Setelah tiba di Kabupaten Shiyuan, Chen Ningde—Kepala Divisi Pengelolaan Budaya Biro Purbakala—langsung membawa tim teknisi ke lokasi. Beberapa ahli melakukan verifikasi awal dan menyimpulkan: area ini kemungkinan besar merupakan situs makam Dinasti Han dengan struktur pemakaman tinggi. Hasil survei menunjukkan makam tersebut telah mengalami kerusakan sebagian akibat aktivitas pertanian, pembuatan sumur, dan aksi pencuri makam.
Dengan mengabaikan Tahun Baru Imlek, mereka segera darurat mengerahkan personel untuk membentuk tim arkeologi guna melakukan penggalian perlindungan.
Pada saat ini, Barulah Biro Purbakala Provinsi mendapat kabar, mengetahui bos mereka sudah berada di Kabupaten Shiyuan. Perasaan campur aduk dan cemas menyelimuti mereka. Baru sekarang pihak Biro Provisi menyadari sepertinya melewatkan panggilan telepon penting. Mereka segera mengumpulkan personel dan bergegas menuju Shiyuan.
Setiba di Kabupaten Shiyuan, hal pertama yang dilakukan adalah menyampaikan permintaan maaf kepada Lu Shouyan.
Menanggapi hal ini, Lu Shouyan hanya berkata datar: "Tahun Baru Imlek, wajar saja. Bisa dimengerti."
Staf Biro Provinsi menghela napas, diliputi rasa bersalah. Mereka segera mengakui kesalahan, lalu segera terjun ke pekerjaan.
Dari survei awal terungkap, di area selatan Guawangzhuang terdapat makam kuno besar dari Dinasti Han. Makam ini telah mengalami kerusakan akibat gempa masa lalu dan beberapa kali dibobol pencuri makam.
Segera setelah kesimpulan ini keluar, dengan persetujuan Biro Purbakala Nasional, Tim Pimpinan Penggalian Makam Kuno Shiyuan resmi dibentuk. Museum Provinsi, Komite Budaya Provinsi, dan Balai Budaya Kabupaten Shiyuan mengerahkan tenaga ahli untuk melakukan penggalian perlindungan.
Begitu masalah ini terjadi, Biro Pariwisata Provinsi langsung bergerak. Laporan yang semula harus ditulis Lu Shouyan pun tidak perlu lagi dibuat. Tim investigasi langsung datang ke Kabupaten Shiyuan untuk mempelajari lanskap alam dan budaya setempat.
Selama beberapa hari berturut-turut, Lu Shouyan menerima tamu dari Biro Kebudayaan Pusat dan Biro Pariwisata Provinsi. Gelombang demi gelombang kunjungan menghasilkan janji-janji baru. Sebelum Festival Lampion tiba, pola pengembangan Kabupaten Shiyuan sudah hampir final.
Pada fase ini, seluruh staf di kompleks kantor kabupaten memandang Lu Shouyan dengan rasa kagum. Mereka yang mengira dia hanya anak bangsawan yang mencari popularitas, kini mengakui kemampuan tanpa ragu.
Kebetulan Chu Wan baru akan mulai kuliah setelah Festival Lampion, jadi dia ikut serta dalam tim penggalian arkeologi. Keikutsertaannya ini menambah pengalaman praktisnya.
Sementara Yi Tiesheng langsung berangkat ke Shanxi. Tugasnya adalah mengangkut kembali koleksi tembikar tiruan berkualitas tinggi peninggalan Wang Yongqing.
Chu Wan membahas rencana ini dengan Lu Shouyan.
Untuk mengangkut sesuatu kembali, harus ada mobil dan surat pengantar, kalau tidak, seandainya ditahan di jalan karena tuduhan spekulasi ilegal, langsung disita, itu bakal masalah besar.
Chu Wan berkata: "Pokoknya, kamu harus cari cara, bantu kami menyelesaikan masalah ini."
