Sebenarnya di kehidupan sebelumnya, Chu Wan sudah berinvestasi pada penelitian Lu Jianhui. Namun saat itu dia sibuk dengan perdagangan barang antiknya sendiri, minim memahami detail penelitian Lu Jianhui - perannya hanya sebagai investor.
Kini terlahir kembali, dia seakan memiliki kemampuan pengetahuan pranatal. Dengan pemahaman tentang berbagai peristiwa di tahun-tahun mendatang, wawasannya pun meluas secara alami. Memiliki perspektif yang lebih luas ini, dia pun ingin melakukan lebih banyak hal.
Terutama di kehidupan ini, dia sudah lebih awal berhadapan dengan Hammie.
Karena kita sudah bertemu, mari kita berjudi besar bersama. Kapal karam Taixing di Laut Selatan dengan jutaan keramik era Qing itu, dalam kehidupan ini dia sepenuhnya tidak boleh membiarkan kejadian serupa terulang kembali, sama sekali tidak boleh membiarkan kapal itu jatuh ke tangan Hammie lagi.
Sebenarnya dilihat dari skala lebih besar, ini tidak hanya sekadar kapal karam, ini adalah persaingan teknologi sekaligus persaingan kekuatan ekonomi.
Kini kondisi ekonomi dan teknologi negara kita belum mencapai tahap itu, dia tidak bisa mengatur juga tidak punya kemampuan mengaturnya. Tapi untuk yang satu ini, dia harus merebutnya dan mengubah nasib jutaan keramik itu.
Dia berdiskusi mendalam dengan Lu Jianhui, pertama-tama memahami detail beberapa rencananya. Setelah itu meneliti bahwa semua ini bisa dilaksanakan secara bertahap, perlahan-lahan. Prioritas utama tentu robot bawah air, terutama robot pendukung untuk penggalian arkeologi bawah air.
Untuk teknologi robot bawah air, Lu Jianhui sebenarnya agak kesulitan. Kini tingkat robot bawah air negara-negara lain jauh lebih tinggi daripada Tiongkok. Saat ini Tiongkok sudah memiliki perkembangan di bidang kontrol, dan dia cukup ahli di bagian ini. Namun teknologi segel bawah air bukanlah bidang keahliannya, dan untuk sementara dia tidak bisa menyelesaikan masalah ini.
Chu Wan mendengarkan lalu berkata: "Sebenarnya di bidang ini kita juga bisa mempertimbangkan kerja sama dengan negara-negara maju lainnya di dunia. Langsung berdiri di atas dasar raksasa, menyerap pengalaman canggih mereka. Nanti hasilnya dua kali lipat dengan usaha setengah."
Lu Jianhui menggelengkan kepala: "Tidak mungkin. Ini tidak semudah yang dikatakan. Negara-negara dengan teknologi canggih menyembunyikan semuanya. Sekalipun kita pergi berkunjung, mereka hanya menunjukkan teknologi permukaan. Kita sama sekali tidak bisa menyentuh teknologi inti, harus mulai dari awal sendiri."
Chu Wan paham sebenarnya, ini sama seperti teknologi kunci di kapal induk. Bahkan sebuah platform peluncur kecil atau teknologi kabel pencegat, orang lain tidak mungkin membocorkannya. Semua harus diteliti dari nol sedikit demi sedikit.
Di bidang robot bawah air, hal seperti membeli kapal induk bekas untuk mendapatkan teknologi kunci di dalamnya dan mendapat harta karun tak terduga, kemungkinan besar tidak ada.
Namun asalkan menunggu, pada akhirnya akan ada kesempatan. Perubahan pola pikir strategis dunia di masa depan juga akan membawa peluang baru di bidang ini.
Dua tahun lagi, Uni Soviet akan runtuh. Ini juga akan menjadi kesempatan mereka.
Setelah keruntuhan Uni Soviet, ekonomi menurun drastis dan masyarakat umum kekurangan logistik. Beberapa proyek militer dan industri yang sebelumnya mendapat investasi besar akan mulai diserahkan dan dijual.
