Pesta ulang tahun Kakek Lu diadakan di Tingli Hall. Banyak teman lama yang hadir, semuanya punya hubungan baik bertahun-tahun dengan keluarga. Keturunan keluarga Lu benar-benar mengerahkan usaha besar, sehingga pesta ini memiliki penampilan yang megah dan keramaian yang meriah.
Di pesta ulang tahun, Lu Jianzhao bahkan sengaja mengundang grup opera untuk tampil, juga memotret dan merekam video untuk para tamu, membuat acara terlihat modis dan modern.
Tamu-tamu yang hadir melihat situasi ini, satu per satu memuji Kakek Lu dengan iri, mengagumi keberuntungannya dan cucu-cucu yang sukses. Tentang hal ini, Kakek Lu tentu merasa puas.
Beliau memiliki lima putra dan dua putri, semuanya cukup sukses. Terutama Lu Shouyan dalam beberapa tahun terakhir membuatnya lega, sementara menantu perempuannya Chu Wan benar-benar menambah kebanggaan. Di generasi cucu, Lu Jianhui kini berkecimpung di penelitian ilmiah, Lu Jianshi mengembangkan teknologi tinggi di Amerika - singkatnya semua memiliki pekerjaan yang menjanjikan.
Mengenai Lu Jianzhao, meski hanya seorang bintang film yang diremehkan Kakek Lu, kini setidaknya sudah punya nama dan melakukan sesuatu yang nyata.
Karena banyak tamu yang berasal dari kalangan dalam, beberapa anggota keluarga Lu yang terjun ke politik pun harus lebih sering bersosialisasi. Ada juga beberapa teman lama Kakek Lu yang mengobrol dengan Lu Shouyan tentang berbagai pekerjaannya kini.
Chu Wan tidak duduk bersama mereka. Dia bersama Feng Luxi dan lainnya menjamu tamu-tamu perempuan. Di tengah keramaian, cucu dan cicit keluarga Lu yang usianya tak terpaut jauh terlihat terlalu mencolok. Para tamu yang bertanya pun memuji mereka. Ada juga yang memuji Mengjin dan Xitong, sepasang saudara kandung yang gemuk dan lucu itu. Sebenarnya ini hanyalah basa-basi biasa yang tak perlu dipikirkan serius, para tamu hanya mendengarnya lalu melupakannya.
Masalahnya, selalu ada yang mendengarnya dengan hati dan menganggapnya serius.
Meng Xiangyue yang menemani Qiao Xiujun di sana. Qiao Xiujun sendiri tidak berkata apa-apa mendengar pujian itu, tapi pandangan Meng Xiangyue sudah melayang ke arah putranya sendiri.
Dia melihat anaknya sendiri seolah duduk persis di sebelah Mengjin dan Xitong, tapi para tamu sama sekali tidak memuji anaknya, hanya memuji Mengjin dan Xitong.
Hatinya kembali tidak nyaman, teringat berbagai peristiwa semalam, tak bisa menahan helaan napas. Salah memilih pria, bahkan anak ikut terbawa sengsara.
Awalnya Chu Wan tidak menyadari, namun saat melihat sorot mata Meng Xiangyue yang tertuju pada Lu Shouyan, tiba-tiba merasa ada yang tidak beres. Direnungkannya kejadian semalam, tak kuasa menahan senyum.
Kebetulan Lu Jianhui datang menghampiri, menyapanya dan menyatakan ingin berbicara serius.
Chu Wan: "Hari ini terlalu banyak orang, terlalu ramai. Besok saja, aku akan mentraktirmu teh. Kita bisa duduk dan mengobrol dengan baik."
Lu Jianhui mengangguk gugup: "Baik, baik, baik."
Setelah acara ulang tahun selesai, malam telah larut. Kembali ke rumah, pembantu memandikan dua anak mereka dan menidurkannya. Chu Wan pun naik ke tempat tidur.
Tempat tidur ini terhubung dengan sistem pemanas bawah tanah, membuatnya sangat hangat. Kehangatan ini begitu nyaman sampai ingin berguling-guling di atasnya.
