Hari kedua, Ni Qiu dan Yu Ming datang tepat waktu. Mereka terkejut menemukan Li Fu dan Du Qingqing terlambat. Bukan cuma terlambat, sepanjang pagi tak terlihat bayangan mereka. Saat menelepon, ponsel mereka dalam kondisi matikan.
Usai makan siang, dua pria itu duduk di kantor saling pandang, bosan setengah mati. Ni Qiu menatap Yu Ming: "Yu Ming, sebenarnya kemarin aku tidak mencari anjing. Ada urusan mendadak tapi baru kerja langsung izin kurang baik, jadi minta tolong teman buat alasan."
"Ini... Kenapa kau memberitahuku?" tanya Yu Ming. Dia tak tertarik dengan hal ini.
"Karena kurasa kau sudah tahu," kata Ni Qiu. "Sejak hari pertama mengangkut mayat, aku lihat kau bisa membaca situasi dan menyesuaikan diri. Selain itu, aku melihat CV-mu, lulusan sastra. Kenapa melihat mayat sama sekali tidak mual?"
"Ah?" Ekspresi Yu Ming seolah tak paham maksud Ni Qiu.
"Hehe, ijazahmu palsu ya. Jika tidak salah tebak, kau pasti mata-mata yang dikirim Liu Mang."
"Ah?" Kali ini Yu Ming benar-benar tidak mengerti perkataan Ni Qiu.
"Bos Wan Shitong punya konflik dengan bos kita. Entah masalah apa, tapi kedua belah pihak saling mendendam. Ini bukan rahasia perusahaan, semua orang tahu. Aku tak sengar dengar telepon Liu Mang, pasti dia sudah menyusupkan mata-mata di perusahaan kita."
“Aku tidak tahu.” Yu Ming menjawab dengan tulus. Dia benar-benar tidak tahu. Kecuali saat wawancara terakhir ketika Du Qingqing memaki Liu Mang sebagai bajingan. Perempuan, saat mencintai atau membenci seseorang, pasti akan memaki.
“……” Kali ini Ni Qiu terpaku. Apa penilaiannya salah? Apakah Li Fu sebenarnya mata-mata yang dikirim Liu Mang? Tidak mungkin. Li Fu dengan CV sehebat itu, berapa biaya yang diperlukan untuk menyuruhnya jadi mata-mata. Kalau begitu dirinya sendiri? Bangsat! Pasti anak ini jago berakting.
Yu Ming bertanya: “Kamu tidak sengaja dengar Liu Mang menelepon bicara soal menyusupkan mata-mata di perusahaan kita?”
“Iya.”
“Yang dimaksud ‘tidak sengaja’ adalah?”
“Makan siang di restoran lantai dua. Saat ke toilet, aku dengar Liu Mang menelepon di bilik.”
Yu Ming mengangguk: “Baik, sekarang aku percaya ucapanmu.”
“Ada mata-mata di perusahaan kita?”
“Tidak, aku percaya Liu Mang dan bos kita memang punya permusuhan serius.” Yu Ming tak mau menjelaskan. Tempat umum, jam makan, toilet ramai, ada orang menelepon bicara mata-mata. Ini baru adegan tolol yang hanya muncul di drama perang Tiongkok kualitas rendah. Tapi taktik ini cukup jahat. Kabar ini sampai ke telinga Du Qingqing, sembilan dari sepuluh kemungkinan dia akan setengah percaya, dan sepuluh persen sisanya yakin sepenuhnya. Dari tiga orang di sini, satu Ni yang direkrut lewat rencana SDM Tuan Du, satu Li Fu berkewarganegaraan AS bergelar doktor ganda. Ya, dirinya memang yang paling mencurigakan.
"Politik kantor, intrik kantor, sebelumnya hanya dengar cerita, ini pertama kali mengalaminya. Tapi kenapa Liu Mang mengincar dirinya? Yang tidak Yu Ming ketahui adalah, selain punya kemampuan nyata, Liu Mang juga sangat antusias. Setiap hari melaporkan pekerjaan ke Tuan Du. Kebetulan Tuan Du yang tua datang. Dia menyarankan Tuan Du untuk memperhatikan Yu Ming, tapi yang terjadi malah Liu Mang yang lebih dulu mengawasi."
Saat ini di terowongan terdengar suara sepatu kulit, mungkin karena perusahaan yang tidak jelas ini terlalu sunyi. Muncul dua pria biasa berusia sekitar tiga puluh tahun. Seorang bertanya: "Siapa Yu Ming?"
"Saya. Kalian dari...?"
Pria itu memperlihatkan identitas: "Kami dari tim kriminal, silakan ikut kami."
Ni Qi tidak paham, apakah siang tadi sudah ada yang melapor? Efisiensi ini terlalu tinggi.