Itu juga merupakan kesempatan baik untuk mendapatkan harta karun tak terduga. Saat itu banyak orang pergi berburu harta karun ke bekas Uni Soviet. Dalam hal teknologi tinggi, bekas Uni Soviet masih memiliki keunggulan tertentu. Misalnya di bidang robot bawah air, mereka juga telah melakukan penelitian yang mendalam.
Teknologi paling maju Uni Soviet adalah teknologi kedap air di kedalaman laut yang sangat penting bagi pengembangan robot bawah air. Namun setelah keruntuhannya, ekonomi Soviet mengalami kemunduran dan sama sekali tidak memiliki uang untuk melanjutkan penelitian.
Di sisi Tiongkok, perkembangan teknologi kontrol otomatis cukup baik, kondisi ekonomi juga lebih baik dibandingkan Rusia saat ini. Kedua pihak bisa saling melengkapi untuk melakukan penelitian bersama, meningkatkan level robot secara keseluruhan, sehingga mempercepat pengembangan teknologi robot bawah air cerdas Tiongkok.
Tapi ini semua adalah cerita lanjutan, saat ini Uni Soviet belum runtuh, kejadian di kemudian hari belum terjadi. Kita hanya bisa menunggu dengan sabar kesempatan terbaik ini.
Saat ini, setelah berdiskusi mendalam, mereka juga membahas masalah operasional perusahaan ke depan. Karena sekarang ini menyangkut beberapa masalah hukum bisnis, bagaimana seharusnya lembaga penelitian swasta seperti mereka dikelola, serta masalah tenaga kerja di lokasi uji coba berikutnya - semua ini perlu dikembangkan dan membutuhkan investasi besar.
Meskipun Chu Wan bersedia menginvestasikan dana sebanyak itu, namun sisi manajemen dan SDM masih kurang. Dia juga tidak mungkin mencurahkan terlalu banyak energi, sementara Lu Jianhui jelas hanya bisa fokus pada penelitian ilmiah, tidak bisa mengerjakan hal lain.
Chu Wan mempertimbangkan bahwa pada tahap awal, mereka tidak mungkin benar-benar berdiri sendiri.
Lu Jianhui: "Bagaimana itu?"
Chu Wan: "Sebelumnya kalian meneliti robot bawah air, waktu itu sudah mempertimbangkan kerja sama dengan institut arkeologi bawah air kan? Mereka sudah melatih banyak personel arkeologi bawah air yang perlu melakukan praktik lapangan. Jika bisa bekerja sama, ini termasuk hubungan saling menguntungkan."
Lu Jianhui: "Kalau begitu, sekarang menghubungi mereka?"
Chu Wan: "Ya, ayo pergi. Jangan ditunda, saya antar kamu menemui Profesor Yan."
Lu Jianhui langsung setuju, kemudian mengikuti Chu Wan menuju institut arkeologi bawah air.
Saat tiba, Profesor Yan baru saja kembali dari rapat di Akademi Ilmu Pengetahuan dengan wajah cemberut. Namun melihat Chu Wan, beliau segera menyapa: "Xiao Chu, ada keperluan apa?"
Kemudian melihat Lu Jianhui di sampingnya: "Bukankan ini Peneliti Lu? Kenapa ikut datang?"
Chu Wan: "Profesor Yan, saya bawa Jianhui kesini untuk mendiskusikan sesuatu."
Profesor Yan tersenyum: "Cepat masuk ke ruangan saya, kita bicara baik-baik."
Dengan putus asa, Lu Jianhui dan Chu Wan menuju kantor. Chu Wan langsung menyampaikan semua pemikirannya. Mendengar hal itu, Direktur Yan Jin langsung sangat gembira: "Jika Xiao Chu bersedia mengerjakan ini, tentu bagus! Untuk urusan ini, apapun yang kamu butuhkan dariku, langsung katakan! Aku akan berikan dukungan politik penuh. Kita bisa sediakan lokasi eksperimen, bekerja sama, anggota tim kita siap ditugaskan kapan saja!"
