Karena kebetulan harus pulang ke China, saya berpikir untuk membawa beberapa oleh-oleh atau barang khas Jerman.
Beberapa tahun terakhir meskipun dalam negeri sudah lebih maju, dasar industri masih tertinggal dari negara Eropa-Amerika. Lu Shouyan pun membeli peralatan dapur dan elektronik kecil khas Jerman yang belum ada di dalam negeri.
Dia semula ingin membeli suplemen kesehatan untuk Lao Ye seperti penguat tulang dan vitamin, tapi Chu Wan menasihati: "Kudengar kapsul suplemen orang asing ukurannya sangat besar, takut nanti tersedak."
Lu Shouyan mencoba membeli satu botol untuk diperiksa, benar-benar besar kapsulnya, khawatir orang tua akan kesulitan menelannya.
Dia kehilangan kata-kata, akhirnya membeli masing-masing satu botol untuk dibawa pulang dulu, lihat nanti apakah Lao Ye bisa mengonsumsinya. Jika bisa, baru beli lagi, nanti bisa dibeli di Amerika karena apotek di sana banyak.
Chu Wan menyarankan membeli obat sehari-hari. Setelah meneliti, Lu Shouyan membeli beberapa obat anak seperti penurun demam, yang dikhususkan untuk anak-anak dan diklaim lebih aman dibanding Analgin dalam negeri.
Keluarga Lu kini punya banyak anak, persiapan jika ada yang sakit demam.
Sebelum berangkat, menelepon ke Amerika. Kedua anak justru santai, bilang Ayah Ibu tidak perlu buru-buru pulang karena ada Kakak yang menemani.
Perkataan ini membuat Lu Shouyan bingung, dia khusus memanggil Lu Jianchen dan menyuruhnya untuk mendidik anak dengan ketat, jangan terlalu memanjakan. Lu Jianchen menyetujui dengan baik, barulah Lu Shouyan merasa tenang.
Berangkat dari Jerman menuju Tiongkok dengan transit di Hong Kong, membutuhkan waktu belasan jam baru mendarat.
Kakek Lu sudah mengirim mobil untuk menjemput, yang ikut datang juga Lu Jianzhao dan Lu Jianjing.
Keduanya langsung terlihat sangat gembira melihat Lu Shouyan dan Chu Wan, bagaimanapun sudah lama tidak bertemu.
Lu Jianjing mesra menggandeng lengan Chu Wan sambil mengobrol ini itu, sedangkan Lu Jianzhao malah asyik bercerita panjang lebar.
Lu Jianjing sekarang sudah melahirkan, anaknya tumbuh gemuk, dia sendiri juga agak menjadi gemuk. Wajahnya seperti adonan, putih bersih, tertawa terbahak-bahak, terlihat hidupnya sangat sejahtera.
Sekarang dia bekerja di bagian logistik rumah sakit, tepatnya di rumah sakit ibunya, tidak terlalu sibuk.
Lu Jianzhao baru-baru ini menerbitkan sebuah buku yang sangat sukses. Dia banyak mengambil inspirasi dari Chu Wan, menguasai barang antik, dan tumbuh besar di rumah tradisional - semua hal ini memberinya aura khusus. Kini dia telah menjadi penulis aliran Beijing terkenal di kalangan tertentu, bergaul dengan selebritas dunia budaya sehari-harinya.
Sepanjang perjalanan, obrolan penuh tawa mengalir tentang berbagai kabar keluarga. Kakek Lu saat ini dalam kondisi kesehatan prima, posisinya naik selangkah lagi ke posisi krusial. Ibu Lu Jianjing, Shang Bai Feng, baru-baru ini kinerjanya menonjol hingga menjadi sosok teladan di《Koran Kesehatan》, kemudian dinobatkan sebagai dokter teladan di garis depan kesehatan dengan menerima medali "Dokter Terbaik Rakyat".
Lu Jianjing tertawa lebar: "Ibu saya sekarang sangat terkenal!"
Chu Wan berkata: "Bibi Kedua benar-benar luar biasa, semakin kompeten!"
Selain itu, kakak tertua, ketiga, dan keempat Lu Shouyan semuanya naik pangkat. Singkatnya, keluarga Lu baru-baru ini terus mendapat kabar baik.
Lu Jianzhao tersenyum: "Orang lain sehebat apapun, tetap tidak bisa menandingi bibi ketujuh! Meski kamu tidak pulang ke China, kami semua tahu, kamu semakin hebat! Kudengar setelah Biro Purbakala menjemput kembali beberapa peninggalan budaya itu, mereka langsung menyebut namamu untuk penghargaan. Mereka bilang kamu adalah pilar utama dunia peninggalan budaya Tiongkok, bahkan akan memberimu medali saat kamu kembali!"
