Tukang pemotong batu itu berteriak, semua orang langsung berkerumun. Terlihat dia memegang sepotong giok sebesar telur angsa, putih tanpa cacat, berminyak dan lembut sampai-sampai seperti bisa mengeluarkan minyak!
Sang master mengangkat giok itu ke arah sinar matahari: "Giok bagus, sangat bagus! Ini yang terbaik yang kubuka bulan ini. Lihat, tidak ada retakan sedikitpun, juga tidak ada serat, benar-benar murni!"
Xia Chenghuai terkejut, buru-buru mendekat. Setelah melihat, itu benar-benar giok lemak domba kualitas premium!
Dia tak percaya: "Ini...ini dari batu sisa tadi?"
Sebelum Chu Wan sempat bicara, tukang pemotong sudah menjawab: "Betul, dari batu sisa tadi! Aku juga tidak menyangka bisa dapat ini, tadinya sudah kupikir tidak ada harganya! Tsk tsk tsk, hari ini dapat pelajaran, giok ini luar biasa!"
Lalu menatap Chu Wan: "Gadis kecil ini beruntung, dapat hoki...eh bukan, pengamatannya tajam!"
Song Weiguo juga terkejut: "Benar-benar bisa keluar, Chu Wan kau memang hebat!"
Lao Mo bahkan matanya melotot: "Dewa, benar-benar dewa, aku baru saja dapat wawasan!"
Saat itu, lelaki botak itu juga melihatnya, ia melotot tak percaya melihat giok lemak domba kualitas tinggi itu: "Ini, ini dari bahan sisa tadi?"
Tukang potong batu: "Betul, dari bahan sisa tadi! Aku sudah menyerah, siapa sangka bisa keluar ini, hari ini baru kulihat!"
Lelaki botak masih ragu: "Masa mungkin? Bukannya itu sudah dinyatakan gagal??"
Orang-orang sekitar juga terperangah, memandangi giok lemak domba itu lama-lama, lalu melihat bahan sisa itu dengan penuh keheranan.
Mendengar ucapan lelaki botak tadi, seseorang berkata: "Barusan kau masih mengejek gadis itu bodoh, jual sepuluh yuan merasa untung besar, hasilnya malah dia bisa keluarkan giok lemak domba sebesar ini!"
Wajah lelaki botak itu hitam legam, pikirannya kini kosong melompong.
Dia membeli batu seharga 50 yuan, menolak tawaran 80 yuan. Setelah terpotong gagal, akhirnya dijual 10 yuan sekadar nutup modal. Eh malah si pembeli 10 yuan ini bisa mengeluarkan giok lemak domba bermutu tinggi!
Yang penting, sebesar ini giok lemak dombanya!
Sorot mata lelaki botak itu berkunang-kunang: "Masa mungkin? Itu kan limbah batu biasa?"
Bos lapak judi batu di sebelah menyelipkan tangan di dada sambil tertawa: "Ini namanya nasib, satu tebasan bisa miskin, satu tebasan kaya raya, satu tebasan pakai kain kasar. Setuju kalah berjudi!"
Lelaki botak itu menghela napas panjang, mengusap keringat: "Sudahlah, aku memang tak punya rejeki, sampai melepas anak emas yang sudah di tangan."
Para penonton sekitar ramai bersuara, ada yang iri, ada yang penasaran, ada juga yang bertanya ke Chu Wan: "Bagaimana caranya bisa tahu batu ini berisi?"
Chu Wan tentu tak berkata apa-apa: "Ini cuma keberuntungan. Baru saja melihat kulit merah itu, aku coba-coba saja."
Di sebelah, Xia Chenghuai yang baru saja gagal memotong delapan keping itu, hatinya sedang tidak nyaman. Namun saat memikirkan Chu Wan yang menyia-nyiakan sepuluh keping, dia malah merasa lumayan. Siapa sangka, begitu melihat Chu Wan justru berhasil memotong giok lemak domba sebaik ini, rasa dalam hatinya yang tak terucapkan itu langsung tidak bisa diungkapkan lagi.
