Bibirnya bergetar ingin berkomentar: "Barang tiruan kacangan bertulis 'Dinasti Ming Kangxi' seperti ini berani juga dipamerkan?"
Namun dia tidak berani, menghindar ke samping, dan berbisik pada seorang ahli verifikasi yang dekat dengannya: "Dinasti Ming dengan era Kangxi, kalian tidak merasa ini lucu?"
Ahli verifikasi itu berbisik pelan: "Sangat lucu, aku juga ingin tertawa."
Orang pertama mengernyit: "Lalu mengapa kau terlihat begitu serius?"
Ahli verifikasi melirik Tuan Fan yang masih fokus: "Tuan Fan sedang memeriksa. Jika kau tak paham mengapa beliau masih memeriksa, berani-berainya kau tertawa?"
Seketika, orang itu terdiam. Tiba-tiba ia merasa dirinya bodoh.
Dirinya menganggap itu lucu, orang lain juga menganggap lucu, tapi semua menahan tawa karena Tuan Fan sedang mengamati.
Tuan Fan mengamati dengan sungguh-sungguh, sementara dirinya malah tertawa – ini jelas kebodohan.
Di sisi lain, setelah Tuan Fan mengamati dengan cermat cukup lama, akhirnya bertanya: "Keramik ini, dari Sang Guru mana?"
Chu Wan berkata: "Tuan Fan, ini milikku."
Sorot mata Tuan Fan beralih dari keramik ke tubuh Chu Wan.
Saat pertama kali melihat Chu Wan, meski sudah berpengalaman luas, dia tetap terkejut.
Bagaimanapun, berani membawa barang seperti ini untuk diperiksa ahli pasti punya kemampuan observasi, tapi gadis di depan mata ini terlalu muda – wajahnya seperti belum genap 20 tahun.
Saat ini, banyak pandangan tertuju pada Chu Wan.
Dia terlalu muda, terlihat seperti menyusup masuk, sama sekali tidak mirip ahli.
Tuan Fan mengamati Chu Wan, beberapa saat kemudian baru berkata: "Wajah gadis kecil ini terasa familiar, sepertiku pernah melihatmu di suatu tempat. Bisa tahu namamu?"
Chu Wan menjawab: "Saya mahasiswa jurusan arkeologi Universitas Beijing, selalu tertarik pada verifikasi keramik. Kebetulan mendapatkan benda ini, sengaja saya bawa untuk menghibur para guru."
Dia tersenyum pada Tuan Fan: "Guru Fan, marga saya Chu, nama tunggal Wan."
Tuan Fan terdiam, ekspresinya seperti sudah menduga tapi juga terkejut, tertegun memandangi Chu Wan.
Suasana hening seketika, semua mata penasaran tertuju pada Chu Wan.
Tuan Fan mengamati lama, akhirnya mengangguk: "Baik, sangat bagus."
Pandangannya kembali tertuju pada keramik itu. Setelah menatap beberapa saat, ia bertanya pada Manajer Niu di sebelahnya: "Honghui, bagaimana pendapatmu?"
Manajer Niu tampak menghela napas. Baru saja ia menertawakan ini sebagai barang palsu. Kini sang guru bertanya pendapatnya. Dengan memaksakan diri, ia menjawab: "Guru, menurut saya piring Qinghua pegunungan dan sungai ini..."
Jelas, menyebut ini sebagai barang palsu yang memalukan adalah jawaban salah.
Lalu apa yang harus dikatakan sekarang?
"...warna biru dengan semburat ungu yang dalam, ini hasil pembakaran suhu tinggi. Hiasan merah dan hijau di atas glasir, hitam pekat tanpa kilap, hijau pucat, porselen putih kebiruan. Gaya lukisan halus. Meski hanya beberapa goresan, kesan pegunungan hijau dan sungai jernih terasa jelas. Ini ciri khas akhir Ming hingga awal Qing."