Chu Wan baru tersadar mendengar ini: "Kalau begitu, jangan sebarkan kabar kepulangan kami. Kami cuma menyempatkan diri pulang menjenguk Lao Ye. Dua hari lagi harus ke Amerika. Program pelatihan paman ketujuh belum selesai."
Lu Jianjing: "Baik, kami mengerti. Lao Ye sudah berpesan untuk tidak mengumbar kabar. Menurutku, semua urusan penghargaan itu lebih baik ditunda sampai kamu kembali."
Lu Jianzhao menambahkan: "Paman Tujuh, bibi ketujuh benar-benar tenar! Kabarnya beberapa peninggalan budaya itu dipamerkan di Museum Istana dengan upacara khusus. Deskripsi koleksi di museum langsung mencantumkan nama bibi, menceritakan bagaimana bibi memperjuangkan pengembalian peninggalan budaya untuk negara. Bayangkan setiap hari ribuan pengunjung museum pasti membaca nama bibi. Semua akan tahu kehebatan bibi!"
Chu Wan juga tak menyangka: "Ah? Masih bisa begini?"
Lu Jianzhao: "Benar, kini kalangan barang antik semua tahu. Kalau mau dibesar-besarkan, Bibi Ketujuh bisa dikenang sepanjang masa bersama harta karun itu! Bertahun-tahun kemudian, saat mereka memperkenalkan artefak-artefak itu, pasti akan bilang: 'Harta negara mengembara ke luar negeri, ahli barang antik Tiongkok Chu Wan mengamuk yang dahsyat, berhasil merebut kembali peninggalan budaya untuk negara.' Dijamin tercatat dalam kitab sejarah!"
Lu Jianjing ikut tertawa: "Tentu saja! Selama peninggalan budaya itu diwariskan, sejarahnya akan selalu menyebut nama Bibi Ketujuh kita!"
Sambil mengobrol, Lu Shouyan dan Chu Wan memandang ke luar jendela. Mereka pergi di akhir musim panas tahun lalu, kini kembali di awal musim panas. Tampak jelas di sepanjang jalan telah terjadi perubahan, sesekali terlihat bangunan yang sedang dibangun.
Lu Jianzhao: "Pokoknya Beijing sekarang berubah drastis setiap hari. Perubahannya sangat besar."
Chu Wan bertanya: "Kudengar sekarang transaksi peninggalan budaya dalam negeri sudah dibuka lagi?"
Lu Jianzhao mengangguk cepat: "Betul-betul, sekarang mulai mengeluarkan lisensi untuk toko barang antik swasta. Di Liulichang sudah ada dua toko swasta. Gimana, Bibi Ketujuh, tertarik?"
Chu Wan: "Setuju, ada persepsi. Tapi tidak usah terburu-buru, mari kita lihat dulu."
Lu Jianjing: "Benar, bicarakan lagi setelah pulang."
Tak lama kemudian mobil tiba di rumah tradisional. Kakek Lu sudah menunggu di depan pintu. Melihat mereka masuk, beliau langsung berseri-seri.
Setelah turun dari mobil, Kakek Lu memegang tangan Chu Wan gembira. Matanya menyapu tubuhnya dari atas ke bawah: "Kenapa Wan-wan mengurus? Lebih kurus dari sebelumnya. Apa kurang makan?"
Lu Shouyan tersenyum menanggapi: "Ayah, bukankah kami sengaja pulang untuk memberikan nutrisi?"
Kakek Lu terkejut: "Anak muda ini akhirnya juga punya hari dimana lidahnya menjadi lembut!"
Saat itu semua orang keluar menyambut, melihat Lu Shouyan dan Chu Wan kembali, satu per satu menyambut. Lu Jianshi ternyata juga ada di sana. Xinjiang belakangan tidak tenang, Qiao Xiujun khawatir anaknya mengalami kesalahan, buru-buru memohon ke sana kemari. Melihat hal ini, Kakek Lu pun memutasinya kembali.
Bagaimanapun ini cucu sendiri, takut terjadi sesuatu.
Chu Wan disambut masuk ke ruang tamu. Lu Shouyan membagikan camilan dan barang-barang kecil yang dibelinya kepada anak-anak. Si kecil tentu senang, langsung pergi bermain di luar sementara orang dewasa berbincang di dalam kamar.
