Chu Wan meminta penerjemah membantu memfotokopi panduan pelayaran tersebut. Setelah mendapatkan salinannya, dia dengan hati-hati menyimpan dokumen tersebut.
Sepertinya tidak ada yang memperhatikan dokumen ini. Bahkan jika ada yang melihatnya, takkan ada yang nekat mengambil tindakan. Bagaimanapun, penyelamatan bangkai kapal penuh kesulitan - hanya orang gila seperti Hammie yang mau melakukannya.
Kini, satu-satunya tandingan Tiongkok adalah Hammie yang ambisius itu.
Setelah memperoleh dokumen tersebut, Chu Wan tidak mengumbar kabar. Dengan ketenangan, dia menyimpan bahan-bahan itu lalu melanjutkan petualangannya di Swedia: menikmati kuliner, menghadiri balai lelang, dan berdiskusi dengan ahli keramik.
Keluarga Kerajaan Swedia bahkan mengundangnya untuk memberikan presentasi verifikasi teknologi keramik Tiongkok di sebuah Museum Keramik Tiongkok.
Chu Wan menyampaikan presentasi dalam bahasa Mandarin dan Inggris. Kefasihannya berbahasa Inggris dipahami dengan baik oleh orang Swedia yang umumnya mahir berbahasa Inggris. Ketika berbicara dalam bahasa Mandarin, meski sebagian besar audiens tidak mengerti, mereka tetap terpesona oleh suaranya yang penuh aura misterius Timur.
Dengan wajah yang jernih dan menawan, serta paras yang mencolok, Chu Wan berbicara fasih sambil mengutip referensi klasik. Di lokasi ia juga membantu memverifikasi keramik - tahun pembuatan, asal-usul, hingga teknik pembakaran dijelaskannya dengan gamblang. Pengetahuan luas gadis muda beraura magis Timur ini berhasil menyedot perhatian banyak orang.
Beberapa teman dari lingkung arkeologi Swedia yang sudah mengetahui reputasinya sejak ia bersinar di pertukaran arkeologi di Amerika pun hadir, mengukuhkan statusnya sebagai figur yang menjadi terkenal seketika.
Setelah itu, Putri Swedia bahkan mengundangnya secara khusus, menikmati koleksi perhiasan giok, mutiara, dan keramik miliknya, berdiskusi mendalam, serta memberikannya kalung berlian biru.
Perjalanan Chu Wan ke Swedia yang awalnya direncanakan 3-5 hari, ternyata molor hingga belasan hari. Akhirnya karena jadwal kuliah Lu Shouyan segera dimulai, mereka tak berani menunda lagi. Seluruh keluarga pun meninggalkan Swedia.
Saat keberangkatan Chu Wan, ia menerima berbagai hadiah - makanan, mainan, cahaya lilin, perak, kuda mainan kayu, serta aneka hidangan.
Tentu yang terpenting adalah pesanan kustom keramik dari keluarga kerajaan Swedia.
Menanggapi hal ini, Dao Hexi menelepon dan memuji: "Sekali kau melangkah ke Swedia, pasar Eropa sudah dalam kendali kami."
Chu Wan: "Ini bukan karena kehebatanku, tapi karena kita semua memang luar biasa."
Dao Hexi terdiam sejenak, lalu suaranya terdengar berbinar: "Sekarang aku merasa, mungkin porsimu dalam bagi hasil seharusnya ditambah lagi."
Chu Wan tidak terlalu mempedulikan hal ini, dirinya hanya bersikap semaunya saja. Pasar Eropa-Amerika masih membutuhkan Dao Hexi untuk mengurusnya, lagipula saat ini porsi sahamnya memang sudah lebih banyak daripada Dao Hexi.
Berbisnis bertujuan untuk jangka panjang, kedua belah pihak sama-sama diuntungkan, tak perlu mempermasalahkan hal-hal ini.
Sambil mengobrol dengan Dao Hexi, mereka juga membicarakan rumah di Amerika yang sudah dirapikan oleh orang suruhannya, semua perlengkapan lengkap. Mereka bisa menempati kapan saja.
