesan bahwa ponselnya berada di luar jangkauan. 　　　　？？？ 　　　　Wu Yuxuan mencoba menelepon lagi, hasilnya sama - di luar jangkauan. 　　　　Kini hatinya yang baru tenang mulai panik. Lebih dari sepuluh kali mencoba menghubungi Su Nanfeng, tetap tidak tersambung. 　　　　Wu Yuxuan tidak bisa diam lagi. Ia menghubungi Xiao Hou, tapi hasilnya sama. Pasti ulah Gu Zhengting di belakang layar. 　　　　Terpaksa ia pergi ke perusahaan untuk mencarinya. Resepsionis mengatakan Su Nanfeng tidak masuk seharian... 　　　　Hatinya semakin terasa berat. 　　　　Wu Yuxuan menghubungi semua kenalan yang bisa diingatnya satu per satu. 　　　　Su Ming... Yang mengangkat telepon adalah Tang Xiaoyu, dan Tang Xiaoyu sama sekali tidak memberikan kesempatan pada Wu Yuxuan untuk berbicara, langsung mengatakan Su Ming tidak ada. 　　　　Xu Yu... Asistennya mengatakan Xu Yu pergi melakukan kunjungan medis, tidak akan kembali dalam waktu dekat. 　　　　Lin Ci, Su Nanjing... Tidak dapat dihubungi... 　　　　Dia menghubungi semua nomor yang tersimpan di ponselnya satu per satu, respons yang diterima hanyalah ketidakhadiran atau sama sekali tidak tersambung. 　　　　Pada titik ini, Wu Yuxuan akhirnya benar-benar menyadari - ini semua perbuatan Gu Zhengting! 　　　　Gu Zhengting telah memutus semua jalan mundurnya sejak memutuskan menculik neneknya, memaksanya harus patuh pada perintahnya. 　　　　Secara permukaan Gu Zhengting memberi pilihan, tapi sebenarnya sama sekali tidak memberikan kesempatan memilih. 　　　　Wu Yuxuan panik tak tahu harus berbuat apa, ponselnya kembali menerima MMS berisi foto nenek dari Gu Zhengting yang terus mengingatkannya: orang terpentingnya ada di genggamannya. 　　　　A Feng, kau di mana, di mana kau sebenarnya? Cepatlah kembali, aku tidak sanggup lagi... 　　　　Dia nyaris gila karena tekanan Gu Zhengting. Dalam emosi, tidak sengaja menyenggol vas hingga pecah berantakan. Setelah beberapa saat, tiba-tiba ia menyadari: Ke mana Nyonya Li dan Nyonya Chen di rumah? 　　　　Wu Yuxuan memanggil beberapa kali, tapi tidak ada jawaban dari Nyonya Li atau Nyonya Chen. Seketika ia paham - pasti lagi ulah Gu Zhengting. 　　　　Serangan Gu Zhengting ini adalah strategi yang sempurna, tidak ada yang terlewat dari perhitungannya. 　　　　Wu Yuxuan tergeletak lemas di sofa ruang tamu, hanya suara dari televisi yang menemani. Dia memeluk bantal guling, menelepon Su Nanfeng berulang kali sambil terus menerima MMS dari Gu Zhengting yang dilengkapi foto neneknya... 　　　　Perut Wu Yuxuan keroncongan. Meski tak nafsu makan, demi anak dalam kandungan dia harus memaksakan diri. Sambil meneguk obat penguat yang disiapkan ahli atas permintaan Su Nanfeng, air matanya terus mengalir. Tetesan air mata itu jatuh ke dalam ramuan obat, mengubah rasa manis khas ramuan itu menjadi getir. 　　　　Setelah makan, Wu Yuxuan mengirim SMS balasan ke Gu Zhengting: "Mari kita bicara." 　　　　Tak lama setelah SMS terkirim, ponsel Wu Yuxuan berdering. Di layar tampak jelas nama Gu Zhengting sebagai penelepon. 　　　　Dengan cepat dia menggesek tombol penerimaan, langsung berteriak: "Gu Zhengting, aku tahu apa yang kau inginkan! Segala penghinaanmu bisa kutahan, tapi kenapa kau perlakukan nenekku seperti ini? Kau tahu dia sudah tua, tak kuat menerima siksaan! Kejam sekali hatimu!" 　　　　Dari ujung telepon terdengar suara Gu Zhengting tertawa sinis, "Wu Yuxuan, sudah kubilang - aku punya seratus cara untuk menghancurkanmu." 　　　　Gu Zhengting terus mendesak, seolah kemenangan sudah di genggamannya! 　　　　Gu Zhengting mengingatkanku lagi: "Jangan buatku menunggu lama, kesabaranku tipis!" 　　　　Kemudian, telepon kembali ditutup. 　　　　Dengan cara ini Gu Zhengting menyiksaku. Dia ingin menghancuskan harga diriku sepenuhnya, memaksaku tunduk padanya.