Melihat gurunya tidak bersuara, ia pun melanjutkan, "Kalau bicara tentang barang ini, pengerjaannya benar-benar luar biasa. Di zaman kuno, hanya kiln resmi yang bisa menghasilkan karya seperti ini. Bagaimanapun, memalsukan keramik bukan pekerjaan individu. Ini menyangkut teknik pembuatan bodi keramik, lokasi kiln, lingkungan, dan berbagai faktor rumit lainnya. Lagipula, bodi keramik ini tipis namun transparan, garis-garis halus seperti sutra bisa terlihat samar di dalamnya. Kalau bukan produk asli kiln resmi, mustahil bisa seperti ini."
Ucapannya memang berdasar. Perlu diketahui, bahkan keluarga ahli pemalsuan keramik seperti keluarga Chu pun keahlian utama mereka hanya terbatas pada teknik hiasan tambahan pasca-produksi yang bersifat permukaan, atau memperbaiki keramik kiln resmi yang rusak. Mereka tidak berani mengklaim bisa memalsukan berbagai jenis keramik.
Pernyataannya ini cukup standar, tidak menyentuh masalah keaslian, hanya fokus pada analisis teknis. Tentu saja tidak ada kesalahan, seperti memainkan Tai Chi yang sempurna.
Namun Tuan Fan justru bertanya, "Menurutmu, dari era apa barang ini dibuat?"
Pertanyaan yang langsung seperti ini membuat Manajer Niu menjawab: "Dilihat dari bodi keramik, glasir, dan gaya lukisannya, sepertinya berasal dari Dinasti Qing, mungkin era Kangxi. Inilah cap tahun produksinya——"
Ia tak berani melanjutkan.
Tuan Fan tidak memaksa. Beliau menengadah ke arah hadirin: "Apa pendapat para ahli?"
Hati para hadirin serasa dicubit.
Perlu diketahui, yang hadir adalah para ahli museum terkemuka dan pakar toko budaya terpandang. Namun di hadapan Tuan Fan, mereka semua duduk penuh hormat. Memang begitulah kewibawaan pengamatan dan strata generasi Tuan Fan.
Kini saat Tuan Fan mulai menguji, semua mulai gemetar.
Apa maksud sesepuh ini?
Manajer Niu sebagai murid langsung Tuan Fan sudah berargumentasi panjang lebar. Mungkin jawabannya tidak memuaskan beliau, jadi kini giliran kami yang diuji.
Para hadirin saling pandang, salah seorang ahli kebudayaan botak mulai berkata: "Qing Shi Gao menyebutkan bahwa Kaisar Kangxi pernah mengeluarkan dekret kerajaan yang melarang pengrajin menulis cap tahun kekaisaran atau tulisan bijak pada keramik untuk menghindari kerusakan. Konon jika keramik pecah dan ada cap tahun pemerintahannya yang hancur, itu pertanda kehancuran negara. Mungkinkah ini ada hubungannya?"
Begitu dia selesai, seorang lainnya langsung membantah: "Kalau tidak mau mencantumkan cap tahun pemerintahannya sendiri, kenapa tidak dihilangkan saja? Mengapa malah menulis 'Dinasti Ming'? Pada masa represi literatur itu, bukankah mustahil kiln resmi justru memelopori teriakan 'Dinasti Ming'?"
Mendengar ini, ahli botak itu terdiam seribu bahasa.
Seorang ahli lain berbaju Zhongshan menyatakan: "Menurut saya, ini ulah loyalis Dinasti Ming yang belum rela. Saat itu pengaruh Tiandihui sangat kuat, bisa saja mereka menyusup ke kiln resmi. Lalu ada pengrajin pemberontak yang berani mencantumkan cap 'Dibuat pada Tahun Kangxi Dinasti Ming' sebagai bentuk perlawanan."
Usai ucapannya, semua mata tertuju padanya.
Ahli kebudayaan botak itu menatapnya: "Dia setia pada Dinasti Ming, mengapa menggunakan cap tahun Kangxi? Kalau memang ingin melawan Qing dan memulihkan Ming, kenapa masih mengakui era kekaisaran Kangxi?"
Ahli kebudayaan berbaju Zhongshan tersedak, mengerutkan alis: "Mungkin untuk menutupi mata orang?"