Jelas bagi Yan Jin, selama bisa mempromosikan perkembangan penelitian arkeologi bawah air, apapun bisa dilakukan. Hal lain semua harus minggir.
Chu Wan kemudian berdiskusi detail dengan Yan Jin tentang masalah afiliasi perusahaan. Sebenarnya beberapa tahun terakhir banyak perusahaan bermunculan di sekitar Zhongguancun, sebagian besar berada di bawah naungan Akademi Ilmu Pengetahuan China. Jika unit lain bisa melakukan ini, Institut Arkeologi Bawah Air mereka juga pasti bisa. Sistem saham bisa diimplementasikan untuk menghindari risiko dan masalah.
Jalan kedepannya bisa dibicarakan nanti. Untuk saat ini, prioritasnya adalah mendirikan perusahaan yang digantung di bawah nama Institut Arkeologi Bawah Air. Kedua belah pihak kemudian berdiskusi mendalam tentang garis besar rencana tersebut.
Sementara itu, institut arkeologi bawah air menyediakan lokasi penelitian dan fasilitas pendukung, termasuk bantuan dalam prosedur hukum dan persetujuan kebijakan. Chu Wan mengeluarkan uang, Lu Jianhui melakukan penelitian. Dengan demikian, perusahaan dapat memanfaatkan bantuan institut arkeologi bawah air tanpa perlu membentuk tim peneliti baru. Setelah ada hasil tertentu, baru menyewa kantor tambahan dan pindah.
Kerja sama ini saling melengkapi kelebihan masing-masing. Institut arkeologi bawah air saat ini tidak kekurangan personel atau lokasi, tapi kekurangan dana. Sementara Chu Wan memiliki uang dan seorang personel penelitian terbaik, namun membutuhkan tenaga kerja dan kemudahan kebijakan. Kedua belah pihak langsung cocok untuk bekerja sama.
Mereka bahkan menyepakati pengaturan saham di masa depan: Chu Wan akan memegang sebagian besar saham, sementara institut arkeologi bawah air mendapat porsi kecil. Dengan demikian, sifat perusahaan tidak lagi sebagai usaha swasta, melainkan perusahaan afiliasi di bawah institut penelitian.
Kedua belah pihak juga membahas prosedur selanjutnya, proses aplikasi perusahaan, dan sebagainya. Semua ini telah disepakati. Lu Jianhui dan Profesor Yan mulai membicarakan rencana ke depan, menjelaskan secara detail masalah pengembangan robot bawah air.
Mengangkat topik ini, Lu Jianhui langsung bersemangat berbicara tanpa henti. Awalnya Chu Wan ingin mengingatkannya bahwa beberapa hal bisa dibicarakan lebih detail nanti, tidak cocok untuk saat ini. Tapi siapa sangka Profesor Yan yang mendengarnya justru matanya berbinar. Dia juga menyampaikan beberapa konsepnya sendiri. Lu Jianhui merasa sangat terinspirasi. Keduanya saling beradu argumen - satu ahli arkeologi bawah air, satu ahli robot bawah air - ternyata sangat cocok secara ide, sampai-sampai Chu Wan justru dilempar ke pinggir.
Chu Wan melihat situasi ini, hampir tersenyum, namun juga merasa legah. Profesor Yan berlatar belakang penelitian arkeologi, namun cara kerjanya fleksibel tidak kaku. Lu Jianhui berasal dari bidang penelitian teknologi, sifatnya agak keras kepala. Sekarang terlihat, kedua orang ini justru sangat akrab berdiskusi. Dengan sementara menempatkan Lu Jianhui di bawah nama Institut Arkeologi Bawah Air, dia bisa merasa tenang.
Diskusi berlanjut hingga malam, akhirnya mereka makan bersama sambil terus berbincang. Saat berpisah, Profesor Yan menghela napas: "Sebenarnya peralatan yang kami gunakan di institut bawah air ini sepenuhnya berkat dukungan finansial Xiao Chu. Tanpamu, kami bukan apa-apa. Sekarang karena Xiao Chu juga berniat mendirikan perusahaan ini, kami akan mendukung sepenuhnya apapun harganya, hanya saja ke depannya harus merepotkan Insinyur Lu."
