Du Qingqing membetulkan: "Seharusnya aku yang berhutang budak pada Pak Du Tua. Lebih dari 20 tahun lalu, ayahku meminjam sejumlah uang dari Pak Du Tua untuk merintis bisnis. Awalnya sempat untung. Tapi tidak lama kemudian, ayahku ditipu penjahat hingga bukan saja kehilangan semua modal tapi juga terjerat pinjaman rentenir. Dalam keadaan terjepit, ayahku bunuh diri. Saat itu Pak Du Tua-lah yang melunasi hutang rentenir kami. Ketika aku berusia 17 tahun, sebelum ibu meninggal, dia menemui Pak Du Tua dan memohonnya untuk merawatku. Alih-alih marah, Pak Du Tua justru merasa bersalah karena tidak memperhatikan kondisi kami. Setelah ibu wafat, Pak Du Tua menyekolahkanku ke universitas, mencarikanku pekerjaan di perusahaannya, bahkan memberikanku satu set rumah. Bisa dibilang Pak Du Tua adalah penyelamat terbesarku."
Yu Ming bertanya: "Kalau saat ayahmu bunuh diri dia tidak merawat kalian, kenapa?"
"Waktu itu dia tidak tahu ibu sedang hamil. Ibu kemudian menikah dengan ayah tiriku. Setelah ibu melahirkan putra untuk keluarga mereka, aku sering dipukuli ayah tiri. Ibu akhirnya bercerai dan membawaku pergi. Ini peninggalan ayah kandungku."
Du Qingqing mengeluarkan medali emas kecil. Yu Ming memperhatikan medali bertuliskan "Qingqing" di bagian atasnya. Du Qingqing berkata: "Ibu bilang, seberat apapun kesulitan ayah, dia tidak pernah mau menjual medali ini... Maaf, sepertinya aku terlalu banyak bicara."
Memang agak bertele-tele. Yu Ming merasa aneh tapi tetap memberikan tisu pada Du Qingqing. Du Qingqing menerimanya, memalingkan wajah sambil menyeka air mata: "Lanjutkan pertempuran."
Yu Ming tersenyum sambil mengocok kartu, keduanya melanjutkan permainan.
……
"Hmm..." Saat pertarungan kartu sedang panas, tiba-tiba terdengar suara yang lemah tak berdaya seperti suara parau orang yang sekarat. Tidak bisa ditentukan arah sumber suara, bahkan jarak maupun gender pembicara.
Du Qingqing langsung memegang tangan Yu Ming. Keringat dingin mengucur di hatinya, seluruh tubuhnya menggigil. Detak jantung Yu Ming juga berpacu kencang—bukan karena memegang tangan wanita, tapi benar-benar ketakutan. Ia waspada memandang sekeliling, tak menemukan apapun. Setelah menunggu setengah menit, tetap tak ada gejolak.
Setelah shock, Du Qingqing baru menyadari masih memegang tangan Yu Ming. Ia buru-buru melepas dan mundur sedikit. Yu Ming melihat ponsel: pukul sebelas. Yu Ming berkata: "Tambahkan api." Sebelumnya mereka hanya mencari rasa aman dari cahaya—nyala api kecil. Sekarang entah karena psikologi atau fisik yang kedinginan. Yu Ming merasa perlu menambah api.
Keduanya bekerja sama melempar beberapa kayu bakar dari tumpukan di belakang ke dalam api.
"Mungkin suara angin," kata Du Qingqing.
Yu Ming tidak menjawab: "Nona Du, sekarang belum Dua Belas. Anda pergi dulu, saya antar keluar. Menginap di mobil atau rumah pria tua. Besok saya buktikan Anda pernah tinggal di sini, Anda bisa menang melawan Liu Mang." Bukan suara angin. Musuh sejati telah datang.
"Bagaimana denganmu?"
"Saya harus bermalam agar Anda bisa menang."
"Tidak boleh. Lupakan Liu Mang, kita pergi bersama."
"Tapi tugas klienmu?"
“Tidak boleh karena aku sedang kesal membuat kalian mengambil risiko. Aku sudah sangat menyesal Li Fu mengalami bahaya.” Du Qingqing berdiri sambil berkata: “Ayo kita pergi.”
Yu Ming berdiri, mundur selangkah. Tangannya menutupi mata Du Qingqing: “Kita mungkin tidak bisa pergi.”
“Apa ini.”
“Kamu harus siap mental dulu.” Yu Ming menekan getar dalam suaranya: “Darah.”
Du Qingqing menarik napas panjang, melepaskan tangan Yu Ming. Di bawah sinar api, tanah dua meter di depan mereka memerah, warnanya semakin pekat seperti muncul dari dalam tanah. Du Qingqing bertanya: “Yu Ming, bagaimana?”