Tapi segera, ia sendiri tak bisa meyakinkan dirinya. Mengingat maraknya sensor literatur saat itu, setelah berani menulis 'Dinasti Ming' yang menunjukkan ambisi terang-terangan, untuk apa lagi menggunakan kedok era Kangxi?
Manajer Niu melihat situasi ini, akhirnya berkata: "Saya punya dugaan lain. Mungkinkah ini kesalahan penulisan oleh pengrajin kiln resmi saat itu?"
Sebagai murid Tuan Fan, tak ada yang berani membantahnya di depan sang guru. Maka setelah ucapannya, ruangan senyap bagai kuburan.
Tuan Fan bertanya: "Kesalahan penulisan?"
Manajer Niu buru-buru menjelaskan: "Ini hanya dugaan saya saja, sekadar dugaan!"
Chu Wan yang menyaksikan ini pun menyambung: "Sebenarnya dugaan Manajer Niu ada alasan yang masuk akal."
Tuan Fan kembali mengalihkan pandangannya ke Chu Wan: "Rekan Chu, bisakah kau jelaskan pemikiranmu?"
Chu Wan tersenyum: "Usiaku masih kecil, wawasan tentu dangkal. Di hadapan para senior, ini seperti Main kapak di depan tukang kayu."
Tuan Fan: "Silakan Nyonya sampaikan."
Para hadirin yang mendengar langsung merasa aneh. Gadis biasa ini, masih mahasiswa, kok bisa dihargai setinggi itu oleh Tuan Fan?
Hanya Manajer Niu yang merasakan rasa tak karuan di hatinya.
Jika ini barang asli, berarti toko budaya mereka melewatkan kesempatan? Terlewat saat pemeriksaan?
Sedangkan ahli verifikasi di sampingnya langsung tertegun.
Piring Qinghua pegunungan dan sungai itu jelas-jelas terlewat di depan matanya sendiri. Tadinya dikira lelucon, ternyata mungkin asli?
Chu Wan menjelaskan: "Sepengetahuanku, sebelum era Zhengde Dinasti Ming, keramik kiln resmi harus melalui dua tahap seleksi - saat keluar kiln dan saat pengiriman ke kiln kekaisaran. Barang cacat langsung dihancurkan dan ditanam di tanah."
Para hadirin masih bingung: Apa hubungannya dengan Dinasti Ming?
Chu Wan melanjutkan: "Namun setelah era Jiajing, kiln kekaisaran mengalami kemunduran. Pemerintah tidak lagi mampu menanggung pembakaran keramik resmi, sehingga terpaksa mendelegasikan sebagian tugas mendadak ke kiln rakyat dengan memberikan kompensasi biaya tertentu."
"Catatan Besar Provinsi Jiangxi menyebutkan: 'Khusus keramik pesanan istana yang jumlahnya besar dan tenggat ketat, bila tidak dapat diselesaikan tepat waktu, maka akan dibagi ke kiln-kiln kecil... Hanya dengan mengumpulkan pengrajin ahli ke bengkel resmi untuk membantu, merekrut pekerja, dan mencatat upah sesuai hasil kerja.' Inilah yang disebut sistem resmi ditumpangkan pada rakyat."
"Pada awal Dinasti Qing, sebagian keramik bahkan sepenuhnya dibuat sistem tumpang rakyat. Gambaran Proses Keramik menyatakan: 'Setelah cetakan keramik selesai, dimasukkan ke wadah lalu dikirim ke rumah pengrajin kiln.' Dalam sistem ini muncul kiln khusus Baoqing. Jika gagal membakar, harus mengganti rugi sendiri. Akibatnya, tidak ada yang berani menghancurkan barang cacat. Produk gagal dari kiln rakyat ini akhirnya masuk pasar untuk menutup kerugian, sehingga secara bertahap terbentuk persaingan pasar antara pemerintah dan rakyat."
Chu Wan berkata sambil tersenyum ke Manajer Niu: "Jadi pendapat Manajer Niu memang ada benarnya. Menurut analisa saya, keramik ini seharusnya merupakan produk kiln rakyat yang disita kiln resmi. Karena diproduksi untuk kiln resmi, kualitas pembakarannya secara alami tidak kalah dengan keramik resmi. Tapi keterampilan pengrajin kiln rakyat tidak merata. Mereka buta huruf, cap tahun produksi yang disebutkan hanyalah meniru labu untuk menggambar sendok."