Chu Wan tentu merasa sangat berterima kasih.
Dengan putus asa, Chu Wan dan Lu Shouyan membawa anak serta pengasuh ke Amerika, lagi-lagi harus menempuh penerbangan belasan jam. Namun anak dan pengasuh sudah terbiasa, tidak merasa terlalu lelah.
Awalnya Dao Hexi menawarkan akan mengirim orang untuk menjemput, tapi Chu Wan menolak. Sudah meminjam rumahnya, tak perlu merepotkannya lagi. Lagi pula Lu Jiancheng ada di Amerika, serahkan saja pada Lu Jiancheng yang mengurus.
Setelah turun dari pesawat, Lu Jianshi sudah datang bersama teman sekelasnya, menjemput rombongan mereka, lalu langsung menuju rumah Dao Hexi.
Letak geografis rumah ini sangat strategis, jaraknya tidak jauh dari kampus Lu Shouyan. Cukup berjalan kaki sepuluh menit, benar-benar praktis.
Interior rumah tidak terlalu mewah, namun bersih dan rapi dengan ruang terbuka yang lapang. Terdapat taman belakang yang berdekatan dengan sungai, konon bisa untuk memancing. Suasana tenang dan asri ini sangat cocok untuk enam anggota keluarga mereka.
Setelah beristirahat, Lu Shouyan mengajak Lu Jianshi dan teman sekelasnya makan. Setelah temannya pergi, Lu Jianshi sementara tinggal bersama mereka.
Lu Jianshi telah berhasil meraih gelar PhD di bidang Ilmu Komputer dengan penghargaan akademik bergengsi, dan kini sedang melakukan penelitian pascadoktoral.
Dari penjelasannya, proyek kelulusannya adalah sistem interaksi jaringan yang dirancang dengan bahasa pengembangan lintas platform. Kini Sistem ini dilirik oleh perusahaan ternama Amerika, mereka ingin membeli. Tapi untuk sementara dia belum mau mempertimbangkan, rencananya mau memanfaatkan proyek ini untuk membangun usaha sendiri.
Chu Wan mendengarkan sambil tersenyum, tahu bahwa ini adalah jalur karir yang sama seperti kehidupan sebelumnya. Secara santai ia bertanya tentang rencana bisnis dan dana awal Lu Jianshi.
Di kehidupan dulu, dana awal yang dimilikinya sangat minim sehingga awal berbisnis sangat sulit.
Lu Jianshi ternyata punya konsep sendiri. Dia berencana bekerja sama dengan perusahaan komputer ternama - menyumbangkan teknologi sementara pihak lain menyediakan platform dan dana.
Tapi saat ini dia belum mendapat kesempatan bertemu pejabat perusahaan tersebut, jadi sedang mempertimbangkan alternatif lain. Untuk sementara fokus menyempurnakan penelitian sambil mencari peluang.
Di tengah percakapan, kedua si kecil terbangun. Sang pembantu menggendong mereka keluar. Melihat Lu Jianshi, mereka penasaran sambil menundukkan kepala mengamati dengan seksama.
“Lu Jianshi” juga merasa dua bocah ini lucu, ia mencolek tangan gempal Mengjin dengan jarinya: "Tanganmu kok bisa segemuk ini ya."
Tak disangka Mengjin langsung cemberut, memonyongkan mulut mungilnya dengan sedih sambil melototi dia dengan linangan air mata.
Lu Jianshi tertegun sebentar: "Dia marah ya?"
Lu Shouyan yang berdiri di samping segera mengangkat putri kesayangannya, menepuk-nepuk punggungnya dalam dekapan: "Jangan diladeni si kakak bodoh ini."
"Kakak bodoh" Lu Jianshi langsung membeku. Ia menatap heran ke arah pamannya yang tegas dan disiplin itu - kini dengan lembut menggendong putri kecilnya, suaranya berirama menenangkan penuh kasih sayang. Ini benar-benar berubah total, tak pantas dilihat!
Malam pertama setelah tiba di Amerika, Chu Wan baru menghubungi Profesor Yue Qizhou. Ia menceritakan penemuan catatan harian pelayaran Belanda di Swedia tersebut.