Saat itu, bos lapak berjudi batu sudah mulai membentak: "Giok lemak domba kualitas terbaik, giok lemak domba kualitas terbaik! Lapakku baru saja memotong giok lemak domba kualitas terbaik sebesar telur angsa!"
Para hadirin semua datang dengan semangat, mendekat satu per satu, dan mulai memilih-milih untuk membeli.
Setelah munculnya giok lemak domba kualitas terbaik, semua orang merasa bisa ikut merasakan keberuntungan, mungkin juga menjadi kaya.
Chu Wan memotong giok lemak domba, Lao Mo dan Song Weiguo juga mengeratkan gigi mencoba, tapi akhirnya tidak mendapatkan hasil bagus. Lao Mo tak apa, Song Weiguo hanya mendapat sepotong giok Qing dengan kondisi biasa.
Chu Wan memeriksanya, merasa sebenarnya tidak rugi: "Delapan keping untuk yang ini, pantas." "Bisa dibuat liontin Buddha, nanti kamu berikan ke pacar."
Song Weiguo sebelumnya mendekati pacar, sepertinya masih panas-panasnya.
Song Weiguo setuju, mendiskusikan rencana mengukir nanti. Lao Mo menawarkan memperkenalkan pengukir giok, lalu bertanya ke Chu Wan butuh tidak. Chu Wan menjawab untuk sementara belum ada rencana, disimpan dulu.
Dia ingin menyimpannya sampai kembali ke Beijing, mencari pengukir giok terbaik untuk membuat sebuah barang bagi dirinya sendiri.
Di samping, Xia Chenghuai melihat ini, perasaannya sangat murung. Ternyata Song Weiguo juga tidak rugi, yang paling merugi justru dirinya sendiri, benar-benar keberuntungan buruk.
Dengan putus asa, beberapa orang ini sudah tidak ingin jalan-jalan lagi. Mereka segera bergegas keluar. Setelah meninggalkan penginapan, mereka mulai mendiskusikan rencana menunggu traktor.
Tiba-tiba, di sebelah mobil off-road berpelat Beijing itu, dua pria berbaju jas turun. Salah satunya sedang berbicara dengan pria di kursi belakang dengan suara rendah.
Lao Mo dan yang lain penasaran menoleh. Chu Wan juga secara refleks melirik.
Di kursi belakang mobil off-road, kaca jendela perlahan turun. Tampak seorang pria berambut terurai duduk di atas jok kulit.
Begitu melihat penampilan ini, Chu Wan tiba-tiba menyadari sesuatu.
Saat diperhatikan lebih dekat, kulit pria itu sangat pucat, seputih porselen putih berkualitas tinggi. Orang bisa menduga ada darah Barat dalam keturunannya.
Ternyata ini adalah Dao Hexi.
Dao Hexi di depan matanya terlihat lebih muda dari ingatannya. Rambut panjangnya yang khas masih ada, tapi kali ini hanya sepanjang bahu dengan potongan yang terkesan dipaksakan.
Rambut pendek itu hitam pekat seperti tinta, kontras dengan wajahnya yang putih salju, menciptakan dampak visual yang sangat mencolok.
Chu Wan sangat terkejut bertemu Dao Hexi di sini, namun setelah dipikir-pikir, hal ini sebenarnya sudah diprediksi.
Dao Hexi memiliki Perusahaan Peninggalan Budaya dan perusahaan perhiasan di Hong Kong. Perusahaan perhiasannya mungkin akan masuk ke pasar daratan Tiongkok, sedangkan sumber bahan baku giok melimpah di wilayah Xinjiang jelas menjadi daya tarik baginya.
Aksi penggalian Niya di Xinjiang kali ini konon didanai oleh perusahaan perhiasan Jepang dan Hong Kong. Dengan menghubungkan fakta ini, semua tindakan Dao Hexi menjadi masuk akal.
Minatnya pada sumber giok Xinjiang membuatnya datang untuk inspeksi. Dengan membiayai proyek arkeologi Niya, dia sekaligus membangun reputasi baik dan mendapat kesempatan mengunjungi situs Niya saat inspeksi ke Xinjiang - benar-benar satu kali usaha dapat dua hasil.