Kakek Lu mengasihani Chu Wan beberapa saat, lalu mulai membicarakan Mengjin dan Xitong. Beliau merindukan dua anak kecil itu, menanti kepulangan mereka, sekaligus khawatir dengan ketidakbecusan Lu Jianshi: "Dia ini, bisa menjaga anak? Jangan sampai dua cucuku ini sedih!"
Semua yang mendengar pun tertawa. Lu Jianshi memang tidak terlihat bisa dipercaya.
Begitu bicara, akhirnya mengangkat berbagai peristiwa yang dialami Chu Wan di luar negeri. Kakek Lu yang sudah mendengar semuanya merasa lega. Di balik kelegaan itu, ia berkata dengan haru: "Anak-anak sudah besar, berprestasi. Saya bisa tenang sekarang."
Saat itu, hampir seluruh anggota keluarga besar berkumpul—saudara kandung, saudari ipar, keponakan laki-laki dan perempuan. Para pria dan wanita duduk terpisah di meja berbeda. Lu Shoujian, Lu Shouxin, dan beberapa saudara lainnya berdiskusi dengan Lu Shouyan tentang berbagai perkembangan dalam negeri. Walau baru setengah tahun lebih, perubahan di dalam negeri begitu pesat. Banyak peristiwa besar terjadi, termasuk membaiknya lingkungan perdagangan internasional akhir-akhir ini.
Kakek Lu berseri-seri: "Tak usah jauh-jauh! Lihat saja di sekitar Beijing—di mana-mana sedang dibangun gedung! Beberapa hari lalu saya lewat Dongda Street. Saya sampai bingung tidak mengenalinya. Sopir baru menjelaskan: tempat itu sudah dibongkar untuk dibangun gedung baru."
Ucapan Kakek Lu membuat semua orang tertawa. Shang Bai Feng juga tersenyum: "Benar! Rumah sakit kami juga akan membangun sebuah gedung baru. Kini dengan reformasi dan keterbukaan, perekonomian membaik. Semua mengeluh gedung lama sudah tidak praktis, harus diganti yang baru!"
Chu Wan mendengarkan, paham sebenarnya. Sebenarnya, satu tahun lebih lagi akan tiba masa Pidato Selatan Pemimpin Deng. Saat ini adalah periode perkembangan pesat di dalam negeri yang melangkah maju dengan langkah besar.
Kini merek Ci Yu-nya sedang merah di luar negeri, tepat tiba saatnya memborong devisa besar-besaran, mengeruk uang orang asing ke tangan. Nanti, rencananya dia akan membuka toko barang antik resmi sendiri, menjual barang-barang kurang penting yang dikumpulkan selama bertahun-tahun secara perlahan. Jadi, untung dari dalam dan luar negeri sekaligus, dana pun terkumpul secara bertahap.
Dengan jumlah stok yang dimilikinya kini, sedikit saja barangnya diperdagangkan, pada akhirnya pasti lebih cepat menghasilkan uang dibanding kehidupan sebelumnya. Hal-hal yang bisa dilakukan pun jadi lebih banyak.
Di tengah semangat membara ini, Lu Jianshi di samping tetap diam seribu bahasa. Ia duduk dengan kepala tertunduk, sesekali melirik Chu Wan. Rambut hitamnya yang berkilau terjuntai lembut di bahu, dihiasi kalung batu safir biru yang terlihat sangat mewah. Gaun panjang hijau kebiruan dengan potongan yang sopan menonjolkan pinggang rampingnya. Ujung rok yang panjang mengalir elegan dari pinggangnya, terlihat sangat modis dan cantik, sama sekali berbeda dengan gaya gaun yang dikenakan perempuan-perempuan dalam negeri.
Baru berapa lama? Penampilannya sekarang sangat mewah dan elegan sampai tidak wajar. Orang yang tidak tahu pasti mengira dia warga keturunan Tiongkok yang pulang dari luar negeri.
Ia mengerutkan bibir, lalu memandang ke arah istrinya Meng Xiangyue yang duduk di sudut ruangan. Tapi semakin dilihat, penampilannya justru terasa semakin hambar.
Dulu menganggapnya lemah lembut dan bergantung, wajahnya cantik. Tapi sekarang justru terlihat kampungan, berbau desa, sama sekali tidak ada kelasnya dibandingkan Chu Wan.
Saat pikiran-pikiran ini melintas di benak Lu Jianshi, sorot mata dingin tiba-tiba menyapu ke arahnya.