Hammie berada di Belanda, secara Logika umum, kemungkinan besar dia akan memperhatikan catatan harian pelayaran ini, sehingga menemukan kapal karam untuk dilakukan pengerukan/pengangkatan.
Chu Wan mengira dia perlu lebih banyak argumentasi untuk memengaruhi Profesor Yue. Tapi siapa sangka sang profesor justru lebih terburu-buru darinya: "Sejak berdirinya Institut Arkeologi Bawah Air kami, kami selalu memantau informasi pengerukan internasional. Kasus Hammie juga kami pantau, katanya sekarang dia sedang mengunjungi ahli-ahli arkeologi ternama, menghubungi para ahli perpustakaan dan museum dari berbagai kampus di dunia, mengumpulkan profesor dan mahasiswa untuk mengumpulkan peta pelayaran kuno dan intelijen transportasi laut kuno. Setelah meraih koin-koin besar sebelumnya, kini dia terus mengarahkan pandangan ke Laut Selatan kita. Begitu ditemukan, pasti tidak akan dilewatkan!"
Mendengar ini, Chu Wan langsung merasa lega. Setidaknya dia tidak perlu mengeluarkan argumentasi untuk memengaruhi siapa pun. Kesadaran Institut Arkeologi Bawah Air sudah mencapai tingkat itu.
Dengan putus asa, dia dan Profesor Yue mulai berdiskusi. Sang profesor bahkan lebih khawatir darinya, langsung menganalisis masalah internal pasukannya: apa yang perlu dilakukan, keharusan meningkatkan praktik arkeologi bawah air secepatnya, rencananya menarik investor, serta mempromosikan legislasi perlindungan peninggalan budaya maritim.
Singkatnya, sebagai pakar arkeologi, dia tak perlu banyak penjelasan dari Chu Wan. Visinya jauh melampaui pemikiran sang gadis.
Mereka berdiskusi selama satu jam penuh, merundingkan langkah selanjutnya. Chu Wan juga mengangkat penelitian robot bawah air Lu Jianhui, mengusulkan kolaborasi antara institut arkeologi bawah air dengan riset robot tersebut untuk saling sinergi.
Profesor Yue menyetujui usulan itu. Setelah klarifikasi detail, dia memutuskan untuk mengunjungi tim peneliti robot bawah air ketika ada waktu luang.
Usai menutup telepon, Chu Wan akhirnya lega. Kini dia menyadari: di dalam negeri begitu banyak orang kompeten dan berdedikasi, semua bekerja keras baik secara langsung maupun tidak.
Kekuatan individu terbatas, namun kekuatan kolektif tak terbatas. Setidaknya semua orang sedang berjuang mengejar target ini.
Hammie yang sepele itu, meski berhasil kali ini, lain kali dia pasti takkan bisa.
Saat ini, tugas terpentingnya adalah meraup lebih banyak uang, mencari cara mendapatkan lebih banyak dolar AS.
Pengerukan kapal karam harus menginvestasikan banyak uang secara besar-besaran.
Karena tertunda di Swedia, setelah tiba di Amerika, Lu Shouyan segera memulai jadwal kuliahnya. Kemampuan bahasa Inggrisnya cukup, namun perlu beradaptasi dengan sistem perkuliahan yang intensif ini.
Mengingat energi terbatas, perawatan anak terutama ditangani Chu Wan bersama dua pembantu.
Sebenarnya dalam rencana awal Lu Shouyan dan Chu Wan, dua pembantu bisa mengurus anak sendiri. Namun setelah tiba, muncul beberapa masalah: tidak seperti di dalam negeri yang mudah belanja sayur, di sini harus mengemudi untuk berbelanja; desain tungku dan peralatan makan juga sangat berbeda dengan di Tiongkok.
Bagi dua pembantu yang kesulitan membaca dan menulis ini, hal itu jelas terasa asing. Mereka butuh waktu untuk beradaptasi, dan semua ini membutuhkan lebih banyak perhatian dari Chu Wan.