Yang tak disangka, iseng main uji kemampuan di pasar giok ini justru membuatnya bertemu Dao Hexi.
Adegan yang baru saja terjadi, sepertinya semuanya sudah dia perhatikan.
Saat Chu Wan berpikir demikian, Dao Hexi seolah merasakannya. Perlahan-lahan dia mengangkat kelopak matanya, pandangannya tepat tertuju pada Chu Wan.
Maka pandangan Chu Wan dan Dao Hexi bertemu dengan mantap di tengah hamparan pasir kuning yang membubung.
Matahari siang sebenarnya masih cukup hangat, tapi Chu Wan merasakan hawa dingin yang menusuk.
Di kehidupan sebelumnya, hubungannya dengan Dao Hexi memang sulit didefinisikan - sebagai teman, sekaligus tandingan yang saling menjaga jarak.
Lalu di kehidupan ini?
Lao Mo di sampingnya refleks mengerutkan alis. Sebagai supir yang sering bertemu berbagai karakter di jalan, berdasarkan instingnya, orang di depannya ini bukan tipe yang bisa dianggap remeh.
Bahkan dia menahan napas, memberikan kode mata pada Chu Wan agar tidak mengganggu orang seperti itu.
Pandangan Dao Hexi tetap tertancap pada Chu Wan.
Dengan sopan Chu Wan mengangguk memberi salam, kemudian menarik kembali pandangannya.
Lao Mo merasa sangat tidak bersemangat, buru-buru berkata: "Sudah larut, traktor datang! Kita harus cepat naik, harus segera pulang, kalau malam jalanan sulit dilalui!"
Yang lain sebenarnya juga merasa takut, mengingat mobil off-road dengan plat Beijing dan dua bodyguard berjas rapi – formasi seperti ini tidak biasa dilihat orang biasa. Dengan putus asa, mereka semua buru-buru bilang mau naik traktor.
Saat itu Lao Mo dan beberapa orang sudah mulai bicara tentang pulang, Chu Wan pun ikut mereka naik traktor.
Di dalam mobil off-road, Dao Hexi terus mengunci pandangannya pada Chu Wan, hingga melihatnya naik traktor yang perlahan menghilang dalam badai pasir kuning.
Dao Hexi memandang debu yang berangsur reda, baru berkata: "Maddocks, dia memberiku perasaan familiar yang aneh."
Dia menundukkan kelopak mata, berbisik pelan: "Seperti keramik giok produksi tahun tertentu yang telah kutatapi lama sekali."
Chu Wan berjudi batu dan memenangkan sepotong giok lemak domba kualitas tinggi. Para anggota tim tentu iri sekaligus mengagumi, tapi setelah kembali ke kelas pelatihan, mereka tidak membocorkannya. Bagaimanapun, pergi berjudi batu bersama Lao Mo bukan hal yang patut diumbar.
Sepanjang perjalanan bersama Chu Wan, awalnya para pria menganggapnya sebagai beban yang perlu diurus. Tapi setelah lebih mengenalnya, mereka justru sadar bahwa merekalah yang mungkin butuh bantuan.
Meski fisik perempuan ini mungkin tak sekuat mereka, pengalamannya sangat mumpuni. Semua persiapan matang – dua koper besar berisi barang-barang praktis yang tak terpikir oleh mereka.
Bahkan saat berjudi batu, dia bisa mengais giok lemak domba!
Belum lagi latar belakang Chu Wan. Jaringan hubungannya yang luas jelas terlihat. Bergaul dengannya memberi rasa aman, seolah kaki berpijak mantap di jalanan beraspal.
Karena semua ini, mereka juga berusaha merawat Chu Wan seadil mungkin. Setelah kembali, mereka semua berusaha tidak membicarakan hal ini.
Adapun Xia Chenghuai, dia bahkan tidak bisa menyaingi Chu Wan. Dia merasa kehilangan muka, jadi dia juga tidak menyinggung masalah ini.
Malam itu, semua orang beristirahat masing-masing. Keesokan harinya, mereka mulai bersiap untuk berangkat ke situs Niya.