Setelah mendengar penjelasan Chu Wan, Lu Shouyan berpikir sejenak: "Baik, akan kusampaikan pada Kakakmu."
Pekerjaan Lu Shoujian memang ada kaitannya dengan bidang ini.
Dia melanjutkan: "Soal barang-barang itu, karena ada ratusan keping, tidak cocok disimpan di Keluarga Yi agar tidak menimbulkan masalah. Begini saja, kucarikan gudang untuk disimpan atas nama pribadi, dibungkus dan disegel. Kamu bisa ambil saat diperlukan."
Chu Wan mendengarkan dengan puas. Pengaturan ini menghilangkan beban pikiran belakangnya.
Melihat ekspresi senangnya, Lu Shouyan berkata datar: "Ke depannya untuk hal seperti ini, bicarakan dulu denganku. Jangan sudah berdiskusi sendiri, baru minta bantuan saat butuh."
Chu Wan segera menghibur: "Itu kan pembicaraan sebelum Tahun Baru! Aku datang ke sini merayakan tahun baru, begitu melihatmu, hatiku sudah dipenuhi olehmu, mana sempat ingat hal begini!"
Lu Shouyan: "Ucapanmu memang manis di telinga."
Chu Wan tersenyum: "Ini semua kata-kata tulus! Bersamamu, hatiku hanya memikirkanmu, mana ada waktu untuk urusan kacau begini! Sudah-sudah, cepatlah atur baik-baik, aku mau berdiskusi dengan Kakak Tiesheng tentang detail operasionalnya. Urusan ini rumit!"
Baru selesai bicara, dia sudah berlari menghilang.
Lu Shouyan diam-diam memandangi sosok yang menjauh darinya sejenak, baru kemudian pergi ke unit kerja dan menelepon kakaknya Lu Shoujian untuk menyampaikan hal ini.
Setelah mendapat panggilan dari Lu Shoujian, segalanya cepat disetujui. Chu Wan memberikan penjelasan yang jelas pada Yi Tiesheng, yang kemudian bersiap kembali ke Beijing untuk menemui Lu Shoujian.
Tapi pengangkutan dari Shanxi butuh tenaga manusia untuk penggalian, biaya transportasinya juga besar. Chu Wan tidak punya cukup uang tunai. Buku tabungannya disimpan di Beijing, di Kabupaten Shiyuan juga tidak bisa mengambil uang. Akhirnya dia memutuskan untuk mengambil buku tabungan itu dan menyuruh Yi Tiesheng membawanya ke Beijing untuk diambil.
Dia mengobrak-abrik koper mencari buku tabungan, tapi setelah lama mencari, tak kunjung menemukannya.
Ketika Lu Shouyan pulang, dilihatnya Chu Wan sedang bingung berjongkok di antara tumpukan baju dan buku.
Dia mengangkat alis: "Lagi cari apa?"
Chu Wan: "Kamu lihat buku tabunganku? Aku yakin menyimpannya di dalam baju ini, kok sekarang hilang."
Lu Shouyan: "Bukannya waktu itu kamu yang membereskan baju-baju ini?"
Chu Wan: "Iya, terus?"
Dengan ekspresi tak berdaya, Lu Shouyan menjawab: "Barang-barangmu sendiri berantakan, tergeletak sembarangan. Aku yang membereskannya, disimpan di kotak kayu berlapis kulit sapimu itu."
Chu Wan tersadar, lalu menjelaskan: "Aku menyuruh Kakak Tiesheng pergi ke Shanxi, berencana memberikan buku tabungan padanya agar lebih mudah."
Lu Shouyan mengangguk: "Ya."
Chu Wan membuka kotak kayu berlapis kulit, menemukan beberapa barang kecil tersimpan rapi. Selain buku tabungan, ternyata ada kantong brokat peninggalan Kakek Buyut untuknya.
Ia memegang kantong brokat itu sambil menghela napas: "Sebenarnya aku sangat penasaran ada apa di dalamnya."