Di luar angin dan hujan menggeram, sementara di balik selimut yang hangat, tubuh terasa begitu nyaman.
Saat itu, Lu Shouyan yang telah selesai mandi membuka tirai dan naik ke tempat tidur.
Baru saja mandi, tubuhnya masih dingin. Chu Wan agak menolak, buru-buru meraih selimut dan berusaha menghindar.
Tak disangka Lu Shouyan langsung memeluknya bersama selimut, lalu membuka gulungannya dan membungkus mereka berdua dengan selimut itu.
Dada yang keras terasa dingin menusuk. Chu Wan mendorong beberapa kali tanpa hasil, akhirnya menyerah. Namun kedua kakinya masih menggelepar protes: "Dingin sekali!"
Suara Lu Shouyan terdengar parau sambil memeluk dan menghiburnya: "Tidak dingin."
Saat dia berbicara, Chu Wan mencium aroma anggur: "Berapa gelas kau minum?"
Ulang tahun ke-80 Lao Ye, tamu undangan semua orang berstatus dan berposisi terhormat. Lu Shouyan sebagai anak bungsu, tentu harus menemani beberapa gelas, tidak mungkin menghindari formalitas.
Suara Lu Shouyan terdengar geram: "Cuma beberapa gelas."
Chu Wan: "Kok aku mencium bau alkoholmu kencang sekali?"
Lu Shouyan: "Tidak sama sekali, coba kau cium lagi kalau tidak percaya."
Sambil berkata, ia menunduk mendekat.
Chu Wan ingin menghindar, tapi sudah terlambat. Bibirnya telah terbuka, menyedot bibirnya.
Tidak terpola, langsung menyerbu dengan keserakahan, menyelubungi seluruh bagian.
Sebenarnya aroma alkoholnya lumayan, bahkan terasa hangat dan wangi. Tapi ciumannya terlalu bersemangat, wajahnya ditatapnya lalu diburu-buru dicium.
Dia terbahak-bahak, mendorongnya. Akhirnya dilepas, tapi tahu-tahu mulainya beralih ke leher, menyusuri garis leher terus ke bawah.
Chu Wan: "Ayo tidur, jangan diteruskan."
Lu Shouyan mengabaikan, fokus menyantap. Dikulum, ditarik, dilepas, lalu disantap lagi.
Tak lama, Chu Wan meleleh seperti air, dengan gemetar merangkul lehernya, keduanya berguling-guling dalam selimut.
Chu Wan malam itu sangat kelelahan, ditambah udara luar yang dingin, saat bangun pagi enggan bergerak, hanya ingin meringkuk dalam selimut, rela tinggal di dalamnya.
Saat ia dengan susah payah membuka mata melihat keluar, Lu Shouyan sudah mengenakan setelan jas rapi, membawa tas dokumen hendak berangkat kerja.
Melihatnya mengubur diri dalam selimut, ia tertawa terbahak, menaruh kembali tas dokumen lalu menghampiri, menyelipkan selimutnya sebelum menghiburnya: "Mengjin Xitong sudah di TK, di rumah tidurlah sepuasnya."
Chu Wan yang baru terbangun masih setengah sadar, enggan bicara, hanya mengangguk.
Lu Shouyan melihatnya membenamkan diri dalam selimut hanya menyisakan separuh wajah kecil, anggukan kepalanya seperti burung puyuh, membuatnya semakin geli. Tak tahan ia merapikan rambut sang istri: "Tapi jangan tidur terlalu lama, tidak sarapan pagi bisa berbahaya bagi kesehatan, mudah terkena gula darah rendah."
Chu Wan masih enggan bicara, hanya mengedipkan mata sambil mengangguk.
Lu Shouyan: "Ada makanan hangat di kuali, bangunlah minum bubur millet. Siang nanti akan kusuruh Bibi Huang memasak sup ikan."
Chu Wan teringat: "Tak perlu dibuatkan, aku baru ingat janji dengan Jianhui. Siang ini aku makan bersamanya."
Lu Shouyan langsung paham: "Urusan robot bawah air?"