“Tidak tahu.” Yu Ming menggigit gigi maju dua langkah. Tangannya mengusap tanah. Sepertinya benar-benar darah. Menengadah ke langit-langit, tak ada yang jatuh. Dari mana darah ini berasal?
Wajah Yu Ming pucat pasi mundur dua langkah. Du Qingqing berani meraih bahu Yu Ming: “Jangan takut.” Ia berdiri tegak di depan Yu Ming. Dia teringat adik di rumah ayah tirinya. Saat adik dikejar anjing, dirinya yang berusia enam tahun berani mengambil sebatang tongkat kecil untuk mengusir anjing itu. Dia digigit, tapi tak peduli lukanya, tetap menghibur adiknya yang ketakutan berusia tiga tahun.
Yu Ming mengangguk, mengambil tas perjalanan dan mengeluarkan setumpuk jimat. Berdiri sejajar dengan Du Qingqing. Du Qingqing berkata: “Yu Ming.”
“Hmm?”
“Jika besok pagi... Jangan bilang siapa-siapa.”
“Nona Du, umumnya orang lain yang menemukan kita. Sulit untuk tidak diberitahu orang. Jika tebakan benar, besok Liu Mang akan jadi yang pertama tiba di lokasi.” Yu Ming berkata: “Tapi tenang saja, dia tidak berani mengunggah fotomu ke internet.”
“Memang seharusnya dia tidak berani... Itu apa?”
Di posisi pohon pagoda halaman, tiba-tiba muncul warna merah yang perlahan mendekat, sepertinya sebuah pakaian merah. Mendadak, semua lampu listrik berkedip dua kali lalu padam. Pakaian merah menyatu dengan kegelapan. Du Qingqing bernapas berat: “Jimatmu sepertinya tidak berfungsi.”
“Kalau berfungsi, aku tidak perlu kerja serabutan.” Yu Ming berkata: “Nona Du, aku lega kau tidak berteriak.”
“Haruskah berteriak sekarang? Cuma pakaian merah?” Nada Du Qingqing penuh cemooh, tapi getaran dalam suaranya tak bisa disembunyikan. Dia tahu perkataan ini hanya untuk menenangkan Yu Ming.
Segalanya tampak tenang kembali, nyala api menyusut. Mereka duduk, mulai menambahkan kayu bakar. Kehilangan sumber listrik, kini hanya cahaya api yang memberi rasa aman.
“Panas sekali.”
“Aku juga.” Yu Ming memandang Du Qingqing yang wajahnya berkeringat, terlihat sangat memesona. Kepala Du Qingqing mendekat, jarak mereka semakin sempit. Yu Ming menyambar bibirnya. Tiba-tiba terkejut sampai menggigit bibir sendiri, mendorong Du Qingqing dan bangkit berdiri.
Du Qingqing terjatuh ke tanah, kesadarannya pulih beberapa derajat: “Kenapa?” Masih ada sisa kewarasan, di tempat seram begini mengapa seluruh tubuhnya terasa panas.
“Hari ini ada perempuan.” Suara hampa bergema di udara.
Suara perempuan tertawa terkekeh: "Kayu kering dan api yang membara memicu gairah, masih ragu apa? Lepaskan saja."
Di tepi cahaya api, siluet baju merah dan putih samar terlihat. Yang putih tanpa kepala, yang merah berambut panjang.
Saat ini, Du Qingqing seolah tak takut sama sekali, meraba tubuh Yu Ming sambil merintih: "Peluk aku."
Yu Ming tetap diam, berdiri tegak dengan mata terpejam. Tiba-tiba matanya terbuka, kakinya menginjak ponsel di tanah sambil berteriak: "Tai Shang Lao Jun segera menurut hukum, manusia dan hantu musnah total..." Setelah berkata demikian, seikat jimat di tangan kanannya dimasukkan ke api untuk dinyalakan lalu dilemparkan ke tanah, sambil terus menginjak-injak jimat itu, mulutnya komat-kamit mengucapkan mantra.
"Hmph!" Melihat gerakan ritual Yu Ming, hantu pria dan wanita tertawa mengejek.
Hantu wanita berkata: "Tai Shang Lao Jun? Yuan Shi Tian Zun pun tak bisa menyelamatkan kalian. Momen di malam musim semi bernilai ribuan keping emas, nikmatilah."
Mata Yu Ming perlahan kehilangan cahaya, tubuhnya berlutut di tanah, tangannya masih meraih jimat yang mengeluarkan asap kehijauan. Du Qingqing terus meraba tubuh Yu Ming, kancing bajunya sudah terbuka dua, payudaranya menggesel tubuh Yu Ming. Tangan Yu Ming secara tak wajar memeluk pantat Du Qingqing, bibir mereka bertaut. Tangan Yu Ming bergerak secara insting meraba payudara Du Qingqing.