Ahli kebudayaan botak di samping tidak terima kekalahan: "Lalu bagaimana menjelaskan kasus penyensoran literatur?"
Chu Wan menjawab: "Ini wajar. Karena di era Kangxi Dinasti Qing, banyak keramik imitasi Dinasti Ming yang diproduksi. Karena meniru keramik Ming, para pengrajin terbiasa menulis 'Da Ming'. Misalnya mereka yang biasa menulis 'Da Ming Chenghua Nian Zhi' (Cap era Chenghua Dinasti Ming) dan 'Da Qing Kangxi Nian Zhi' (Cap era Kangxi Dinasti Qing), setelah sering menulis, akhirnya tertukar. Salah tempel seperti topi Zhang dipakai Dai."
Manajer Niu mendengarkan, lalu mengangguk cepat: "Ada benarnya. Ini pasti salah tulis. Setelah tertukar, mereka enggan membuangnya. Karena biasa menulis 'Dinasti Ming', mereka tidak merasa kesalahan ini durhaka. Bahkan petugas pemeriksa kiln resmi hanya menganggapnya keteledoran. Produk cacat ini tidak bisa masuk ke istana, hanya bisa dijual di pasar rakyat! Di pasar, orang-orang mungkin buta huruf atau mengira ini salah ketik biasa. Tak ada yang menganggap serius, akhirnya bertahan sampai sekarang."
Setelah penjelasan ini, semua orang memandangi Chu Wan dengan perasaan terkejut yang tak terungkap.
Perlu diketahui, kemampuan Chu Wan menjelaskan secara logis dan terstruktur ini—bahkan jika sudah dipersiapkan sebelumnya—memerlukan penguasaan mendalam terhadap sistem kiln resmi Ming-Qing serta konteks budaya-politik era Kangxi. Mana mungkin gadis biasa bisa mengungkapkan ini secara spontan.
Terlepas dari benar-tidaknya argumennya, setidaknya dia bisa menjaga konsistensi penjelasannya. Tidak sampai kehabisan kata di tengah pembicaraan!
Tuan Fan mendengarkan, tersenyum riang sambil memandangi Chu Wan: "Penjelasanmu memang ada alasan, tapi ada satu hal yang terasa dipaksakan. Penyensoran literatur di era Qing begitu merajalela, semua orang sudah mengetahui. Mengapa cap tahun produksi 'Dinasti Ming, Era Kangxi' ini bisa selamat secara kebetulan?"
Chu Wan menjawab: "Perkembangan sejarah bersifat wajib, namun sekaligus dipenuhi ketidaksengajaan. Dalam hal ini, saya pribadi berpendapat ini adalah kombinasi antara kewajiban lingkungan sejarah masa itu dan faktor ketidaksengajaan."
Tuan Fan bertanya: "Bagaimana maksudnya?"
Chu Wan: "Pada tahun pertama era Shunzhi Dinasti Qing, yakni 1644, Wu Sangui membuka Gerbang Shanhaiguan dan mengundang pasukan Qing masuk. Kangxi mulai berkuasa sejak 1662. Dengan kata lain, di awal era Kangxi, pasukan Qing baru memasuki perbatasan selama delapan belas tahun. Saat itu, berapa banyak pengrajin tua di kiln resmi yang sudah terbiasa menulis 'era Ming Besar' selama bertahun-tahun? Orang-orang itu tidak memiliki kesadaran yang kuat tentang penyensoran literatur maupun pergantian dinasti."
Saat dia mengatakan ini, para hadirin tentu merasa curiga. Dia melanjutkan, "Pada awal Dinasti Qing, Tiga Feudatori menguasai pasukan besar dan membentuk kekuatan separatisme di selatan. Jadi saat itu, kaisar Qing sebenarnya memiliki kendali lemah atas wilayah selatan. Meskipun Tiga Feudatori setia pada Kangxi, mereka tidak sampai melakukan penganiayaan literasi besar-besaran hanya karena kesalahan cap tahun 'Ming Kangxi' pada sebuah keramik."