Lu Shouyan yang sedang merapikan baju menoleh: "Apa itu?"
Chu Wan menjelaskan secara singkat. Meski di kehidupan ini Kakek Buyut tak sempat berpesan, ia menganggap itu sebagai kewajiban yang seharusnya diucapkan.
Ia menambahkan: "Kurasa mungkin tidak ada isinya. Ini hanya harapan dan semangat dari Kakek Buyut, agar aku merasa selalu ada yang mendukung di saat susah."
Lu Shouyan menatap kantong brokat itu beberapa saat, lalu mengangguk: "Mungkin begitu."
Dia melanjutkan: "Kalau begitu, simpan baik-baik dulu. Mungkin suatu hari nanti kamu ingin membukanya, silakan lihat isinya."
Chu Wan: "Ya."
Sambil berkata demikian, dia pun menyimpan kembali kantong brokat itu dengan rapi.
Saat akhirnya semua barang sudah selesai dirapikan, Lu Shouyan tiba-tiba berkata: "Kalau butuh uang, ingat untuk memberitahuku."
Chu Wan menatapnya. Sorot matanya datar, terkesan sangat santai.
Tiba-tiba dia menyadari sesuatu.
Sebenarnya dia selalu enggan terlalu banyak melibatkan urusan keuangan dengannya. Meski senang menerima uang saku untuk biaya hidup darinya, tapi untuk urusan bisnis masa depan, dia tidak mau menggunakan uangnya.
Dalam hal ini, hubungannya dengan Yi Tiesheng justru lebih cair. Dia bisa langsung menyerahkan buku tabungannya kepada Yi Tiesheng dan membiarkannya mengatur semuanya.
Sedangkan dengan Lu Shouyan justru terasa lebih kaku. Dia pasti tidak akan mau melihat buku tabunganku, dan aku pun enggan menggunakan tabungannya.
Ia pun agak berusaha menyenangkan: "Bukannya kemarin kamu bilang makanan kantin unitmu cukup enak, hari ini aku mau makan di kantinmu!"
Lu Shouyan mengangkat alis: "Kenapa tiba-tiba kepikiran itu?"
Chu Wan tersenyum: "Cuma pengin makan bareng kamu, kalau makan sama kamu jadi lebih lahap!"
Ekspresi Lu Shouyan sedikit melunak, meski tetap datar: "Kini tahu caranya menghiburku."
Chu Wan: "Lalu, berhasilkah usahamu itu?"
Lu Shouyan: "Cuma satu kalimat, menurutmu cukup?"
Chu Wan menahan tawa: "Kalau gitu nanti kubanyakin bicara?"
Lu Shouyan: "Saat butuh bantuanku, mulutmu semanis madu."
Chu Wan: "Yah, tersenyumlah dong!"
Melihat sikapnya yang jarang merendah, Lu Shouyan berkata: "Wan-wan, aku tidak marah, juga tidak sampai kesal karena ini."
Chu Wan menatap penuh kecurigaan: "Jujur?"
Lu Shouyan: "Lihatlah sorot mata kecilmu itu, pantaskah aku marah?"
Dia terdiam sejenak, baru berkata: "Tiesheng orangnya baik, langkahnya mantap, sejak kecil selalu memperhatikanmu. Ke depannya kamu pasti butuh orang yang benar-benar paham seluk beluk untuk membantumu. Kalau dia, aku justru merasa santai."
Chu Wan menangkap makna tersirat dari kata "sejak kecil": "Kamu dulu sudah kenal dia?"
Lu Shouyan mengangguk: "Dulu waktu ke Yongling, pernah bertemu. Bukankah ada masa dia tinggal di rumahmu?"
Chu Wan: "Enggak lama juga, cuma sekitar setahun."
Lu Shouyan: "Iya, setahun. Dia mengajakmu jalan-jalan, menemanimu menghafal pelajaran, baguslah."
Chu Wan memandangnya diam-diam.