Chu Wan: "Ya, dulu kami pernah membahasnya. Kali ini dia tiba-tiba menghubungi, mungkin sudah mendapat pencerahan. Aku berencana mengajaknya berdiskusi serius."
Lu Shouyan: "Akan kusuruh Xiao Wang mengantarmu."
Chu Wan: "Tak usah, aku bisa pergi sendiri."
Lu Shouyan tampak enggan melepas: "Cuaca terlalu dingin, pesan taksi lewat telepon saja."
Chu Wan: "Ya."
Lu Shouyan: "Aku hari ini juga sudah menyampaikan ke Kakakmu, memintanya mengawasi apakah ada kuota mobil impor yang bisa disisihkan untuk kita. Nanti kita beli mobil yang bisa kamu kendarai sendiri."
Chu Wan: "Mau beli? Terlalu mencolok, ya?"
Lu Shouyan: "Sekarang reputasimu sudah terkenal, masalah artefak Min Tian Lei semua orang sudah tahu. Sekarang juga tak perlu disembunyikan lagi. Membeli mobil bukan hal berarti."
Chu Wan mengerutkan bibir sambil tersenyum: "Ya, kalau begitu beli saja."
Lu Shouyan melihat matanya berbinar, sorot matanya semakin memancarkan senyuman samar. Dia menunduk, menyentuhkan dahinya ke dahi perempuan itu: "Kamu tak perlu terlalu mempertimbangkan pengaruh di pihakku. Aku tidak mudah terpengaruh. Lakukan saja sesuai keinginanmu."
Chu Wan saat ini sudah bersemangat, mengangguk terus: "Ngerti ah, ngerti ah!"
Lu Shouyan kembali berdiri tegak, mengangkat tangan melihat jam tangannya: "Sudah-sudah, aku pergi dulu. Nanti terlambat."
Chu Wan teringat sesuatu: "Semalam lupa memberitahumu sesuatu."
Lu Shouyan: "Apa?"
Chu Wan: "Jauhilah Xiang Yue, jangan meladeninya."
Lu Shouyan sedikit mengangkat alis, kemudian tersenyum: "Aku tahu. Dua malam lalu kupikir cuaca dingin, tak tega melihatmu kedinginan. Ditambah khawatir hatimu tidak nyaman."
Seharusnya pasangan suami-istri turun bersama lebih pantas. Tapi karena kau sedang marah, mana berani kusuruh turun? Dengan banyaknya mata yang memperhatikan, kupikir tak masalah memberikan payung pada menantu keponakan.
Siapa sangka kau ini si tengkiur kecil.
Chu Wan: "Aku hanya sekadar menyebut. Kau sendiri yang berhati-hati. Sudah-sudah, pergilah. Aku akan bangun sepuluh menit lagi."
Chu Wan membuat janji dengan Lu Jianhui di sebuah rumah teh. Saat tiba, Lu Jianhui sudah menunggu sambil memeriksa menu. Chu Wan mengambil daftar menu dan memilih beberapa hidangan secara acak.
Variasi menu di rumah teh ini cenderung hambar. Sebenarnya Chu Wan kurang menyukainya, tapi sekadar mengikuti suasana saja.
Setelah memesan makanan, dia dan Lu Jianhui langsung membahas pokok permasalahan, yaitu rencana mengundurkan diri dan terjun ke dunia bisnis.
Lu Jianhui yang berambut pendek rapi dengan kacamata terlihat sangat kalem, menatap Chu Wan seraya berkata: "Bibi ketujuh, akhir-akhir ini saya sudah mempertimbangkan usulanmu. Saya setuju untuk berhenti sementara dengan tetap mempertahankan jabatan lalu terjun ke dunia bisnis. Tapi saya benar-benar buta tentang cara menjalankan perusahaan. Keahlian saya hanya di bidang penelitian. Untuk beberapa hal, tetap harus meminta bimbinganmu. Saat ini saya sudah mengajukan permohonan dan sedang menunggu persetujuan. Dalam beberapa hari prosedurnya akan selesai, lalu saya bisa langsung mulai bekerja!"