Dia menambahkan, "Cambuk tidak terasa sakit jika tidak mengenai tubuh. Di bawah perlindungan kekuatan Tiga Feudatori, para pedagang kiln Jingdezhen mana mengerti soal Dinasti Ming atau Qing? Mereka hanya tahu ini adalah keramik berkualitas tinggi. Meski ada kesalahan cap tahun, tak mungkin menghancurkannya dan mengganti rugi."
Penjelasannya ini membuat semua orang terdiam seribu bahasa. Setelah merenungkan lebih dalam, mereka pun mengakui kebenaran argumennya dengan legawa.
Ini seperti Tiongkok yang sudah berdiri lebih dari 30 tahun, reformasi dan keterbukaan telah dilaksanakan, namun beberapa nenek tua masih membebat kaki kecil, menyanggul rambut, dan mengenakan baju khas Tiongkok dengan kancing depan. Di bawah pengaruh Tiga Penguasa Feodal, kesalahan penulisan satu karakter oleh para pengrajin tampaknya bukan masalah besar.
Mereka tidak paham politik, tidak mengerti apa itu Dinasti Ming atau Dinasti Qing, hanya merasa sayang pada keramik yang dibuat dengan susah payah. Tidak ingin merugi, berharap bisa ditukar dengan beberapa koin untuk menambah penghasilan keluarga. Inilah mentalitas masyarakat umum yang paling jujur di bawah bayang-bayang sejarah yang megah.
Tuan Fan mengangguk perlahan: "Penjelasan yang bagus. Kitab sejarah hanya mencatat peristiwa besar di istana, tapi pada secarik tanda tahun produksi keramik ini, tercermin urusan sehari-hari rakyat kecil. Tak peduli kaisar siapa yang berkuasa, mereka bekerja keras membakar keramik, tak tega memecahkannya, lalu akhirnya beredar di pasar."
Ahli kebudayaan berbaju setelan Zhongshan di samping tersadar: "Kelalaian seperti ini mungkin bukan hanya satu dua barang, mungkin ada satu batch atau kesalahan dalam periode tertentu. Sebagian besar mungkin telah ditemukan dan dihancurkan dalam perjalanan sejarah, tapi sedikit yang lolos ke rumah penduduk biasa buta huruf, digunakan sebagai peralatan sehari-hari. Rakyat jelata yang menggunakan cangkir dan piring ini, siapa yang akan sengaja melihat cap tahun di bawahnya? Bahkan mereka sendiri buta huruf. Masalah penganiayaan literasi pun tak akan menyentuh mereka."
Tuan Fan: "Mungkin ini keberuntungan. Puluhan kasus penganiayaan literasi di era Qing tidak menyentuh peralatan keramik. Jadi cap tahun yang salah di dasar piring ini menjadi sebutir pasir di lautan, selamat selama 200 tahun lebih."
Penjelasan Tuan Fan ini seperti memastikan keputusan final.
Ini adalah barang autentik.
Para hadirin berkerumun penuh decak kagum. Seorang yang antusias bertanya: "Lalu barang ini masuk kategori apa? Kesalahan produksi era Qing? Ini benar-benar barang langka!"
Tuan Fan tersenyum: "Benar, sangat langka. Saya yang telah melihat banyak keramik, hanya pernah mendengar satu kasus. Dulu saat Puyi mengembalikan barang-barang istana, konon ada keramik Qinghua kelas atas yang bagian dasarnya justru bertuliskan 'Dibuat pada era Kangxi Dinasti Ming'."
Semua yang mendengar terkejut, baru tersadar. Ternyata di istana pun ada lelucon "Dinasti Ming Kangxi" seperti ini? Kalau diceritakan ke orang awam pasti tidak percaya!
Sementara pembicaraan berlangsung, Manajer Niu memandang keramik itu dengan perasaan tidak karuan di hati.