Jarak dari sini ke situs Niya hanya puluhan kilometer. Namun berjalan di gurun sangat sulit, diperkirakan butuh beberapa jam. Itupun dengan menggunakan jeep. Jika masyarakat umum setempat naik unta, mungkin perlu hampir sehari penuh.
Chu Wan mulai mengemas koper. Banyak barang yang dia bawa adalah makanan - kue lapis praktis yang bisa mengatasi lapar, kue, coklat, dll. Selama dua bulan ini persediaan hampir habis. Korek api dan benda-benda kecil langka lainnya juga hampir semua diberikan. Sekarang kopernya terasa jauh lebih ringan.
Keesokan harinya, rombongan bersiap berangkat, namun petugas berwenang menyatakan perlu menunggu seorang tamu. Konon tamu ini juga berinvestasi dalam kegiatan investigasi arkeologi kali ini, dan dia akan datang langsung ke lokasi untuk melihat.
Pernyataan ini mengejutkan orang-orang, mengingat kondisi arkeologi yang sangat sulit, investor asing umumnya jarang datang.
Chu Wan menduga pastilah Dao Hexi.
Ini sebenarnya di luar perkiraan awalnya.
Penelitian arkeologi kali ini merupakan kolaborasi antara Institut Arkeologi Akademi Ilmu Pengetahuan China, Departemen Arkeologi Universitas Beijing, dan Universitas Waseda Jepang. Anggaran berasal dari investor Jepang dan Hong Kong. Dia tahu personel arkeologi Universitas Waseda selalu berada di lokasi, tapi tak menyangka investor Hong Kong itu ternyata Dao Hexi.
Awalnya dia berharap bisa memanas-manasi situasi untuk menggali kain brokat "Bintang Lima Terbit di Timur Menguntungkan Tiongkok", tepat saat reformasi dan keterbukaan dimulai. Ini bisa menyemangati publik, sekaligus menjadi monumen bagi penelitian arkeologi Tiongkok dan menarik lebih banyak investasi.
Di saat seperti ini, tentu dia ingin meminimalisir kecelakaan kecil. Semakin banyak orang dan pihak terlibat, semakin sulit untuk mulai bertindak.
Keberadaan Dao Hexi membuat banyak hal harus dipertimbangkan dengan ketakutan.
Pagi itu mereka meneguk teh susu dan menyantap roti kukus, lalu kembali ke penginapan untuk mengambil koper sebelum berkumpul bersiap berangkat.
Lao Mo tiba-tiba berseru: "Hmm, bukankah itu orang yang pernah kita lihat sebelumnya?"
Chu Wan menoleh - benar saja. Mobil itu terparkir, bahkan terlihat Maddocks di dalamnya yang juga jelas memperhatikannya.
Dia segera menarik pandangan, pura-pura tidak melihat.
Saat itu, semua orang mulai membawa koper menuju konvoi kendaraan yang terdiri dari satu truk Jiefang, satu jeep delapan kursi, dan dua jeep lima kursi. Di dalamnya ada peserta pelatihan, anggota tim arkeologi, serta beberapa petani lokal yang disewa. Mereka nanti akan membantu mengerjakan pekerjaan fisik ringan.
Truk Jiefang sudah dimuati peralatan radio, drum bensin besar, dan air, serta beberapa tenda kehidupan. Sementara jeep jelas kelebihan penumpang. Ketika Chu Wan datang, jeep sudah tidak muat lagi.
Song Weiguo membantu Chu Wan membawa koper. Semua orang berdesak-desakan untuk masuk.
Tak disangka, Maddocks mendatangi ketua tim arkeologi untuk berdiskusi. Pihak sana melirik Chu Wan, lalu ketua tim menghampiri Chu Wan: "Rekan Chu Wan, mobil di sini sudah terlalu penuh. Atapnya pun tidak ada, naik di atas bakal sangat tidak nyaman. Bagaimana kalau kamu naik jeep mereka saja?"
Melihat ini, Song Weiguo langsung berkata: "Wah, itu bagus sekali!"