Ia tak menyangka pria ini mengingat detail seperti itu.
Waktu itu ia mengabaikan Lu Shouyan, malah selalu dekat dengan Yi Tiesheng, memanggilnya Kakak Tiesheng, apapun dilakukan bersama.
Lu Shouyan berhenti sejenak: "Wan-wan, hal ini tidak perlu dibahas lagi, bukan perkara penting."
Chu Wan tetap membisu.
Tiba-tiba ia menyadari, selama ini ia menganggap hubungannya dengan Yi Tiesheng bukanlah cinta asmara, melainkan lebih ke ikatan keluarga. Namun sebenarnya, antara dirinya dengan Lu Shouyan pun awalnya juga mengandung banyak unsur kekeluargaan.
Dalam hal ini, kepercayaan Lu Shouyan adalah satu hal, namun rasa cemburu adalah hal yang sama sekali berbeda.
Di ranah ikatan keluarga, bahkan sepenuhnya beralasan baginya untuk terus memendam rasa tak puas.
Ini persis seperti caranya ia cemburu pada keponakan perempuannya.
Lu Shouyan: "Wan-wan?"
Chu Wan: "Aku ingin memberitahumu, bagiku, Kakak Tiesheng sangat penting. Ia adalah teman dan kakakku, juga partner masa depanku."
Lu Shouyan: "Ya?"
Chu Wan: "Tapi kau dan dia berbeda, selamanya berbeda."
Lu Shouyan menatapnya dengan tatapan mantap.
Chu Wan: "Pasangan hidup adalah pasangan hidup, teman ya tetap teman. Aku memisahkan ini dengan jelas, seperti caraku memisahkan uang keluarga dan modal bisnis."
Sorot mata Lu Shouyan berbinar hangat: "Wan-wan, aku paham maksudmu."
Ucapannya sederhana, namun beberapa kalimat itu telah menjelaskan segalanya dengan tuntas.
Sebenarnya yang penting bukan menjelaskan, dia juga tidak memerlukan penjelasannya, tapi fakta bahwa dia secara tegas mengangkat masalah ini dan menyatakan bahwa dirinya sebagai pasangan suami-istrinya adalah yang paling khusus, itu sudah cukup baginya.
Chu Wan melanjutkan: "Suatu hari, bahkan jika aku harus tidur di ranjang yang sama dengannya karena keadaan memaksa, hubungan kami tetap jujur dan terbuka, tidak akan terjadi apa-apa."
Lu Shouyan mendengarkan, menatapnya lama, tiba-tiba berkata: "Baik, suatu hari nanti jika kau memakai bajunya, aku juga tidak akan keberatan."
Chu Wan mengerutkan bibir tersenyum, menatapnya bertanya: "Kalau baju pria lain?"
Lu Shouyan mengangkat alis, balik bertanya: "Sekarang kau sudah berpikir untuk memakai baju pria lain?"
Yi Tiesheng kembali ke Beijing terlebih dahulu, mengambil uang dan menemui Lu Shoujian di Beijing, baru kemudian pergi ke Shanxi. Sementara Chu Wan tetap tinggal sementara di Kabupaten Shiyuan.
Chu Wan sangat menyukai hari-harinya di Kabupaten Shiyuan. Meski Lu Shouyan sibuk, dia tetap mengurus makan minumnya. Tanpa beban pikiran, Chu Wan menikmati kebebasannya.
Kini dia pergi ke kabupaten mencari Lu Shouyan, sepanjang jalan mendapat pandangan kagum. Saat makan di kantin, sesekali terdengar bisikan orang: "Itu dia, terlihat muda kan? Kelihatan seperti gadis kecil, ternyata pasangan suami-istri Sekretaris Lu, lulusan pascasarjana Universitas Jing yang ahli arkeologi. Harta karun yang ditemukan di Shiyuan ini juga hasil temuannya!"