Melihat situasi ini, Lu Jianshi akhirnya menetap di sini selama beberapa hari. Ia menjadi sopir sekaligus membantu mereka menyesuaikan diri dengan kehidupan setempat. Setelah satu-dua minggu, akhirnya semuanya berjalan stabil.
Namun Lu Jianshi malah enggan pergi. Ia merasa nyaman tinggal di sini - ada dua anak kecil yang bisa diajak main-main, ditambah masakan pembantu jauh lebih enak daripada masakannya sendiri.
Lu Shouyan tersenyum geli, lalu mengizinkannya tetap tinggal sebagai sopir paruh waktu dan pembeli, sekaligus membantu mengurus berbagai urusan lainnya.
Chu Wan sebenarnya juga setuju dengan kehadiran Lu Jianshi. Lelaki yang sudah terbiasa tinggal di Amerika ini membawa hubungan saling menguntungkan bagi semua pihak.
Namun melihat Lu Shouyan yang begitu memanjakan keponakannya, diam-diam hatinya terasa iri. Malam itu ia berbisik pelan: "Aku tahu, kamu sangat baik pada keponakanmu."
Lu Shouyan menunduk dan menggigit telinganya: "Ini orang macam apa? Cemburu pada hal yang tak mungkin kau dapatkan."
Chu Wan mengeluarkan suara mendengus, lalu memilih tak melanjutkan.
Chu Wan tak perlu berangkat kerja atau sekolah, tapi tetap sibuk.
Kini keluarga kerajaan Swedia telah memesan pesanan khusus ke Ci Yu. Chu Wan tak berani lengah, ia khusus menelepon Yi Tiesheng dan Zhang Yuxin lintas benua untuk memberikan instruksi detail.
Zhang Yuxin paham betul pentingnya hal ini. Bagaimanapun, banyak pelanggan luar negeri di Jingdezhen memutus kontrak pesanan, pabrik keramik milik negara di sana tutup besar-besaran. Banyak pekerja kiln tiba-tiba menganggur - pemutusan hubungan kerja massal ini merupakan pukulan dahsyat bagi Jingdezhen.
Selama bertahun-tahun di Jingdezhen, Zhang Yuxin punya banyak teman yang masih ada hubungan keluarga. Mereka mendatanginya, berharap diberi jalan keluar.
Tapi kapasitas Ci Yu hanya segitu, tidak bisa menampung lebih banyak orang, hal ini membuatnya sangat disesalkan.
Jika penjualan Ci Yu bisa meningkat, kemungkinan penambahan kiln bakar kayu Ci Yu akan terbuka.
Tentu masih ada harapan lain, mungkin dengan ini bisa mengubah takdir melawan langit, mendorong perkembangan kiln-kiln lain di Jingdezhen, memberi jalan keluar bagi kiln-kiln tersebut.
Karena itu saat ini Zhang Yuxin sebenarnya lebih berusaha keras merebut peluang pesanan Swedia ini, menunjukkan performa terbaik, sekaligus memasuki pasar keramik kelas tinggi Swedia.
Saat ini, kedua pembantu di rumah sudah paham situasi, kehidupan mulai membiasakan diri, anak juga terawat dengan baik, semua kontak luar negeri sudah dilakukan, Chu Wan sendiri mulai tenang merenungkan pasar barang antik Amerika.
Pertama yang terlintas di pikirannya adalah balai lelang kecil milik perorangan.
Dia mengumpulkan koran lokal dan terus memantau informasi stasiun TV, mencari-cari kesempatan lelang di daerah tersebut.
Balai lelang kecil milik perorangan seperti ini seringkali tanpa sengaja bisa menemukan beberapa barang bagus.
Dalam berita koran sudut kecil ini, Chu Wan mengumpulkan informasi, hingga akhirnya pandangannya tertuju pada sebuah informasi yang tidak mencolok.
Itu adalah lelang warisan seorang Yahudi bernama Tuan Levi yang baru saja meninggal. Nama itu terdengar familiar bagi Chu Wan, dia tahu pria ini termasuk kolektor yang cukup dikenal.