Bagaimanapun Lu Jianhui adalah personel peneliti, mundur dari posisi itu untuk membuka perusahaan tentu merupakan pengorbanan yang tidak kecil.
Chu Wan tersenyum: "Aku juga sudah bilang ke dia, suruh pertimbangkan matang-matang, tapi siapa sangka dia malah lebih buru-buru dariku."
Tiba-tiba bertanya: "Sudah bicara dengan orang tuamu? Keluarga di rumah belum tahu kan?"
Lu Jianhui: "Belum. Nanti saja kuberi tahu. Orang tua pasti akan menentang, tapi ini bukan masalah besar. Kalau benar-benar tidak bisa, kusuruh kakek yang menjelaskan?"
Chu Wan: "Boleh juga ide itu. Nanti aku akan bicara dulu dengan kakekmu."
Yan Jin di samping mereka melirik dengan bingung ke arah Chu Wan.
Baru teringat oleh Chu Wan bahwa dia belum secara khusus memberitahu Dekan Yan Jin tentang hubungannya dengan Lu Jianhui.
Dia tersenyum menjelaskan: "Dekan Yan, ini keponakan saya."
Keponakan??
Dekan Yan terkejut memandang Lu Jianhui, lalu menoleh ke Chu Wan.
Lu Jianhui beberapa tahun lebih tua dari Chu Wan. Karena bertahun-tahun mengurung diri di laboratorium dan kurang rapi penampilannya, dia terlihat lebih tua. Sementara Chu Wan dengan rambut terurai di pundak, tampak anggun dan unik, sangat muda dan modis.
Keponakannya??
Lu Jianhui menjelaskan: "Dia adalah bibi ketujuh saya."
Profesor Yan terkejut sejenak, kemudian tersadar: "Aku mengerti, aku ingat! Rekan Lu dari keluargamu urutan ketujuh, yang paling bungsu kan? Jadi Jianhui ini keponakan suamimu?"
Chu Wan tersenyum: "Benar, suamiku urutan ketujuh. Dia punya empat kakak laki-laki dan dua kakak perempuan. Banyak keponakannya, ini belum yang paling tua. Yang paling tua sudah 30-an."
Malam itu, Chu Wan bercerita pada Lu Shouyan: "Perkembangannya cukup mulus. Nanti mungkin perlu diskusi detail, tapi biarkan mereka bernegosiasi dulu. Aku akan awasi prosesnya dari samping."
Lu Shouyan menanyakan detail masalahnya. Chu Wan menjelaskan: "Aku juga membahas masalah kapal karam di Laut Selatan dengan Profesor Yan. Sekarang area pencarian sudah menyempit, tapi pencarian konkret masih perlu investigasi intensif. Saat ini mereka belum punya kemampuan pengerukan laut dalam, jadi eksplorasi awal akan dilakukan di area Sungai Kuning dulu."
Lu Shouyan: "Jika robot bawah air Jianhui bisa berkembang, itu akan sangat membantu mereka."
Chu Wan mengangguk: "Setuju. Aku juga berpikir begitu."
Lu Shouyan: " nanti aku akan sampaikan pada Lao Ye."
Mengangkat topik ini, Chu Wan terlihat khawatir: "Kalau rumah tua di sebelah itu mengerti nanti, belum tentu persepsi mereka seperti apa."
Bagaimanapun, Lu Jianhui awalnya adalah ilmuwan serius di Akademi Ilmu Pengetahuan, keningnya memancarkan sinar pengabdian seumur hidup untuk negara. Saat acara ulang tahun keluarga kemarin, setiap yang memuji pasti menyebutnya ilmuwan berkemampuan.
Kini dia malah akan meninggalkan Akademi Ilmu Pengetahuan, melakukan riset di perusahaan sendiri. Bagi generasi tua, mungkin ini cukup sulit diterima.