Orang-orang penasaran dan mulai menyelidiki, tentu saja banyak yang bertanya berapa usianya, kok bisa terlihat begitu muda.
Ditanya begitu, Chu Wan teringat sesuatu. Sebulan lagi KTP-nya akan genap 20 tahun, sudah waktunya mendaftarkan pernikahan. Kalau tidak, status mereka secara hukum tidak diakui sebagai pasangan suami-istri.
Pulang ke rumah hari itu, Chu Wan membahas hal ini dengan Lu Shouyan: "Kamu sekarang sibuk sekali, apakah masih punya waktu kembali ke Beijing untuk urusan pernikahan?"
Lu Shouyan memandangnya, menjawab: "Justru karena sibuk sekarang, aku sengaja mengosongkan waktu nanti untuk merayakan ulang tahunmu di Beijing sekaligus mengurus surat nikah."
Dia berhenti sejenak, berkata: "Saat kita mendaftarkan pernikahan, mari rayakan sedikit di rumah. Ini juga bisa dianggap sebagai rencana besar."
Chu Wan sebenarnya tidak terlalu mempersoalkan: "Tidak usah terburu-buru. Menurutku jadwal kerjamu terlalu padat. Setelah urusan ini selesai, baru kamu kembali ke Beijing untuk mengurus prosedurnya."
Lu Shouyan: "Ya, tunggu sampai periode sibuk ini berlalu. Nanti kita lihat pengaturan konkritnya."
Chu Wan: "Setuju."
Lu Shouyan: "Dua hari ini, bukankah kamu harus kembali? Sekolah akan segera mulai kan?"
Chu Wan: "Benar. Sebenarnya awalnya aku ingin tinggal lebih lama untuk memantau perkembangan penggalian kali ini sebagai pengalaman. Tapi kabarnya Profesor Yue berencana mengajak kami menghadiri rapat laporan kerja penggalian arkeologi yang cukup penting. Nanti kita lihat situasinya - setelah rapat, jika ada waktu, aku akan kembali lagi."
Tentu jika ada urusan lebih penting di kampus, mungkin tidak akan kembali.
Lu Shouyan mengangguk: "Baik. Nanti akan kusuruh mobil mengantarmu kembali."
Chu Wan: "Tidak perlu. Aku bisa naik kendaraan umum sendiri."
Lu Shouyan melanjutkan: "Besok Festival Yuanxiao, unit kerja kami ada acara malam Yuanxiao. Houtian akan kuantar kamu pulang."
Suaranya datar, tapi Chu Wan bisa merasakan ketidakrelaan dalam ucapannya. Ia pun menjawab: "Ya, baik."
Di hari Festival Yuanxiao tersebut, Lu Shouyan berangkat ke unit kerja lebih pagi. Di hari libur seperti ini, dia justru lebih sibuk dari biasanya.
Chu Wan semakin menyadari, tak mudah menjadi pejabat kecil seperti dirinya.
Sekilas teringat kehidupan sebelumnya, pantas saja di masa depan dia bisa mencapai posisi tinggi. Tak mungkin hanya mengandalkan latar belakang keluarga, harus melalui perjuangan dan akumulasi sendiri sedikit demi sedikit.
Chu Wan sendiri tak ada kegiatan. Malas bekerja, enggan ke lokasi penggalian, hanya membaca buku dan bersantai di rumah.
Siang hari makan di kantin unit kerja mereka, lalu jalan-jalan sambil merencanakan pulang ke rumah.
Tak disangka baru saja keluar dari kantin kompleks kantor, Wang Huijuan datang tergopoh-gopoh: "Rekan Chu! Rekan Chu! Ada masalah buruk, sepertinya usaha kita sia-sia!"
Dia berlari tergesa-gesa seperti angin, rambut pendeknya berkibar-kibar, begitu melihat Chu Wan langsung berseru gegabah.
Teriakannya itu membuat banyak orang di sekitar menoleh.
Kini Chu Wan cukup terkenal di kompleks kantor instansi.