Alasan Chu Wan mengingat namanya adalah karena salah satu koleksinya ternyata merupakan salinan "Deklarasi Kemerdekaan" Dungeon.
Menurut pengetahuan Chu Wan, sebagian besar koleksi semasa hidupnya telah dilelang, namun beberapa yang tidak terjual dijual ke toko barang bekas dengan harga murah.
Dua tahun kemudian, bos toko barang bekas itu tiba-tiba mengeluarkan "Deklarasi Kemerdekaan".
Salinan asli "Deklarasi Kemerdekaan" yang masih ada sangat langka. Salinan yang dikeluarkan bos toko barang bekas itu merupakan versi cetak dari Salem, Massachusetts, yang bisa dianggap sebagai peninggalan budaya bersejarah penting. Saat itu, "Deklarasi Kemerdekaan" tersebut terjual seharga 5.4 juta dolar di balai lelang.
Berdasarkan dugaan dan diskusi orang dalam industri, salinan 《Deklarasi Kemerdekaan》 ini seharusnya ditemukan tidak sengaja oleh pemilik toko barang bekas dalam koleksi Tuan Levi.
Chu Wan membaca informasi lelang ini, merasa harus pergi ke sana, mungkin bisa menemukan 《Deklarasi Kemerdekaan》 ini lebih awal.
Jika benar ditemukan, lebih baik tidak dijual, dibawa kembali ke China dan disimpan di museum, bukankah itu juga cukup menarik?
Setelah menyalin informasi beberapa lelang terdekat, Chu Wan membuat penjadwalan perjalanan selanjutnya, lalu pergi ke perpustakaan untuk meneliti informasi terkait Deklarasi Kemerdekaan.
Pada hari yang ditentukan, dia meminta Lu Jianshi mengemudi mengantarnya ke rumah kolektor Yahudi tersebut.
Sebenarnya dia bisa mengemudi, tapi di kehidupan ini belum memiliki SIM, sedang berusaha memperolehnya.
Rumah kolektor Yahudi ini terletak di pinggiran kota. Sesampainya di sana, terlihat plakat kecil di halaman bertuliskan "Estate Sales".
Setelah masuk, petugas yang ditunjuk menyambut mereka dan menjelaskan situasi secara singkat. Chu Wan pertama-tama mendaftarkan informasi pribadi, lalu mengambil nomor papan tawaran.
Kolektor dengan aset sangat kaya biasanya mempercayakan koleksi mereka ke rumah lelang profesional. Namun jelas kolektor Yahudi yang telah meninggal ini belum cukup terkenal, atau koleksinya tidak cukup bernilai bagi penerus warisan untuk menggunakan jasa rumah lelang ternama, sehingga menggunakan perusahaan Estate Sales.
Chu Wan memperkirakan sekitar belasan pengunjung adalah profesional kolektor atau bos pasar loak. Selain itu, mayoritas pengunjung adalah nenek-kakek yang terkesan ingin memunguti barang bekas murah.
Chu Wan memeriksa semua koleksi yang terdiri dari berbagai jenis: perhiasan, keramik, lukisan dan kaligrafi, furnitur, jam tangan merek bekas, bahkan koleksi Perang Dunia II.
Meski beragam, Chu Wan tidak menemukan barang yang menarik minatnya. Apalagi Deklarasi Kemerdekaan, bahkan tidak terlihat sekilas.
Hanya bisa dikatakan, Deklarasi Kemerdekaan ini mungkin masih berada di kediaman orang Yahudi tersebut dan belum ditemukan, atau ditampilkan dengan cara yang lebih rahasia di hadapan semua orang.
Kalau tidak, tidak sampai segitunya membuat bos toko barang bekas mendapat keuntungan besar.
Chu Wan berjalan pelan-pelan melihat-lihat di koridor dan berbagai ruangan, dia segera memfokuskan targetnya pada lukisan-lukisan tersebut.
Dia sudah memeriksa semua barang lelang, tidak ditemukan jejak "Deklarasi Kemerdekaan". Barang keramik, patung, barang logam, dll tidak mungkin menyembunyikan Deklarasi Kemerdekaan. Sedangkan buku-buku jelas sudah diperiksa orang, tidak mungkin dibiarkan untuk toko barang bekas mengambil harta karun.