……
Di batalion besar polisi kriminal, Yu Ming mengikuti polisi masuk. Dia melihat Du Qingqing dan Li Fu di ruang interogasi. Dia tahu ini taktik umum polisi: sengaja memperlihatkan orang terkait yang sedang diperiksa agar timbul kecurigaan. Di sisi lain juga menunjukkan polisi belum ada kemajuan. Seorang polisi mengamati perubahan ekspresi wajah Yu Ming dari sudut matanya.
"Terima kasih atas kerjasamanya. Saya Zhang Ruonan." Polwan berusia tiga puluh tahunan menjabat tangan Yu Ming dan mempersilakan duduk. Zhang Ruonan bertanya: "Namamu Yu Ming?"
"Ya."
"Lulusan baru jurusan sastra universitas di Kota B."
"Ya."
"Apa kamu kenal Taizi (Pangeran Mahkota)?"
"Taizi?" Yu Ming menggaruk kepala: "Dari dinasti mana?"
Zhang Ruonan mengangguk, mengeluarkan rokok dan bertanya: "Mau merokok?"
"Tidak bisa, terima kasih."
"Kalau begitu minum air."
"Terima kasih!" Segelas air diletakkan di depan Yu Ming yang tidak disentuhnya. Sebelum memahami situasi, jangan tinggalkan sidik jari atau DNA untuk polisi.
Zhang Nuonan melanjutkan pertanyaan: "Kemarin pagi, apakah kamu mengirimkan sebuah surel?"
Yu Ming mengangguk: "Benar, seorang klien mengirimkan data pencarian. Saya mengirimkan akun bos kepada mereka."
"Saat itu kamu yang menerima telepon?"
"Benar."
"Dengarkan suara jenis apa yang digunakan lawan bicara."
Zhang Ruonan menekan komputer, muncul lima klip suara yang tak ada pengecualiannya berisi kalimat sama: "Aku Tai Zi, ada yang membeli nyawamu."
Yu Ming menggeleng: "Bukan satupun. Ada apa ini?"
Ternyata permintaan pencarian kemarin bermasalah. Pihak lain mencari Sun Ziming. Sun Ziming adalah penyusup polisi yang menyamar di gembong narkoba selama dua tahun, akhirnya menghancurkan gembong narkoba. Mengingat pembalasan putra gembong yang masih buron, Sun Ziming dipindahkan ke Kota A untuk bekerja di pemerintah sebagai staf administrasi yang jarang muncul.
Kemarin, Du Qingqing menggunakan alasan pencarian keluarga warga Amerika Li Fu untuk menanyakan data kependudukan Sun Ziming, langsung memicu alarm. Kemudian dibawa penyidik untuk interogasi. Penyidik memverifikasi ketidaktahuan mereka, akhirnya dilepas sekitar pukul enam. Namun pukul sembilan malam, Sun Ziming terbunuh. Di TKP ditemukan satu butir peluru - tanda pembunuh bayaran paling kejam di industri dengan kode: Tai Zi.
"Sun Ziming tewas terbunuh, Kepala Polisi murka. Dengan prinsip tidak mengabaikan satu pun petunjuk, polisi berusaha mencari terobosan dari Du Qingqing dan kawan-kawan. Kemudian tersangkut pula Yu Ming yang menerima telepon."
Zhang Ruonan bertanya: "Kau detektif swasta, bagaimana pendapatmu tentang hal ini?" Ia menjelaskan situasi sambil mengamati Yu Ming, yakin bahwa Yu Ming tidak terlibat. Pertanyaan ini hanya sekadar bertanya, tidak mengharapkan pandangan baru dari Yu Ming.
"Tujuan pihak lawan sebenarnya bukan menunggu informasi dari perusahaan kami, tapi memantau polisi, menggertak ular di semak agar polisi yang memimpin jalan. Kuduga, setelah kemarin mengganggu polisi, apakah ada perwira tinggi yang khusus mencari Sun Ziping?"
Zhang Ruonan diam beberapa detik, tiba-tiba meremas rokok hingga hancur dan melemparknya ke jendela seperti melampiaskan amarah: "Bangsat."
Benar adanya. Begitu mengetahui nyawa Sun Ziping mungkin terancam, Wakil Kepala Polisi yang membidangi kriminal segera menemui Sun Ziping, lalu mengirim orang memeriksa keamanan sekitar tempat tinggalnya. Sang pembunuh sangat paham tingkat kepentingan Sun Ziping dan tanggung jawab para wakil kepala polisi. Untuk kasus sebesar ini, semua aktivitas pimpinan terkait diawasi ketat. Sun Ziping hampir mustahil lolos.
100.000 yuan, data kependudukan, semua ini dipersiapkan matang untuk menggebrak polisi. Inilah alasan seseorang menghantam perusahaan baru tak terkenal dengan pesanan raksasa di hari ketiga pembukaan. Yu Ming akhirnya paham sebab-akibatnya.