Chu Wan menatap Wang Huijuan dengan santai: "Rekan Wang, ada apa yang terjadi?"
Wang Huijuan: "Tim penggalian sudah menggali beberapa hari ini, semua lokasi ekskavasi yang ditentukan sudah digali, tapi sama sekali tidak ada temuan, di bawahnya kosong melompong!"
Chu Wan: "Maksudmu kosong bagaimana?"
Wang Huijuan: "Barang-barang arkeologi kalian - keramik, guci tembikar, barang kuburan, peti mati - sama sekali tidak terlihat! Orang-orang bilang ini makam Dinasti Han, seharusnya ada isinya. Masa iya makam Han bisa hancur jadi lumpur semua? Sekarang tim penggalian juga bingung, terus menggali sampai dalam-dalam, tapi tidak ada hasil!"
Chu Wan: "Siapa saja anggota tim penggalian yang bertugas hari ini?"
Karena tim penggalian terdiri dari beberapa unit kerja yang berbeda - ada Kepala Biro Purbakala Provinsi, penanggung jawab Komite Pengelolaan Budaya Provinsi, perwakilan Departemen Propaganda Kabupaten Wang Huijuan, Kantor Pengelolaan Budaya Kabupaten, serta Sekretaris Partai Desa - struktur yang kompleks ini tak terhindarkan menciptakan persaingan diam-diam untuk merebut kredit prestasi.
Wang Huijuan: "Ada Kepala Departemen Hu dari Biro Purbakala Provinsi, tim propaganda Kabupaten kami, dan Sekretaris Desa!"
Chu Wan langsung paham setelah mendengar ini.
Laporan penemuan makam kuno yang langsung disampaikan Lu Shouyan ke Biro Purbakala Nasional membuat Biro Provinsi baru tahu setelah tim nasional datang. Seandainya ini pejabat biasa, pasti ada rasa ketidakpuasan. Tapi dengan latar belakang Lu Shouyan yang berani bertindak seperti ini, Biro Provinsi terpaksa menerima.
Meski menerima, konflik internal di biro tersebut tetap ada. Beberapa pihak ingin menjatuhkannya lebih dalam atau sengaja membuat keributan, bereaksi berlebihan terhadap isu kecil bagai angin menerpa rumput.
Ia tersenyum ringan: "Baik, mari kita lihat."
Saat itu, kebetulan Lu Shouyan dan beberapa pemimpin kabupaten baru saja memasuki mekanik. Para pemimpin tersebut langsung menyapa Chu Wan dengan antusiasme khusus.
Lu Shouyan menyapu pandangannya ke Wang Huijuan: "Kepala Departemen Wang, ada masalah apa?"
Wang Huijuan gemetar melihat kehadiran Lu Shouyan, namun tetap menjawab: "Bukankah hari ini pihak Biro Purbakala mengatakan, setelah menggali beberapa hari dan membuka beberapa kotak ekskavasi, mereka hanya menemukan pecahan tembikar sporadis, tidak ada barang berharga yang ditemukan. Apa ini tidak bermasalah?"
Mendengar ini, para pemimpin kabupaten langsung siaga: "Bagaimana mungkin? Ini sudah diverifikasi oleh Biro Purbakala negara bahwa ada makam kuno di bawah. Kalau belum ketemu, gali lebih dalam lagi! Mustahil tidak ditemukan!"
Mereka sama sekali tidak memahami alasan yang jelas dibalik ini, namun mendengar kabar tersebut langsung panik.
Bagaimanapun, Kabupaten Shiyuan kini sudah menjadi sorotan di provinsi. Seluruh provinsi memantau penemuan arkeologi besar di Shiyuan ini. Jika makam kuno ini berhasil digali, museum kabupaten akan langsung memiliki bahan pameran. Makam tersebut juga bisa dijadikan objek wisata. Dengan begitu, Kabupaten Shiyuan akan benar-benar bertransformasi - perlakuan dan sumber daya yang diterima akan berbeda sama sekali.