Tiba-tiba dia terkejut, saat menoleh ternyata itu adalah Paman Tujuh-nya sendiri.
Sorot mata Lu Shouyan mengandung peringatan yang samar.
Lu Jianshi segera menundukkan kepala, tak berani melirik lagi.
Pertarungan sorot mata ini sedikit banyak terasa olehnya, nyaris ingin tertawa tapi ditahan dengan bibir yang dikerutkan.
Malam itu menginap di rumah tradisional, menemani Lao Ye mengobrol hingga larut.
Keesokan harinya langsung pulang ke rumah mereka sendiri.
Sebelum berangkat, mereka khusus memasang jaring pengaman pada lemari penyimpan peninggalan budaya, juga mempekerjakan dua purnawirawan. Salah satunya berusia sekitar empat puluh tahunan, dipanggil Paman Peng oleh semua orang, memiliki keahlian bela diri namun kurang beruntung. Kini dipekerjakan untuk membantu mengurus rumah tangga sekaligus membersihkan lingkungan, hasilnya cukup rapi.
Setelah kembali, Chu Wan melihat halaman rumah dan kamar-kamar kosong yang tertata rapi. Mengetahui ini sebagian besar hasil kerja Paman Peng, dia merasa lega. Lalu menyampaikan pada Lu Shouyan untuk menambah gaji sang pekerja.
Setelah itu, ia mulai mengurus berbagai barang baru yang dibelinya belakangan ini. Di Amerika, ia membeli banyak sekali benda - mulai dari puluhan keramik berbagai jenis hingga barang-barang langka lainnya. Semua dikategorikan dalam kelompok terpisah. Meja naga kayu cendana dan tungku Xuande yang berukuran besar ditempatkan di ruangan khusus.
Foto-foto Yuanmingyuan dan Billy the Kid semuanya difotokopi. Dokumen aslinya disimpan dengan aman, sementara salinannya bisa digunakan untuk keperluan demonstrasi.
Tidak ketinggalan "Deklarasi Kemerdekaan" yang mendapat perhatian khusus dalam preservasi. Menyadari dokumen ini akan terkikis oleh waktu, ia berencana segera menjualnya dalam dua tahun ke depan sebelum kerusakan parah terjadi.
Proses penataan ini menghabiskan waktu seharian penuh, membuatnya sangat kelelahan.
Sementara itu, Lu Shouyan menggunakan kesempatan ini untuk ke unit kerjanya. Kesempatan langka kembali ke Beijing ini dimanfaatkannya untuk menyelesaikan laporan pekerjaan penting.
Malam hari, Chu Wan sudah mandi, naik ke ranjang. Menunggu lama tapi dia tak kunjung kembali. Geram dalam hati: "Baru pulang langsung sibuk kerja, lupa pulang ke rumah!"
Ia berbaring di sana dalam kondisi setengah sadar lalu tertidur.
Kemudian ia terbangun oleh ciumannya - merangkul dan mencium, menggoda dirinya.
Sudah lama menjadi pasangan suami-istri, pria ini sangat paham apa yang disukainya, sudah ahli dalam hal ini.
Chu Wan merintih manja, menunjukkan sikap tidak akan mengalah, meminta dihibur.
Dia memeluk erat, berbisik menjelaskan: "Hari ini ke unit kerja, beberapa rekan dari atasan juga datang, membahas soal kapal induk itu dan rencana ke depannya, tak terasa jadi panjang pembicaraannya."
Chu Wan tahu persis urusannya penting, sebenarnya tidak marah. Hanya ingin sedikit manja, sengaja bertanya: "Tidak bisa dibicarakan besok saja?"
Lu Shouyan menempelkan dahinya padanya, berkata pelan: "Sudah lama aku tidak pulang, ingin lebih banyak memahami keadaan. Anak kita di Amerika, kita harus cepat kembali ke sana. Waktu terbatas, aku juga ingin segera menyelesaikan masalah ini."
Chu Wan: "Ini bukan area tanggung jawabmu..."
Lu Shouyan tersenyum: "Sekarang belum, tapi mungkin nanti akan menjadi kategori tanggung jawabku."
Chu Wan tertegun sejenak, lalu tiba-tiba tersadar. Matanya membelalak, dengan gesit membalikkan badan dan langsung menunggangi tubuh Lu Shouyan. Ia menunduk memeluknya: "Cepat cerita! Sebenarnya ada situasi apa?"
Lu Shouyan menjawab: "Setelah kembali dari Amerika, akan ada tugas baru."