Jadi kemungkinan terbesar adalah lukisan-lukisan ini.
Koleksi lukisan Tuan Levi cukup beragam, ada beberapa yang bernilai tinggi seperti "Perjalanan Kapten Lewis dan Clark" terbitan awal abad ke-19 dengan harga awal lelang 20.000 dolar AS, serta cetakan burung karya Audubon dengan harga awal 2.000 dolar AS.
Ini membuat Chu Wan agak kebingungan, dia menduga bahwa Deklarasi Kemerdekaan tersembunyi di antara lukisan-lukisan ini, persis seperti potret keluarga Hu Huiyun yang dulu.
Namun, dia tidak mungkin membukanya untuk memeriksa, apalagi membeli semua lukisan itu yang membutuhkan biaya tidak sedikit.
Lagipula, membeli semuanya pun belum tentu menjamin keberadaan Deklarasi Kemerdekaan di dalamnya. Bisa jadi dokumen itu tersembunyi di barang-barang yang tidak dilelang, atau mungkin perkembangan kehidupan ini berbeda dengan masa lalu sehingga Deklarasi Kemerdekaan sudah diambil orang.
Jika dia gegabah membeli semuanya, barulah pantas disebut orang bodoh.
Singkatnya, teknik serupa pernah digunakan pada potret keluarga Hu Huiyun untuk menghajar orang lain - tentu dia tidak akan terjebak dalam perangkap yang sama dan menelan ludah sendiri.
Saat sedang asyik mengamati barang-barang sambil berpikir santai tentang hal ini, tiba-tiba terlihat bayangan seseorang di depan yang profil wajahnya terasa familiar.
Mengingat ini di Amerika, wajah oriental memang terlihat sangat mencolok.
Saat memperhatikan lebih seksama, orang di seberang juga kebetulan menoleh ke arahnya.
Itu ternyata adalah Sun Xueye.
Chu Wan agak terkejut sebentar, tapi segera teringat.
Sun Xueye yang merupakan orang reinkarnasi dengan ingatan kehidupan sebelumnya, pernah tinggal di Amerika di hidupnya dulu. Kisah lelang Deklarasi Kemerdekaan yang terdengar aneh ini pasti sudah didengarnya.
Bagaimanapun, Deklarasi Kemerdekaan kemudian terjual dengan harga selangit. Dia pasti tahu, beberapa ahli bahkan pernah mencoba menjelaskan asal-usul dokumen itu, meski bos toko barang bekas tidak mau mengakuinya.
Sun Xueye yang mengetahui kebetulan ini, tentu ingin mendapatkan harta karun tak terduga.
Chu Wan melirik Sun Xueye sekilas sebelum menarik pandangannya.
Namun Sun Xueye terkejut setengah mati.
Sama sekali tak disangkannya, dia bisa bertemu Chu Wan di sini.
Kapan Chu Wan pertama kali ke Amerika di kehidupan sebelumnya? Kenapa sekarang dia sudah berada di Amerika lebih awal, bahkan muncul di balai lelang tidak mencolok seperti ini?
Sun Xueye tiba-tiba merasa cemas. Alasan sebenarnya dia datang ke sini memang karena ingatan dari kehidupan sebelumnya. Tapi sekarang, Chu Wan ternyata muncul. Dia tiba-tiba merasa rahasianya terendus.
Matanya terus mengawasi Chu Wan, perasaan tidak nyaman memenuhi hatinya.
Chu Wan sama sekali tidak menghiraukan keterkejutan Sun Xueye, melanjutkan pemeriksaan koleksi potret lainnya.
Terhadap orang seperti ini, dia tidak pernah menganggapnya penting di kehidupan sebelumnya, begitu pula di kehidupan ini.
Dia hanya ingin menjalani hari-harinya dengan tenang, saling tidak mengganggu seperti air sumur yang tidak melanggar air sungai. Jika Sun Xueye nekat merebut miliknya, Chu Wan siap menghadapi.