Semua harapan kejayaan bergantung pada makam kuno ini. Kalau sekarang bilang di sini sama sekali tidak ada makam kuno, bukankah itu seperti lelucon?
Wang Huijuan mengeluh: "Bukan saya yang bilang, Kepala Departemen Hu dari Biro Purbakala Provinsi yang menyatakan. Ada banyak tenaga ahli dari berbagai unit kerja di lokasi. Kita sudah menggali terus tapi tidak kunjung menemukan apa-apa."
Perkataannya ini membuat para pimpinan komite kabupaten menoleh ke arah Lu Shouyan.
Seluruh proyek ini dari awal sampai akhir didorong oleh Lu Shouyan. Semua koordinasi dengan Biro Purbakala Nasional juga ditanganinya. Para anggota lain hanya ikut numpang nama. Kini mendengar proyek ini gagal, wajar mereka merasa panik dalam hati.
Lu Shouyan tetap Tenang tanpa terburu-buru: "Kalau memang tidak bisa digali, mari kita lihat apa sebenarnya yang terjadi."
Sambil berkata, ia menatap Chu Wan: "Rekan Chu Wan, minta tolong ikut kami untuk memeriksa situasi sebenarnya."
Secara pribadi ia memanggilnya Wan-wan, tapi di hadapan kolega mekanik dan bawahan, penggunaan nama lengkap menunjukkan sikap profesional - semua paham maksudnya.
Ini pertama kalinya Chu Wan mendengar panggilan resmi darinya: "Baik, mari kita periksa."
Sekretaris Lu Shouyan segera memanggil mobil. Rombongan berangkat dengan dua kendaraan. Chu Wan tentu satu mobil dengan Lu Shouyan. Wang Huijuan sebagai satu-satunya wanita selain Chu Wan juga ikut.
Lu Shouyan duduk di kursi depan. Chu Wan dan Wang Huijuan menempati kursi belakang.
Sepanjang perjalanan, Wang Huijuan mulai melaporkan situasi di lokasi kepada Lu Shouyan. Laporannya sangat detail - mulai dari lensa kamera yang berkabut sehingga fotografer tidak bisa memotret, perselisihan tentang siapa yang pertama menemukan pecahan tembikar, hingga alat kotak ekskavasi yang dipinjam tanpa izin dan protes buruh lokal yang mengeluh tidak sempat makan siang.
Awalnya Chu Wan masih menyimak, tapi perlahan mulai mengantuk. Namun karena ada orang lain di sampingnya, dia berusaha menyembunyikan keadaannya dengan berjuang bertahan agar tidak terlihat tidak sopan.
Tiba-tiba Lu Shouyan menyela: "Nanti kita masih harus inspeksi kotak ekskavasi. Sekarang istirahat dulu untuk memulihkan tenaga."
Wang Huijuan tertegun sejenak, baru menyadari bahwa itu adalah isyarat halus dari Lu Shouyan agar dia berhenti berbicara.
Saat itulah matanya akhirnya menangkap ekspresi mengantuk yang mulai terpancar dari wajah Chu Wan di sampingnya.
Dengan senyum kecut, Wang Huijuan bertanya: "Rekan Chu Wan, apa kamu mengantuk?"
Chu Wan menahan sebuah desahan menguap sebelum menjawab: "Tidak apa-apa. Mungkin saya sedikit mabuk perjalanan."
Wang Huijuan mengangguk: "Itu harus hati-hati."
Tapi dia segera berkata: "Kamu mungkin jarang naik mobil, saya yang sering naik traktor ke desa——"
Saat dia berbicara, Lu Shouyan tiba-tiba membuka mulut: "Wan-wan, beberapa hari lagi kamu pulang, bawa oleh-oleh khas, saya akan siapkan."
Chu Wan juga agak bingung, tidak mengerti kenapa Lu Shouyan tiba-tiba mengatakan ini, tapi tetap menyetujui.