Perlu diketahui, toko budaya dalam mengelola keramik harus memperhatikan catatan kinerja. Mendapatkan barang bagus dan menjualnya dengan harga tinggi merupakan prestasi manajer. Tapi dia yang tidak bisa membedakan orang penting ini malah ikut menertawakan penilaian ahli bawahannya. Kenapa dulu dia tidak segera mengambil keputusan dengan pengamatannya yang tajam!
Wajah ahli verifikasi itu kini pucat pasi. Saat petani itu mengantarkan barang, dia malah mengolok-oloknya. Masih jelas terbayang wajah lesu petani itu di ingatannya.
Hasilnya, ini justru merupakan versi langka era Kangxi Dinasti Qing yang salah cetak?
Ini mungkin bernilai harga tinggi! Bagaimanapun, ini sangat langka!
Tuan Fan menatap Chu Wan, sorot matanya penuh kebahagiaan, sambil tersenyum berkata: "Kalian harus ingat, selalu miliki hati yang penuh hormat. Terlalu sombong hanya akan membuat kehilangan kesempatan emas."
Manajer Niu wajahnya dipenuhi rasa malu, berkata pelan: "Sang Guru benar dalam memarahi saya."
Sebelum seminar berakhir, Tuan Fan secara khusus berbicara dengan Chu Wan, menanyakan kabar keluarganya. Chu Wan pun menjelaskan.
Nama keluarga Chu Wan terlalu unik. Kecuali menggunakan nama palsu, begitu menyebut nama plus keahliannya menilai keramik, orang yang tahu sejarah pasti langsung tahu asal-usulnya.
Dulu, Tuan Fan adalah sahabat dekat Kakek Buyutnya. Ditambah wajahnya mirip neneknya, Tuan Fan langsung tahu statusnya begitu mendengar namanya.
Mendengar penjelasan itu, Tuan Fan berkata dengan haru: "Sangat baik, sangat baik. Kakek Buyutmu di alam baka pasti bisa tenang melihatmu seperti ini."
Lalu dia menyebutkan tempat tinggalnya sendiri, berkata: "Teman lama dari dulu, kini sudah tak tersisa banyak. Aku pernah bergaul akrab dengan Kakek Buyutmu. Jika ada kesulitan, jangan sungkan untuk mencariku."
Chu Wan merasa berterima kasih, menjawab dengan hormat: "Baik."
Tuan Fan bertanya lebih lanjut tentang keadaannya saat ini. Setelah tahu dia sedang menempuh studi pascasarjana di bawah bimbingan Yue Qizhou: "Bagus, teruslah tekun belajar darinya."
Usai berbincang dengan Tuan Fan, Chu Wan langsung dikerumuni orang banyak. Mereka penasaran, beberapa mencoba menanyakan harga.
Memang porselen biru-putih era Kangxi lumrah ditemui, namun varian dengan cap tahun yang salah yang sudah diverifikasi otoritas seperti Tuan Fan - ini jadi menarik karena menyimpan nilai budaya yang dalam.
Chu Wan tentu tak mudah melepasnya. Dalam beberapa tahun ke depan, benda ini akan masuk kategori harta nasional di museum. Sudah pasti dia akan menyimpannya sendiri.
Selama dua minggu berikutnya, Chu Wan kecuali sesekali pergi ke Liulichang mencari kabar, waktu lainnya hanya mengurung diri di rumah, mengorganisir berbagai bahan ini lalu menulisnya menjadi makalah penelitian.
Saat liburan musim panas hampir berakhir dan sekolah akan dimulai, Chu Wan meminta bantuan Profesor Yue untuk mengawasi proses revisi. Setelah pulang ke rumah, ia fokus memperbaiki naskah sambil melengkapi data referensi. Tepat saat semester baru dimulai, makalah itu dikirim untuk publikasi.
Di saat yang sama, Profesor Yue mengangkat satu hal lain: Program pelatihan pemimpin ekskavasi arkeologi Biro Purbakala akan membuka pendaftaran angkatan baru. Universitas Jing mendapat tiga slot kuota, dan Profesor Yue ingin merekomendasikan Chu Wan.
"Program ini memakan waktu sekitar empat bulan, satu semester penuh. Jadi jadwal kuliah semester ini bisa ditunda dulu, fokuslah mengikuti pelatihan ini."