Chu Wan buru-buru menanyakan detail. Setelah mendengar penjelasan, ia hampir tak percaya: "Apa? Ini kan promosi lagi? Kenaikan jabatanmu terlalu cepat!"
Usianya baru tiga puluh dua tahun! Masih sangat muda!
Di kehidupan sebelumnya, ia mencapai level ini di usia tiga puluh lima tahun. Artinya di kehidupan ini lebih cepat sekitar tiga tahun.
Kunci kehidupan sebelumnya, karier politiknya begitu mulus sampai membuat semua orang iri.
Lu Shouyan mendengar perkataannya, tertawa terbahak, jarinya mengetuk lembut kepala sang istri: "Kenapa, aku naik pangkat, kamu malah tidak senang?"
Chu Wan tentu saja bahagia, tapi tetap merangkul leher suaminya: "Kenaikan pangkatmu ada baiknya, ada buruknya juga."
Lu Shouyan: "Bagaimana buruknya?"
Chu Wan: "Jangan sampai kamu jadi jahat."
Lu Shouyan: "?"
Chu Wan: "Beberapa pria begitu meraih prestasi langsung menjadi sombong, lupa diri, main serong di luar. Ada istri resmi di rumah, simpanan warna-warni di luar."
Saat ini masih awal, dua tahun lagi kebiasaan sosial akan berubah total, tempat hiburan abu-abu bermunculan di mana-mana.
Setelah Uni Soviet runtuh, banyak wanita Rusia Putih masuk ke Tiongkok mencari nafkah, sebagian besar menjadi pekerja seks.
Kawasan Kedutaan Beijing punya Pulau Tujuh Bintang yang terkenal, dipenuhi kucing emas dari Rusia, Eropa Utara sampai Asia Tengah dan Mongolia, itu disebut □□ PBB.
Lu Shouyan menyahut sambil mengerutkan alis: "Dari mana kamu dengar omongan seperti ini?"
Chu Wan: "Pokoknya kamu harus waspada."
Lu Shouyan: "Bukan aku tipe orang seperti itu, kan?"
Chu Wan: "Setuju atau tidak, suntik vaksinasi dulu. Siapa tahu masa depan? Yang penting kamu harus bisa lawan godaan."
Dia mengingat-ingat, di kehidupan sebelumnya setelah bercerai, dia tak pernah menikah lagi. Tapi apakah dia jujur?
Sepengetahuannya tak ada skandal warna persik, tapi dari Feng Luxi dengar ada beberapa yang simpati padanya. Ingin dia dorong, tapi tak ada kelanjutan.
Tentu ini yang diketahui sebagai junior. Sebenarnya kalangan pergaulannya kompleks dan dalam. Jangan-jangan dia berpura-pura dalam situasi tertentu, atau ada yang menjilat sambil memberi hadiah - semua ini belum pasti.
Dia berpikir sejenak, lalu melanjutkan: "Setiap kali kamu berani melakukan sesuatu, aku akan bercerai denganmu, tidak tinggal bersama lagi!"
Tangan Lu Shouyan yang menyangga pinggangnya sedikit mencubit.
Sedikit sakit, Chu Wan tak tahan berseru "Aduh!": "Mau apa?"
Lu Shouyan: "Jangan berpikir macam-macam, mana mungkin aku?"
Chu Wan geram: "Kamu juga tidak boleh mencubitku! Sudah membuatku kesakitan!"
Lu Shouyan: "Siapa yang menyuruhmu bicara tentang perceraian? Jangan sampai aku dengar dua kata ini lagi."
Chu Wan bergumam pelan: "Cuma omong kosong saja."
Lu Shouyan langsung mengangkat tangan, menangkup tengkuknya, mendudukkannya.
Saat hidung mereka hampir bersentuhan, dia mengerutkan bibir kesal: "Aku memang tidak suka kata itu."
Chu Wan: "Kamu begitu galak padaku..."
Lu Shouyan memandanginya, tatapan mereka bertaut, berbisik pelan: "Kau ucapkan kata itu, mana mungkin aku tidak marah? Kau kira aku tidak tahu, di luar sana yang mengincarmu bukan cuma satu orang."
Chu Wan: "Kamu bilang apa?"
Lu Shouyan mendengar ini, berhenti sejenak, tapi tak bersuara.
Dia hanya menoleh sedikit, bibirnya menyentuh daun telinganya, berbisik pelan: "Wan-wan, kamu milikku, hanya milikku."
Orang luar yang ngiler juga percuma.