Lu Shouyan: "Kalau begitu nanti bawa banyak, bawa sebagian ke rumah Ayah."
Wang Huijuan mendengar ini, menyadari pasangan suami istri ini sedang membicarakan urusan pribadi, langsung diam dan melihat ke luar jendela.
Chu Wan juga mulai paham, senyum mengembang di bibir: "Setuju, ke tempat Bibi juga harus bawa beberapa."
Begitu mereka berdua mulai berbicara, suasana dalam mobil seolah-olah sopir dan Wang Huijuan menghilang, sepenuhnya dikuasai oleh percakapan pasangan ini.
Setelah keduanya diam, Wang Huijuan juga tidak bersuara sama sekali, benar-benar menutup mulutnya.
Chu Wan membayangkan pemandangan itu, sama sekali tidak mengantuk, hanya bersandar di kursi sambil memandang ladang gandum tak berujung di luar jendela.
Tak lama kemudian, mobil tiba di selatan Desa Wang Gua. Saat itu, bukan hanya tim arkeologi yang berkumpul, bahkan petani yang disewa sementara, warga kampung yang ingin melihat keramaian, hingga anak-anak yang melototi penuh penasaran ke dalam lokasi—semua sudah berada di tempat.
Di lokasi, Kepala Hu dari Biro Purbakala Provinsi sedang memerintah staf kantor budaya kabupaten dengan suara keras, wajahnya mulai memerah tanda kemarahan.
Dua mobil berhenti di jalan dekat kotak ekskavasi, seketika para petani menoleh. Kepala Hu juga melirik ke arah ini.
Ketika melihat Lu Shouyan, raut wajah otoriternya langsung mereda. Ia mendekat sambil tersenyum: "Sekretaris Lu, kami sedang berdiskusi. Kebetulan Anda datang. Lihat, sudah lebih dari sepuluh hari kami menggali, tapi selain tumpukan tanah, tak ada apa-apa—"
Ia menghela napas sambil mengangkat kedua tangan: "Ini benar-benar masalah!"
Menanggapi hal ini, Lu Shouyan menunjukkan ekspresi tenang dan bertanya dengan santai tentang perincian masalah. Melihat situasi ini, Kepala Hu memerintahkan teknisi untuk memberikan laporan. Para teknisi memamerkan sesuatu yang telah mereka kumpulkan kepada orang-orang, sementara dirinya sendiri merokok di samping.
Kepala Hu melirik Chu Wan di sebelahnya, lalu menghembuskan asap rokok sambil berkata: "Sekretaris Lu, seperti yang Anda lihat, hanya ada serpihan-serpihan ini. Kami sudah menggali semua lubang ekskavasi, hanya ini yang ditemukan."
Pernyataan Kepala Hu ini membuat wajah beberapa petugas kabupaten berubah muram. Semua mata tertuju pada Lu Shouyan, sementara Wang Huijuan mengerutkan alisnya.
Masalah ini terlalu krusial bagi Kabupaten Shiyuan. Seandainya tidak ditemukan apa-apa, ini akan menjadi bahan lelucon besar.
Dengan putus asa, bupati segera menghampiri sambil tersenyum: "Kepala Hu, menurut saya kita perlu meneliti ini pelan-pelan, biarkan para teknisi mencari cara. Mari kita kembali dulu untuk bicara baik-baik."
Kepala Hu memasang wajah muram: "Kalau di bawah tanah memang tidak ada, percuma kita mengobrol."
Bupati menghadapi penolakan halus, wajahnya langsung memucat. Bagaimanapun, banyak orang di sekitarnya yang menyaksikan.
Dia memandang Lu Shouyan dengan tatapan memohon.
Lu Shouyan tetap santai. Langsung berkata kepada Chu Wan di sebelah: "Rekan Chu, tolong urus masalah ini. Cari tahu apa yang terjadi."
Begitu dia bicara, semua orang memandangi Chu Wan.