Chu Wan langsung paham ini kesempatan langka. Lulus dari program pelatihan Biro Purbakala ini dan mendapatkan sertifikat, berarti kelak ia berhak memimpin ekskavasi arkeologi secara mandiri.
Sebenarnya dalam rencana jangka panjang pribadinya, ia tidak benar-benar ingin menekuni jalan arkeologi.
Lagipula, slot terbatas, tak perlu dipermasalahkan terburu-buru ke sana. Saat ini saya menolak dengan halus, berpikir kesempatan ini biarlah diberikan ke teman sekelas lain.
Saat makan hari ini, kebetulan beberapa teman sekelas pascasarjana dari jurusan makan bersama, kami sekadar berbincang santai tentang makalah penelitian yang baru ditulis.
Di tengah percakapan, Xia Chenghuai tiba-tiba berkata dengan santai: "Total ada tiga slot, Mungkin begitu akhirnya harus mengikuti arahan pembimbing akademik."
Mendengar ini, Song Weijun mengangguk: "Setuju, kalau begitu, saya kira kamu sekitar sangat mungkin tercapai. Profesor Su pasti dapat satu slot."
Xia Chenghuai berada di bawah pemeriksaan Su Yuhang. Insiden sebelumnya membuat Tuan Su kehilangan muka, selalu bersikap rendah hati. Tapi gelar profesor tetap di situ, beberapa hak yang seharusnya tidak akan dikurangi.
Mendengar ucapan Song Weijun, Xia Chenghuai terkekeh: "Belum tentu."
Percakapan ini membuat suasana meja makan dipenuhi pertimbangan mental kecil yang subtile.
Awalnya Profesor Yue dan Profesor Su memiliki perbedaan pendapat, murid-murid dari kedua pihak tentu membela profesor masing-masing. Antara Xia Chenghuai dengan Chu Wan dan Song Weijun, ada sedikit nuansa persaingan halus. Tapi kini, jika slot dialokasikan berdasarkan pembimbing akademik, maka timbul hubungan persaingan imbalan antar murid di bawah satu mentor yang sama.
Bagaimanapun, slot seperti ini tidak mudah diperoleh. Konon sebelumnya hanya tersedia untuk staf pengajar, kini langsung diberikan ke tangan lulusan pascasarjana. Semua pasti ingin berebut kesempatan ini.
Jika benar-benar ingin berkecimpung di bidang penggalian arkeologi, memperoleh sertifikat ini adalah keharusan. Ini ibarat akademi militer Huangpu dalam industri penggalian benda purbakala.
Xia Chenghuai melihat situasi ini, dalam hatinya timbul rasa puas. Murid PhD di bawah bimbingan Su Yuhang mungkin sudah pernah mengikuti program serupa. Dari lulusan pascasarjana, saat ini hanya dua yang dibimbingnya - satunya lagi baru-baru ini keluarganya sakit, mungkin tidak berminat ikut. Intinya, berdasarkan pembimbing akademik, slot ini sudah berada dalam genggamannya.
Di sebelah, Lu Jinping bertanya pada Chu Wan: "Apakah Profesor Yue ingin mengajakmu pergi?"
Chu Wan menjawab: "Beliau hanya menanyakan minat. Sudah kukatakan pada Profesor Yue bahwa aku merasa studi saat ini terlalu tegang, tidak ingin mengganggu waktu belajar. Lebih baik cari yang punya sisa tenaga."
Ucapannya mengandung komposisi sopan santun. Sebenarnya prestasi akademiknya terbaik di angkatan ini, hanya mencari alasan untuk menjaga gengsi orang lain.
Lu Jinping menyela: "Benar juga. Pelatihan seperti ini memang melelahkan. Kabarnya harus menyelesaikan tugas penggalian tanah. Teman perempuan pasti sulit melakukan arkeologi lapangan. Chu Wan lebih cocok di teori penelitian."
Chu Wan tidak terlalu suka dengan komentar ini, tapi memilih tidak meladeni.
Alasan penolakannya bukan karena itu. Tapi karena sudah menolak, lebih baik diam. Biarkan yang mau pergi saja.