Lu Shouyam berkata: "Tak perlu khawatir. Waktu ngobrol dengan Kakak kelima kemarin, dia juga menyinggung fenomena anak muda terjun ke dunia bisnis. Usia Jianhui juga sudah tak muda, punya persepsi sendiri itu wajar. Kami tak akan ikut campur. Soal Lao Ye, lebih tak perlu dikhawatirkan. Beberapa cucu di bawahnya saja sekarang sudah jarang dia urusi, biarkan saja."
Chu Wan: "Kalau Bibi Kelima?"
Istri kelima Lu Shouyan bekerja di Komisi Pembangunan dan Reformasi (NDRC), unit kerja bergengsi yang sangat sibuk. Chu Wan tidak akrab dengannya, tapi bisa melihat bahwa dia orang yang baik.
Lu Shouyan: "Dia mana sempat mengurus ini? Anaknya sudah besar begitu, urusan pernikahan saja tidak dia pusingkan, apalagi masalah terjun ke dunia bisnis."
Chu Wan tertawa: "Baiklah kalau begitu."
Kakak-kakak Lu Shouyan sebenarnya cukup baik, kecuali San Sao Qiao Xiujun yang benar-benar tidak pantas. Secara keseluruhan keluarga besar ini cukup harmonis.
Mengenai masalah Lu Jianhui kali ini, mungkin Qiao Xiujun akan berkomentar pedas diam-diam, misalnya menuduh Chu Wan mendorong ilmuwan berbakat meninggalkan pekerjaan stabil untuk bekerja di perusahaan. Tapi biarkan saja, siapa yang mau meladeninya.
Sambil berbincang, Lu Shouyan berkata: "Sepertinya Jianshi baru-baru ini terlibat masalah."
Chu Wan: "Apa yang terjadi?"
Lu Shouyan berkata datar: "Katanya dia membantu orang mendapatkan koneksi untuk mengimpor sejumlah barang, tapi kualitas barangnya bermasalah. Karena dia yang menjadi penjamin, mereka menuntutnya."
Chu Wan: "Hanya sebatas perantara?"
Lu Shouyan baru saja berkata: "Mungkin dia mengambil bagi hasil dari situ."
Chu Wan tersenyum: "Sudah kuduga, kalau dia tidak serakah, tidak akan terjerumus seperti ini. Pantaslah nasibnya begini?"
Lu Shouyan meliriknya.
Chu Wan menangkap sorot mata bermakna darinya: "Ada apa? Apa perkataanku salah?"
Lu Shouyan: "Kamu punya dendam besar padanya?"
Chu Wan sengaja mendengus keras sambil memalingkan wajah: "Tidak boleh kalau aku tidak menyukainya?"
Usai bicara, dia langsung menuju ruang baca.
Tapi di tengah jalan, tiba-tiba merasa ada yang janggal: "Maksudmu apa ini? Aku mengkritik dia sedikit, kamu malah membelanya?"
Lu Shouyan: "Apa yang kukatakan?"
Chu Wan: "Sepertinya tidak, tapi juga seolah-olah sudah."
Lu Shouyan tertawa melihat reaksinya: "Aku hanya sebutkan sekilas. Kamu sendiri yang bereaksi berlebihan."
Chu Wan: "Pasti dalam hati kamu berpikir, 'Dia kan keponakan darah dagingku, wajar kalau aku membelanya'."
Dia teringat malam itu dia sengaja menjemput Meng Xiangyue, meski tahu gaya kerjanya yang pasti tak mungkin mengabaikan, tapi akhirnya berkata: "Kamu tak bisa mengatur keponakanmu seumur hidup, cuma keponakan, bukan anak atau putrimu sendiri!"
Lu Shouyan menyorotkan matanya yang gelap padanya: "Ini bicara bodoh apa lagi?"
Chu Wan diam seribu bahasa.
Sampai waktu tidur malam, Lu Shouyan merangkulnya sambil menghibur: "Harus kuucapkan apa? Seharusnya aku yang overthinking, malah kamu yang marah karena ini."
