Saat acara Festival Yuanxiao sedang ramai, Lu Shouyan berpamitan pada beberapa pemimpin dengan halus, lalu membawa Chu Wan pergi tanpa menarik perhatian.
Wajar ada yang menggoda dia sedikit, tapi semua orang tahu Chu Wan akan pergi keesokan harinya, pasangan muda tentu berat hati berpisah, jadi tak ada yang berkomentar.
Saat keluar dari kompleks kantor, cahaya kekuningan yang hangat memancar dari gedung-gedung di sepanjang jalan. Udara dipenuhi aroma minyak goreng bercampur bau makanan, juga bau belerang samar dari kembang api yang baru saja dinyalakan.
Lu Shouyan dan Chu Wan berjalan berdampingan dengan langkah lambat. Sesekali sepatu mereka menginjak serpihan kertas merah sisa ledakan kembang api dan daun kering di jalanan, menimbulkan suara berderak halus.
Chu Wan berbisik: "Apa tidak masalah kamu pergi lebih awal? Apa pantas?"
Lu Shouyan: "Tidak apa-apa."
Ia menoleh, menatapnya: "Kenapa sekarang jadi perhatian sekali padaku?"
Chu Wan: "Bukankah aku selalu menjadi pendamping yang baik untukmu?"
Lu Shouyan mengangkat alis: "Pendamping yang melipat selimut seperti roti kukus?"
Chu Wan mendengus pelan: "Jangan diungkit lagi soal itu!"
Lu Shouyan tersenyum.
Chu Wan: "Aku hanya berpikir, kalian sedang rapat seperti ini, kamu pergi terlalu awal tidak pantas."
Lu Shouyan: "Tidak apa, lagipula semua orang sudah tahu besok kamu akan pergi, sebenarnya aku juga ingin cepat pulang untuk mengantarkanmu."
Hati Chu Wan menjadi lembut: "Aku juga suka kalau kamu cepat pulang untuk menemaniku."
Bagaimanapun besok harus pergi, kursus pascasarjananya akan dimulai, sementara pekerjaannya sibuk, tidak tahu kapan bisa bertemu lagi.
Sungguh tidak rela, sangat tidak rela.
Lu Shouyan mendengar perkataannya, jelas menyadari hal itu.
Kekhawatiran tipis perpisahan menyelimuti kedua orang ini, membuat setiap menit dan detik saat ini terasa sangat berharga, bahkan sekadar berdiri di samping satu sama lain, mendengar desahan berat lawan bicara, seolah sedang menikmati kebahagiaan.
Ia menoleh, memandang pria di sampingnya, namun di balik cahaya senja hitam pekat, dia diam-diam memandangnya dengan tenang.
Chu Wan memandangnya tanpa suara.
Lu Shouyan: "Aku punya pertanyaan."
Chu Wan: "Apa?"
Lu Shouyan: "Saat aku berpidato tadi, aku melihatmu terus memandangiku."
Chu Wan: "Saat itu, semua orang sedang melihatmu."
Lu Shouyan: "Tapi sorot matamu berbeda dengan yang lain."
Chu Wan: "Apa bedanya?"
Lu Shouyan: "Apa yang kau pikirkan dalam hati saat memandangiku waktu itu?"
Chu Wan tersenyum: "Hanya merasa kamu sangat istimewa. Dan keistimewaanmu ini adalah milikku."
Lu Shouyan mengerutkan bibirnya, menunduk memandanginya: "Benar, milikmu."
Kemudian dia melanjutkan: "Kau juga milikku."
Saat ucapannya menggema, kembang api bermekaran di kejauhan. Cahaya warna-warni yang berubah cepat membentuk kelopak bunga hujan, berjatuhan pelan di kegelapan.
Chu Wan menyaksikan kembang api itu, tiba-tiba terpikir: Jika dia miliknya di kehidupan ini, bagaimana dengan kehidupan sebelumnya?
Keesokan paginya dalam keadaan setengah sadar, Chu Wan merasakan Lu Shouyan telah bangun. Suara hangatnya masih bergema di telinganya, seolah baru saja berbisik sesuatu.
Namun dia sedang tertidur, lalu refleks mendorongnya, kemudian melanjutkan tidur.
Saat terbangun, dia mengangkat pergelangan tangan untuk melihat jam——ternyata sudah lewat dari jam sembilan.
Dia bangun dan melihat di atas tungku ada shaomai serta sebotol susu yang masih agak hangat, lalu mengambilnya untuk dimakan.