Jeep pasti terlalu penuh. Jika tidak muat, harus naik bak belakang truk Jiefang. Duduk di bak belakang truk Jiefang tentu tidak nyaman - wajah kena debu dan tanah, belum lagi perbedaan suhu siang-malam yang ekstrim. Mungkin bisa membuat orang mati kedinginan, terpaksa berdesakan untuk menghangatkan diri.
Chu Wan tetap seorang perempuan. Tidak pantas berdesak-desakan dengan banyak pria.
Chu Wan melirik mobil off-road itu, lalu melihat ke jeep. Tanpa komentar, dia menyetujui.
Sebagai satu-satunya wanita di grup, kalau memaksa ikut berdesakan di jeep pasti semua akan mengalah. Tak perlu dipermasalahkan, lebih baik langsung saja naik mobil off-road bersama Dao Hexi. Setidaknya lebih nyaman.
Dengan putus asa, dia mengangkat koper dan mengikuti bodyguard ke sisi mobil off-road.
Maddocks: "Kita pernah bertemu."
Chu Wan tersenyum, mengulurkan tangan. Maddocks agak terkejut, lalu menjabat tangannya.
Chu Wan: "Benar, bertemu lagi. Terima kasih atas keringanannya."
Sambil berkata, ia menatap ke dalam mobil: "Ini Tn. Dao ya? Tidak mengganggunya?"
Maddocks: "Tidak, di perjalanan tidak perlu banyak formalitas."
Chu Wan: "Syukurlah."
Maddocks membantu Chu Wan mengatur koper, dengan sopan membukakan pintu mobil. Chu Wan pun naik.
Setelah masuk, terlihat Dao Hexi bersandar di kursi, menoleh ke arahnya.
Tampannya yang alami nan elegan, bahkan di gurun berpasir kuning ini, tetap seperti adipati yang keluar dari kastil kuno Barat - wajah pucat, dingin, dan misterius.
Chu Wan mengangguk halus dengan sopan: "Tuan, kita bertemu lagi. Maaf merepotkan."
Dao Hexi tak bereaksi. Sorot matanya yang dingin menatapnya langsung tanpa tedeng aling-aling.
Chu Wan mengangkat alis, tampak bingung.
Dao Hexi menarik pandangannya, memandang ke luar jendela.
Chu Wan pun tak berkata apa-apa lagi.
Saat ini mereka belum akrab, belum memiliki hubungan baik seperti di kehidupan sebelumnya, apalagi Dao Hexi sendiri memang punya sifat aneh yang tak bisa ditebak dengan logika umum.
Saat ini padang gurun sedang berada di puncak kepanasan, berjalan di luar sebentar saja baju akan basah kuyup. Tapi di dalam mobil off-road ini ada AC yang sejuk dan nyaman.
Chu Wan duduk di kursi kulit asli, menatap ke luar jendela. Rumah-rumah pendek berwarna tanah mengilat cepat, ranting kering dan jerami di atapnya diselimuti lapisan tebal pasir kuning, menyatu dengan hamparan gurun tak berujung.
Kecuali semak saxaul dan pohon poplar gurun yang sesekali terlihat, panorama yang tersisa hanyalah keseragaman warna pasir yang membentang luas.
Di area inilah, ribuan tahun yang lalu, pernah berdiri ibu kota megah dengan pedagang hilir mudik, menjadi pos perhentian pertukaran budaya Timur dan Barat.
Karena sejarah inilah, tempat yang telah terkubur pasir kuning ini sejak ditemukan, telah menarik begitu banyak penjelajah dan arkeolog untuk menelusuri misteri yang terkubur di gurun ribuan tahun silam.
Chu Wan tahu, masih banyak hal yang harus dia lakukan. Kesempatan datang ke Xinjiang masih ada, tapi kesempatan datang ke Niya sebagai anggota tim arkeologi hanya sekali ini.
Jadi, apakah dia bisa menggali apa yang ingin diungkapnya, semuanya tergantung pada kesempatan kali ini.
Tiba-tiba, suara rendah nan dingin menggema di dalam kabin mobil: "Siapa namamu?"
Pikiran mengembara Chu Wan ditarik kembali ke kabin. Ia menoleh, memandanginya sejenak, lalu berkata: "Namaku Chu Wan."
Dao Hexi: "Chu Wan?"