Chu Wan terkejut. Lu Jianhui malah sudah mengajukan permohonan berhenti sementara tanpa berdiskusi dengannya terlebih dahulu? Secepat ini?
Dia mengira keponakannya itu akan ragu setidaknya beberapa minggu, mempertimbangkan matang-matang, lalu berdiskusi dengan keluarganya dulu.
Justru sekarang dia menasihati: "Jianhui, berhenti sementara itu keputusan besar. Tak perlu terburu-buru. Kita punya banyak waktu. Urusan pengajuan permohonan ini tak perlu digesa-gesa."
Begitu dia berkata, siapa sangka Lu Jianhui tiba-tiba menyahut: "Waktu? Dari mana ada waktu!"
Dia menghela napas panjang dengan wajah getir: "Bibi ketujuh, kamu tidak tahu, waktu saya mengunjungi basis pengembangan robot tingkat tinggi di luar negeri, tingkat perkembangan mereka sudah sampai mana! Jarak antara kita dengan mereka seberapa besar? Robot arkeologi bawah air yang kamu sebut, kehalusan lengan robot mereka bahkan tidak terbayangkan oleh kita! Sekarang kita harus berlari mengejar saja saya masih takut tidak bisa menyusul, mana ada waktu untuk mengganggu waktu! Sekarang kamu punya uang, kalau saya mau melakukan proyek, kan tidak perlu mengajukan permohonan dana-dana itu. Dengan ada dana, kita bisa secepatnya melakukan riset dan pengembangan, tidak boleh ditunda lagi!"
Chu Wan mendengar kegelisahannya. Dia rela memberikan segalanya untuk segera terjun ke penelitian ilmiah hari itu juga, jelas-jelas selama di Akademi Ilmu Pengetahuan tidak bisa melakukan pengembangan sampai merasa tertekan.
Tapi hal ini benar-benar tidak bisa dipaksakan. Semua hal harus didiskusikan dengan baik, direncanakan dengan matang.
Dengan putus asa menasihati: "Jianhui, pekerja yang ahli harus memiliki alat yang tajam. Kita tetap harus membahas dulu arah perkembangan perusahaan di masa depan serta model perusahaan kita. Setelah semua ini selesai dibahas, barulah kamu bisa fokus melakukan riset dengan tenang. Setuju?"
Lu Jianhui sibuk mengangguk: "Benar, benar, benar."
Chu Wan kemudian menjelaskan persepsinya. Pada awal pendirian perusahaan, secara alami dia ingin Lu Jianhui memberikan dukungan penuh pada kegiatan penggalian institut arkeologi bawah air. Setelah teknologi penggalian meningkat, setidaknya bisa menyelamatkan bangkai kapal di Laut Selatan, memberikan pukulan telak pada Hammie, memajukan teknologi arkeologi bawah air Tiongkok, baru kemudian mengembangkan robot cerdas dan otomatisasi.
Menurut pengetahuannya, bidang ini akan menjadi fokus utama perkembangan teknologi tinggi di masa depan, serta area dimana negara-negara berinvestasi besar.
Setelah selesai, Chu Wan berkata: "Bagaimana menurutmu jika kita mengikuti alur pikiran ini?"
Lu Jianhui mengangguk terus: "Aku akan mengikuti semua instruksimu."
Chu Wan: "Ya, coba jelaskan lagi konsep proyek lainmu. Bisa dilakukan atau tidak tidak masalah, yang penting ada ide. Kita bisa mengumpulkan ide-ide cemerlang."
Lu Jianhui: "Sebenarnya selama beberapa tahun ini, saya sudah menulis banyak rencana proyek. Menurut saya jika proyek-proyek ini berhasil, semuanya pasti bisa diterapkan di pasar. Tapi semuanya ditolak oleh pimpinan atasan."
Chu Wan: "Coba jelaskan?"
Lu Jianhui mulai bercerita. Awalnya dia hanya menjelaskan sekilas, tapi karena Chu Wan terlihat tertarik, dia mulai menjelaskan lebih detail. Ketika Chu Wan bertanya lagi, Lu Jianhui pun berbicara tanpa henti.
