Yu Ming mengangkat telepon: “Halo!”
Zhang Nuonan berkata: “Ponselmu sudah selesai, plus bonus sepuluh ribu yuan. Kapan sempat ambil di markas polisi?”
“Bonusnya tidak usah lah.”
“Kami yang ambil kredit operasinya karena alasan teknis. Tapi uang ini dana resmi untuk informan. Tidak diambil juga percuma.”
“Baik, terima kasih Kak Zhang.” Yu Ming menutup telepon dan berkata: “Polisi meminta saya datang besok untuk mengambil hadiah. Hadiah untuk perusahaan kami yang membantu polisi menggulung pabrik narkoba.”
Li Fu bertanya: “Kalian pingsan, polisi menyelamatkan kalian. Mengapa polisi masih memberi hadiah ke perusahaan kita?”
Yu Ming menjawab: “Polisi berterima kasih karena kita berhasil menunda waktu transaksi pengedar narkoba secara objektif.”
Li Fu masih belum paham, hendak bertanya lebih lanjut. Yu Ming menyela: “Masakan ini enak sekali. Di Kota B sulit menemukan ikan grass carp selezat ini.”
“Kota B tidak ada ikan grass carp?”
“Mahasiswa mana sanggup beli.” Yu Ming langsung mengarang alasan.
Du Qingqing juga tak mau menjawab pertanyaan Li Fu tentang kemarin malam, mulai membahas urusan perusahaan. Pukul sembilan malam, masing-masing pulang ke rumah. Yu Ming dan Du Qingqing memasuki elevator. Du Qingqing berkata: “Yu Ming, kalau ada telepon saat makan, ucapkan ‘permisi’ atau ‘maaf’ dulu lalu menjauh untuk menerima. Kalau tidak, orang lain di meja makan tidak bisa ngobrol karena kamu menerima telepon.”
“Maaf, maaf.” Yu Ming meminta maaf. Awalnya merasa wajar. Sekarang dipikir-pikir memang kurang sopan. Saat dia menerima telepon, Du Qingqing dan Li Fu hanya diam mendengarkan.
“Tidak apa-apa, kamu masih baru di dunia kerja.” Du Qingqing keluar elevator, mengeluarkan kunci membuka pintu: “Yu Ming, apa kamu perhatikan? Pengetahuan Li Fu sangat luas. Dia ahli matematika dan komputer, tapi sepertinya juga sangat paham tentang narkoba.”
"Lihat, bahkan Du Qingqing mulai curiga." Yu Ming merenung: "Amerika ya... narkoba dan senjata di sana seharusnya termasuk pengetahuan dasar tingkat anak-anak kan? Oh iya, Nona Du. Bukankah Li Fu bilang ingin mengurus visa kerja, sudahkah Anda kirim surat resmi? Jangan salah paham, saya hanya khawatir dia lupa."
"Sudah diserahkan ke Departemen SDM, sekarang mungkin ada di tangan Tuan Du. Seperti yang Anda tahu, Perusahaan Investigasi Xingxing tidak memiliki kualifikasi untuk mempekerjakan tenaga kerja asing. Hanya Dushi International yang punya." Du Qingqing berkata: "Sudah lelah seharian, lebih cepat beristirahatlah."
"Ya." Yu Ming kembali ke kamarnya, mengambil set piyama bersih untuk mandi. Sebelum SMA, Yu Ming hanya memakai celana pendek di musim panas. Tapi saat kuliah, sering diganggu perempuan di asrama, akhirnya terbiasa pakai piyama. Du Qingqing tinggal di suite yang dilengkapi kamar mandi dan area sanitasi.
Mandi, lalu mencuci pakaian. Pria dalam hal mencuci pakaian menggunakan sumber daya yang jauh lebih sedikit dibanding perempuan. Contohnya Yu Ming, dia akan merendam pakaian seminggu dalam satu ember, diberi deterjen selama dua hari, lalu dikucek asal dan dibilas air bersih. Tapi sekarang ada mesin cuci, tidak perlu repot lagi. Teknologi melahirkan orang malas, bukan ungkapan tanpa dasar.