Karakter Lu Jinping: di saat krusial bisa bersatu dalam satu garis depan, tapi begitu ada konflik kepentingan langsung berpisah jalan.
Tapi jadi mahasiswa pascasarjana juga cuma sekadar teman seperjalanan sementara. Setelah lulus nanti, kalau hubungan baik ya tetap berhubungan, kalau tidak, ikatan rekan seperguruan ini bisa langsung dilempar ke ember air. Siapa yang mau meladeni siapa?
Dengan putus asa, semua orang hanya fokus makan dan tak lagi membahasnya.
Tapi karena urusan slot pelatihan ini, Lu Jinping terlihat agak tegang. Beberapa hari terakhir ini dia terus-terusan pamer di depan Profesor Yue. Hari itu dia bahkan sengaja membawa buku tentang arkeologi lapangan untuk dilihat.
Song Weijun yang memperhatikan, diam-diam berkata pada Chu Wan: "Jinping akhir-akhir ini sangat ingin belajar."
Chu Wan melihat situasi ini, berkata: "Dia mengincar slot itu."
Song Weijun menghela napas: "Sebenarnya aku tak ambil pusing. Ini kan slot pemimpin kelompok. Menurutku kita yang masih kuliah S2 belum punya pengalaman cukup untuk itu. Tak perlu terburu-buru. Hari itu aku sudah bilang padanya - kalau dia mau pergi, silakan saja. Aku tak ada niat berebutan."
Chu Wan: "Lalu kenapa dia masih berusaha keras? Apakah dia pikir kita semua ingin merebut slot darinya?"
Song Weijun berpikir sejenak: "Mungkin terlalu khawatir. KTP-nya luar kota."
Chu Wan: "Apa hubungannya dengan ini?"
Song Weijun melirik Chu Wan, berpikir Chu Wan masih kecil, asli Beijing, menikahi orang baik - mungkin tak pernah memikirkan hal-hal seperti ini.
Ia menjelaskan: "Setelah lulus pascasarjana, kita harus pertimbangkan penempatan kerja. Kebijakan sekarang 'kembali ke daerah asal'. 70-80% akan ditempatkan di museum atau unit kerja sesuai KTP. Sangat sulit tinggal di Beijing."
Chu Wan tersadar: "Dia ingin gunakan ini sebagai nilai tambah untuk ditempatkan di museum Beijing?"
Song Weijun: "Benar. Selain itu, jika dapat sertifikat lebih awal, hati akan lebih tenang. Nanti saat kerja atau lanjut PhD, tak perlu menyita waktu lagi untuk urus ini."
Chu Wan: "Ada benarnya... Itu memang sangat penting."
Song Weijun menghela napas: "Aku tahu kamu tidak terlalu ingin memperebutkan ini, dan memang tak perlu dipermasalahkan. Tapi kali ini, dari penjelasan Profesor Yue, sebenarnya beliau sangat ingin kamu yang pergi."
Chu Wan: "Maksudnya? Aku sudah bilang ke Profesor Yue, aku tidak mau pergi."
Saat ini dia lebih waspada mengawasi barang-barang di Rumah Antik Bogu, khawatir terlewat. Sesekali juga harus berburu harta karun di pasar barang antik. Karena semua ini, sepanjang liburan musim panas dia tidak berani menemui Lu Shouyan.
Sampai sekarang, harta karun di Rumah Antik Bogu belum muncul. Tapi harus ikut pelatihan ini selama empat bulan lebih terbuang, berapa banyak waktu yang akan terbuang.
Mengganggu perburuan harta karun, melewatkan kesempatan di Rumah Antik Bogu, bahkan mengganggu kursus pascasarjana - tentu saja dia tidak mau pergi.
Song Weijun melihat reaksinya, tersenyum jarang: "Siapa tahu? Nanti kita lihat. Pokoknya jangan tutup pintu kesempatan. Kalau Lu Jinping gagal pergi, dia bisa mati kaget!"
Chu Wan mengangguk, tidak berkata apa-apa lagi.
Namun dalam hati masih terus berhitung, keramik dari Rumah Antik Bogu ini harus dia tanyakan lagi agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