Chu Wan mengangguk: "Benar, Chu seperti dalam Chu Yi (hari pertama Tahun Baru Imlek)."
Dao Hexi: "Mengapa margamu Chu? Marga seperti itu belum pernah kudengar sebelumnya."
Chu Wan mendengar ini, berkata datar: "Budaya Tiongkok sangat luas dan mendalam, banyak nama marga yang memang langka. Mengenai marga Chu, dalam buku 'Asal-Usul Klan' Dinasti Ming tercatat bahwa keturunan cabang Raja Tang memiliki marga Chu. Marga Chu ini merupakan keturunan cabang dari Raja Cheng Tang, penguasa pendiri Dinasti Shang."
Dao Hexi mendengar ini, tampak termenung, lalu berkata: "Saya bermarga Dao, seperti Dao dalam 'sinar golok dan kilau pedang'. Apa asal-usul nama marga ini?"
Chu Wan yang telah meneliti nama Dao Hexi di kehidupan sebelumnya, dengan putus asa menjawab: "Asal-usul marga Dao memiliki tiga teori. Ini tergantung pada leluhur Tuan dari suku mana?"
Dao Hexi: "Coba jelaskan."
Chu Wan: "Pertama berasal dari suku Dai, diberikan oleh Kaisar Dinasti Yuan sebagai hadiah nama marga kepada pemimpin suku Dai di Yunnan. Kedua berasal dari suku Miao, sebagai nama marga etnis Jurchen dari Kerajaan Bohai kuno--"
Saat mengucapkan ini, dia menatapnya dalam-dalam.
Dao Hexi: "Lalu yang ketiga?"
Chu Wan baru perlahan berkata: "Margagolok pada etnis Han, menurut legenda berasal dari penduduk Huangma di Hubei yang mengubah marga menjadi ‘Dao’ saat mengungsi ke wilayah Bashu. Sepertinya Tn. Dao adalah orang Han."
Dao Hexi mengangguk halus: "Mungkin."
Chu Wan: "Tapi——"
Alis dan mata Dao Hexi bergetar halus: "Hmm?"
Chu Wan tersenyum: "Jika berasal dari etnis Han, karakter ‘’ ini seharusnya merupakan variasi karakter ‘’, tidak dilafalkan ‘Dao’ melainkan ‘Diao’."
Dao Hexi menunduk, tampak merenung, lalu bertanya pelan: "Lalu bagaimana dengan namaku? Ada makna khusus apa?"
Chu Wan: "Nama Tuan adalah?"
Dao Hexi: "Hexi."
Chu Wan: "Nama ini berasal dari esai ‘Paviliun Melepas Bangau’ karya Su Shi: ‘Bangau kembali ke timur di bawah bayangan gunung. Di sana ada pria bertopi kuning, bersepatu rumput, bermain qin sambil bercocok tanam. Hasil panennya cukup untuk menghidupi dirimu.’"
Ia menatap Dao Hexi, berkata: "Orang yang memberi nama ini pada Tuan pastilah ahli budaya tradisional Tiongkok. Nama 'Hexi' sebenarnya menyimpan makna 'kembali' dalam hati sang bangau."
Dao Hexi terdiam sejenak, lalu berkata pelan: "Mungkin saja."
Chu Wan tersenyum: "Kabarnya investigasi arkeologi kali ini dibiayai oleh Tn. Dao?"
Dao Hexi mengangguk hampir tak terlihat.
Chu Wan: "Tn. Dao sangat tertarik dengan arkeologi?"
Dao Hexi meliriknya perlahan, menahan bibir rapat-rapat tanpa sepatah kata.
Melihat ini, Chu Wan pun mengurungkan niat bertanya.
Mengingat berbagai peristiwa di kehidupan sebelumnya, ia cukup toleran terhadap Dao Hexi.
Memang sifatnya aneh, sikap dinginnya dalam pergaulan tak perlu dipermasalahkan.
Ia menarik pandangannya, memejamkan mata untuk beristirahat.
Perjalanan masih panjang. Di mobil off-road yang nyaman ini, harus manfaatkan waktu sebaik mungkin untuk memulihkan tenaga.