Baru saja selesai makan, Lu Shouyan mendorong pintu masuk. Melihatnya sudah bangun, berkata: "Akhirnya bangun juga, nyonya muda."
Chu Wan: "Aku sampai terlambat bangun."
Lu Shouyan: "Sudah kusiapkan mobil untuk mengantarmu ke provinsi. Nanti dari sana naik bus jarak jauh pulang. Tapi harus tunggu dulu——mobil perlu ke Guawangzhuang dulu mengantar Kepala Sun."
Chu Wan mendengarkan: "Oh? Kalau begitu aku ikut melihat sekalian ya?"
Kemarin sudah ditandai ulang area penggalian. Bagaimana hasil penggaliannya, Chu Wan penasaran dan ingin melihat lagi.
Melihat ini, Lu Shouyan berkata: "Kebetulan aku mau ke sana, aku akan mengantarmu. Cepat pakai baju, hari ini di luar sangat dingin, pakai yang tebal-tebal."
Chu Wan langsung bersemangat, segera mengenakan pakaian dan sepatu dengan gesit.
Lu Shouyan memandanginya: "Tadi dipanggil, tidurnya seperti babi kecil hanya bisa menggerutu. Sekarang baru dengar mau ke lokasi penggalian, semangatnya langsung muncul."
Chu Wan: "Masa bisa sama!"
Lu Shouyan menahannya yang hendak buru-buru pergi, membalutkan syal sampai rapat: "Waktu kita sedikit, mungkin cuma sempat lihat sekilas."
Chu Wan: "Aku tahu."
Setelah berpakaian lengkap, Lu Shouyan mengajak Chu Wan naik mobil. Di dalam sudah ada dua staf kantor kebudayaan yang langsung bersikap hormat dan meminta nasihat padanya.
Sesampainya di Guawangzhuang, tak disangka penggalian berjalan lancar - bahkan sudah menemukan lapisan bedak putih.
Saat Chu Wan melirik, terlihat sehelai daun hijau segar di antara bedak putih.
Rekan yang bertanggung jawab untuk penggalian berkata: "Bagaimana bisa daun luar masuk sampai ke dalam!"
Begitu dia berkata demikian, hati Chu Wan berdesir, pandangannya tertuju pada daun hijau itu.
Tiba-tiba personel penggalian melanjutkan pekerjaan, dan di balik bedak putih muncul lagi sehelai daun hijau; seluruh staf di lokasi terkejut; teknisi terdekat segera mengambil kamera untuk memotret, mencatat, serta menyimpan dan mengambil sampel daun tersebut.
Chu Wan tiba-tiba tersadar!
Ini adalah daun hijau dari dua ribu tahun lalu!
Dia menunduk, terpaku menatap helaian daun hijau itu.
Daun yang sedikit ternoda bedak putih itu memiliki urat daun yang jelas terlihat, begitu hidup - sungguh pemandangan yang menakjubkan.
Daun hijau yang tumbuh di era Dinasti Han Barat, ribuan tahun berlalu, perubahan drastis terjadi, bahkan pohon purba yang melahirkan daun ini pun sudah lama tiada. Namun helaian hijau lemah yang rapuh ini, justru membekukan waktu di ruang bawah tanah ini, seolah semua keheningan hanya menunggu dialog antara masa lalu dan kini.
Saat itu, personel bersiap melanjutkan pekerjaan pengaturan.
Chu Wan buru-buru berseru: "Hentikan!"
Personel di sekitarnya kaget, suara Chu Wan meski tidak keras namun dingin dan penuh tenaga.
Mereka tak menyangka gadis kecil ini bisa memancarkan kharisma seperti itu dalam bicaranya.
Jantung Chu Wan berdegup kencang, dia antusias namun juga diliputi kecemasan.
Dia cepat-cepat merapikan pikirannya: "Daun-daun ini bisa tetap segar selama dua ribu tahun karena terawetkan dalam lapisan plester. Seharusnya masih ada lebih banyak daun hijau di sini. Kita harus segera menghentikan penggalian dan tetap di posisi. Kita harus seiapkan langkah secepat mungkin untuk menyimpan daun-daun ini dengan benar. Sebelum semuanya siap, jangan ada yang menyentuh!"
Semua orang langsung mengangguk terus: "Benar, benar! Harus cari cara untuk mengawetkannya!"
Sambil berkata begitu, daun pertama yang digali tiba-tiba mengering di depan mata mereka.