Hingga akhirnya, Chu Wan bahkan tidak perlu bertanya lagi. Lu Jianhui mulai berpidato panjang lebar.
Semakin Chu Wan mendengar, semakin terbuka wawasannya.
Beberapa proyek ini ada yang pernah dia tangani di kehidupan sebelumnya, ada juga yang belum. Tapi semuanya terdengar seperti bidang yang perlu dikembangkan secara mendalam di masa depan - seperti konsep robot bawah air, otomatisasi survei minyak, hingga kecerdasan buatan. Semua ini akan menjadi fokus pengembangan nantinya.
Chu Wan terus menyimak dengan serius penjelasan Lu Jianhui yang semakin lama semakin banyak.
Lu Jianhui sebenarnya tidak pandai berbicara. Otaknya tampak jauh lebih cepat daripada mulutnya, membuatnya terkadang gagap saat berbicara. Saat tidak bisa menyampaikan ide dengan jelas, dia menjadi khawatir lalu mulai memperagakan gerakan sambil menjelaskan dengan cepat dan tanpa henti.
Melihat Lu Jianhui yang menggerak-gerakkan tangan kaki ini, dia akhirnya menyadari: Segalanya memang sudah berubah.
Dia telah bereinkarnasi. Perubahan tidak hanya terjadi padanya, tapi juga pada orang lain - termasuk Lu Shouyan, Dao Hexi, Nie Nangui, dan Lu Jianhui sendiri.
Dari lingkaran orang-orang ini yang terus meluas tak terbatas ke dunia, semakin banyak manusia yang telah terubah. Bahkan banyak peristiwa di ruang ini sudah berbeda dengan kehidupan sebelumnya.
Tak ada yang bisa mengendalikan arah dunia. Sekalipun hidup kembali pun tidak bisa. Dia hanya bisa berusaha semampunya.
Saat gelombang penjelasan Lu Jianhui akhirnya mencapai jeda, dia menyerahkan secangkir teh kepada Lu Jianhui.
Setelah itu baru dia bertanya: "Jianhui, semua ide-idemu ini menurutku sangat bagus, bagaimana kamu bisa punya begitu banyak rencana proyek? Apa yang menginspirasimu?"
Lu Jianhui mendengar ini, raut wajahnya berhenti sejenak. Ia menarik pikirannya kembali dari berbagai proyek tersebut, baru kemudian berkata: "Bibi ketujuh, bukankah itu yang dulu Anda ceritakan?"
Chu Wan bingung: "Aku?"
Lu Jianhui: "Iya, waktu itu Anda membacakan cerita untukku, saya sangat terinspirasi."
Chu Wan: "Tapi aku hanya menyebutkan soal robot bawah air kan? Cuma sedikit membahas itu. Rencana-rencana yang kamu sebutkan sekarang hampir tidak ada hubungannya dengan yang kubicarakan dulu."
Kini arah penelitian Lu Jianhui telah jauh melampaui perkiraannya, hampir semuanya merupakan bidang inti pengembangan teknologi tinggi di masa depan.
Lu Jianhui: "Anda bercerita tentang perampok asing yang mengeruk kapal karam kita! Saya merasa ini tidak benar. Sebagai peneliti, tentu harus mencari solusi. Jadi selama belajar di luar negeri beberapa tahun ini, saya terus mempelajari metode orang asing! Kita harus belajar keunggulan mereka untuk mengatasi mereka!"
Chu Wan: "......"
Dia menarik napas dalam-dalam perlahan, memandangi Lu Jianhui dengan haru.
Tentu saja dia tahu, pujian ini tidak bisa didudukkan di kepalanya sendiri. Yang bisa dikatakan hanyalah Lu Jianhui yang terlihat kaku sebenarnya memiliki pemahaman luar biasa - cukup dengan sedikit inspirasi, pikirannya bisa terbuka tanpa batas.
Pembukaan pola pikir ini, meski terlihat seperti perubahan kecil, mungkin menjadi titik tumpu yang menggerakkan dunia.
Dia menyesap teh pelan-pelan, dalam hati bertanya-tanya: "Ke arah mana dunia ini akan bergerak? Siapa yang tahu?"