Dari segi manapun, awalnya dia yang hampir berpacaran dengan Lu Jianshi, bukankah seharusnya dia yang cemburu?
Chu Wan: "Barangkali kamu pikir, perempuan seperti baju, keponakan seperti tangan kaki?"
Ucapan ini membuat Lu Shouyan tertawa geli, tangan kokohnya membelai kepala kecilnya: "Kepala kecil ini sehari-hari mikirin apa saja sih?"
Sebenarnya dia juga tak paham, mengapa sejak awal menghadapi keponakan, rasa cemburunya lebih besar daripada miliknya.
Chu Wan merangkulnya, mendengus pelan dengan geraman, sama sekali tak ingin menjelaskan.
Akhirnya Lu Shouyan yang proaktif berkata: "Sebenarnya beberapa keponakan saya usianya tak jauh beda. Sejak kecil hidup berdampingan, tumbuh besar dari kuali yang sama. Memang lebih dekat dibanding paman-keponakan biasa. Tapi kini mereka sudah dewasa, berkeluarga dan berkarir. Sudah punya pandangan hidup dan kalangan sendiri. Saya tidak mungkin ikut campur. Bahkan orang tua mereka pun sudah tak mengatur. Bagaimanapun, mereka sudah dewasa."
Chu Wan: "Beberapa tahun lalu sikapmu tidak seperti ini."
Lu Shouyan: "Pemahaman manusia terhadap dunia memang terus berubah. Dulu adalah masa lalu, kini adalah realitas. Saya punya istri dan anak. Tidak bisakah saya lebih mengkhawatirkan keluarga sendiri?"
Chu Wan pun merasa lega, menempelkan diri di dadanya: "Begitu baru benar! Aku dan anakmu adalah bagian terdekat jiwamu. Kami yang paling kau cintai. Cepat bilang setuju!"
Lu Shouyan: "Setuju."
Chu Wan tidak akan mengalah, ia mengangkat wajah, terjatuh di atas tubuhnya, kedua tangan menatap wajah kerasnya, memaksa: "Katakan segera, ulangi perkataanku, kalau tidak aku tidak senang."
Lu Shouyan berbaring bersandar di sana, kelopak mata tipisnya sedikit terangkat, memandangi Chu Wan, sorot mata penuh kelembutan tersirat.
Chu Wan merasa, sorotan itu begitu memanjakan dan hangat, bagai matahari musim gugur yang paling hangat, menyinari seluruh tubuhnya hingga terasa nyaman, membuat ingin berguling-guling dalam dekapannya.
Lu Shouyan memeluknya, mendudukkan tengkuknya, membuatnya menunduk, lalu menciumnya.
Keduanya berciuman cukup lama sebelum akhirnya berpisah dengan berat hati.
Saat itu, Lu Shouyan tiba-tiba berbisik pelan di telinganya: "Kamu dan anak-anaklah bagian dari jiwaku, kalian yang paling kucintai."
Suara hangat dan merdu itu persis seperti kalimat yang diajarkannya tadi.
Dia benar-benar sudah belajar.
Lu Shouyan: "Sekarang puas hati kan?"
Chu Wan memang merasa puas, ia mengerang pelan: "Baru dong. Urusanku harus kau tangani dengan sungguh-sungguh. Urusan orang lain, tidak jauh beda juga."
Lu Shouyan tersenyum: "Baik, kuingat."
Ia berpikir sejenak: "Ngomong-ngomong, visa Dubai-mu sudah hampir jadi. Dua hari lagi akan kuambil untukmu."
Chu Wan: "Cepat sekali?"
Lu Shouyan: "Ya. Nanti Paman Peng yang mengantarmu?"
Chu Wan: "Gak perlu. Aku bisa pergi sendiri."
Lu Shouyan menghela napas, membelai rambutnya: "Kalau kau pergi sendirian, aku pasti khawatir."
Chu Wan menempelkan wajah di dadanya, malas-malasan: "Baiklah, ajak Paman Peng saja."