Semua orang menyaksikan pemandangan itu - daun hijau segar yang baru saja ditemukan, dalam waktu singkat berubah kuning, layu, kehilangan kelembaban, kemudian dengan cepat menyamar menjadi daun kering keriput, seolah-olah dua ribu tahun waktu tiba-tiba disuntikkan ke dalamnya.
Semuanya terlihat seperti efek khusus film.
Semua orang di tempat itu menahan napas. Tak ada yang berani bicara atau bergerak, hanya tertegun berdiri di sana seperti patung.
Setelah itu, mereka saling pandang: "Kalau begitu sekarang... harus bagaimana?"
Akhirnya, semua orang menatap Chu Wan.
Di benak Chu Wan, pikirannya berputar cepat: Meski Biro Purbakala Provinsi saat ini sudah memiliki kemampuan profesional dan skenario antisipasi yang memadai untuk preservasi penggalian rutin, namun pengawetan daun hijau berusia dua ribu tahun benar-benar minim pengalaman.
Setelah berpikir sejenak, dia berkata: "Semua kotak ekskavasi terkait lumpur gipsum ini kita jangan disentuh dulu. Gali yang dekat area makam. Sekarang juga telepon Biro Purbakala Provinsi, minta mereka mengerahkan sumber daya dan mengumpulkan ahli untuk membantu menyusun skenario preservasi daun segar."
Pada saat itu, Lu Shouyan datang. Ia melihat daun hijau yang sudah layu, lalu mengerutkan alis pelan: "Maksudmu, di bawah mungkin masih ada daun hijau seperti ini?"
：“Ini sangat langka, lapisan lumpur gipsum setebal lebih dari satu meter ini menutup makam rapat-rapat. Mungkin mereka juga menggunakan teknik pengawetan khusus lain yang belum kita ketahui, sehingga daun ini bisa bertahan selama dua ribu tahun tanpa mengering. Jika daun ini bisa terawetkan, pasti ada barang segar lain di dalam makam yang belum tercakup dalam protokol kita. Semua itu perlu kita lindungi. Jadi setiap langkah selanjutnya harus kita persiapkan matang-matang, sama sekali tidak boleh bertindak gegabah.”
Lu Shouyan mengangguk setuju, sementara anggota tim arkeologi lainnya terpana oleh pernyataan Chu Wan dan serentak mengangguk-angguk membenarkan.
Segera semua orang bergegas ke kampung - ada yang menelepon, berkonsultasi dengan ahli, mengadakan simposium, mengerahkan personel, dan menyusun strategi. Seluruh tim bergerak dalam kesiapan penuh.
Karena hal ini, jadwal Chu Wan pun tertunda lagi. Ia terpaksa menelepon Profesor Yue Qizhou. Mendengar kabar tersebut, sang profesor bersemangat dan langsung menyatakan ingin datang melihat.
Begitu, skala operasi pun membesar. Bahkan seminar arkeologi terpaksa ditunda untuk sementara. Para ahli purbakala mulai memfokuskan pandangan mereka pada makam kuno Dinasti Han di Kabupaten Shiyuan ini.
Selanjutnya, rangkaian kejadian yang benar-benar mengejutkan terjadi. Setelah mendapat dukungan personel ahli dari Biro Purbakala Nasional, berdiskusi dengan Biro Purbakala Provinsi, serta melakukan penelitian kolektif bersama beberapa pakar arkeologi dan biologi, akhirnya formulasi skema yang pantas berhasil disusun. Penggalian parsial dilakukan bertahap sambil terus menguji dan memperbaiki metode preservasi, hingga akhirnya masalah penyimpanan berhasil dipecahkan secara sempurna.
Ketika masalah preservasi teratasi, tim penggalian mulai melanjutkan aktivitas. Ekskavasi berikutnya nyaris menjadi keajaiban dalam dunia arkeologi - hasilnya benar-benar mengejutkan.
Dari makam tersebut berhasil ditemukan berbagai mata uang kuno, perhiasan giok, guci keramik, serta peralatan makan sehari-hari dari sutra dan kain kasar. Jenis peralatan makan saja mencapai ratusan variasi. Bahkan berbagai biji-bijian dan benih sereal yang telah berusia ribuan tahun itu masih terlihat segar.
Yang paling mengejutkan, di antara peralatan ini ternyata terdapat sebuah ding bermotif awan yang dicat, di dalamnya berisi sup lobak asli. Meski mengeluarkan bau busuk asam, kuah dan potongan lobaknya masih terlihat jelas.
Semua personel menjadi antusias dan bersemangat. Namun syukurlah, sebelum penggalian tim telah menyiapkan rencana cadangan. Mereka tidak berani bertindak gegabah, semua proses dilakukan dengan meminta instruksi dari para ahli dan melakukan preservasi sesuai prosedur yang benar.
Penggalian makam Dinasti Han di Kabupaten Shiyuan hampir mengejutkan dunia. Seorang ahli arkeologi senior berkata dengan antusias: "Ini adalah gudang harta budaya Dinasti Han Barat. Terima kasih kepada personel penggalian arkeologi di lokasi yang dengan ketat dan profesional khas arkeolog, telah hampir sepenuhnya menjaga hadiah dari dua ribu tahun lalu, membuat masyarakat Dinasti Han Barat hidup tersaji di depan mata kita."
Bahkan ada yang menyatakan bahwa penggalian makam Dinasti Han di Kabupaten Shiyuan menunjukkan bahwa arkeologi lapangan Tiongkok telah mencapai tingkat perkembangan yang sama sekali baru.
Ketika penggalian makam kuno Kabupaten Shiyuan mengguncang dunia arkeologi, Lu Shouyan memanfaatkan momentum penemuan peninggalan budaya ini untuk mengajukan dana, merencanakan perluasan museum Kabupaten Shiyuan, mempertahankan peninggalan yang digali di wilayah tersebut, serta menyusun laporan untuk mengubah daerah Guawangzhuang menjadi kawasan wisata terpadu arkeologi, pemandian air panas, dan terapi kesehatan.
Saat Chu Wan meninggalkan Kabupaten Shiyuan di musim semi yang bermekaran, Lu Shouyan sedang pergi ke ibu kota provinsi untuk presentasi laporan. Meski awalnya berjanji akan mengantarnya pulang, nyatanya dia sama sekali tidak sempat karena kesibukan.
Persis ketika dia hendak naik jeep, seorang bibi penjual bakpao tiba-tiba menyambar kain penutup keranjang dan memaksakan sekeranjang bakpao ke tangannya.
Dia terkejut.
Bibi itu tersenyum: "Anda kan pasangan Sekretaris Lu?"
Chu Wan mengangguk: "Benar, saya istrinya."
Bibi itu tersenyum: "Saya juga tidak terlalu paham urusan-urusan besar itu, tapi saya dengar dari anak saya, katanya sekarang kabupaten kita punya penemuan arkeologi penting, nanti akan jadi daerah budaya. Kabupaten kita jadi terkenal se-Indonesia, bahkan masuk siaran berita resmi! Katanya nanti bakal banyak turis datang ke sini, kita semua bisa dapat uang. Saya pikir, bukankah ini semua berkat bantuanmu? Saudari ipar saya keluarga asal Guawangzhuang, dia bilang semuanya berkat penemuanmu! Bukankah kamu juga muncul di TV? Langsung saya mengenalimu! Kamu sudah sangat membantu kami, kebetulan ketemu, cuma bisa kasih beberapa bakpao buatan sendiri. Enak kok, silakan disimpan untuk dimakan!"
Chu Wan langsung menolak.
Sebenarnya selama Lu Shouyan bertugas di sini, sering juga ada warga yang mau memberikan barang, tapi dia selalu menolak.
Pasti dia tidak berani membuat masalah untuknya, agar tidak merusak citra integritasnya.
Siapa sangka sang bibi memaksakan, kebetulan saat itu jeep juga hendak berangkat, tidak ada cara lain, Chu Wan terpaksa menerima.
Setelah menerima, naik ke mobil, ia memanggil sang bibi, cepat-cepat menyelipkan uang lima jiao untuknya, lalu jeep pun melaju.
Di perjalanan, ia membuka jendela, mengeluarkan sebuah bakpao untuk dimakan.
Bakpao itu berisi isian lobak dan telur, terasa manis dan harum saat dikunyah.
Matanya menatap hamparan ladang gandum di luar jendela, bulir-bulirnya sudah mulai tumbuh membentuk lapisan hijau subur, udara beraroma bunga liar dan rumput segar, serta wangi tanah yang khas.
Inilah tempat dimana Lu Shouyan akan berakar selama dua tahun ke depan.
Sambil menyantap bakpao, hatinya berbisik: Jika ada waktu akan datang lagi menjenguknya, sekalian mengunjungi makam kuno Dinasti Han, mencicipi bakpao dan shaomai khas sini, lalu meneguk anggur hawthorn lokal yang pekat.