Pukul sepuluh, sesi pelatihan satu jam rutin. Yang mendidik Yu Ming adalah seorang Tionghoa berusia sekitar 50 tahun. Dia adalah kepala pelayan sahabat karib pamannya. Yu Ming tidak terlalu menyukainya karena terlalu kaku. Tapi tidak bisa dipungkiri, materi yang diajarkan memang pengetahuan yang dibutuhkannya.
Sehari pun berlalu...
“Keesokan harinya saat bekerja, Ni Qiu kembali mencari anjing. Yu Ming yang menangani urusan perselingkuhan dan Li Fu yang bertugas investigasi merasa agak malu. Hingga saat ini, Ni Qiu telah menemukan tiga anjing, dua kucing, dan seekor kobra. Di jaman sekarang selain memelihara ular, ada juga yang memelihara kadal, laba-laba...”
“Masalah perselingkuhan sebenarnya bermula dari kurangnya kepercayaan. Yu Ming yang bosan membuka game unduhan untuk dimainkan. Li Fu membuka situs luar negeri. Du Qingqing mengamati di belakang Li Fu sebentar tapi tidak mengerti. Kemudian beralih ke belakang Yu Ming. Ini lebih mudah dipahami. Yu Ming sama sekali tidak menyadari kehadiran Du Qingqing, masih asyik bertarung.”
Du Qingqing bertanya: “Objek padat yang kamu bangun itu namanya apa?”
Yu Ming terkejut, menyadari kesalahannya karena terlalu fokus. Yu Ming menjelaskan: “Silo Bom Nuklir.”
Du Qingqing mengangguk: “Lalu benda yang berlari di jalan itu?”
“Prajurit musuh, ini permainan tower defense.”
Du Qingqing tersadar: “Oh, rata-rata berapa butir bom nuklir yang kamu gunakan untuk mengeliminasi satu prajurit?”
“Sekitar tiga puluh lima butir.”
“Yu Ming, jangan main game yang tidak memiliki logika dasar ini. Dan dilarang main game selama jam kerja, hapus!”
“Baik.” Yu Ming keluar dari game, menghapus ikon desktop.
Du Qingqing tersenyum kecut: “Menganggapku bodoh? Kosongkan tempat sampah.”
Yu Ming mengalirkan setetes keringat dingin, mengosongkan Tempat Sampah. Du Qingqing berkata dengan puas: "Cek di jaringan lokal, jika tidak ada pelanggan kita harus mencari pelanggan." Setelah berkata demikian, dia kembali ke kantor. Awalnya dia ingin keluar untuk berbagi kabar baik bahwa pelanggan proyek rumah hantu sangat puas. Tuan Du secara khusus memberikan penghargaan melalui telepon. Selain itu menyatakan, jika kinerja bulan ini cukup baik, ada harapan untuk upgrade menjadi perusahaan satu bintang di bulan pertama.
Sekitar pukul sepuluh, seorang pemuda tampan berjas rapi mengetuk pintu yang sebenarnya sudah terbuka. Ini menunjukkan pemuda tersebut sangat beretika. Yu Ming yang sedang memegang mouse terpaku melihat orang itu selama lebih dari tiga detik. Li Fu yang melihat Yu Ming tidak menyambut, lalu berdiri dan berkata: "Selamat datang, silakan masuk."
"Pemuda itu berusia akhir dua puluhan, tampak sukses dalam karir. Sambil duduk, ia menerima air yang disodorkan Li Fu: "Terima kasih, saya ingin menyelidiki istri saya."
"Mohon menunggu sebentar, kami memiliki penyelidik senior khusus untuk kasus seperti ini." Li Fu berkata: "Yu Ming, tolong terima tamu ini."
"Baik!" Yu Ming berdiri. Suara sepatu bot Ni Qiu bergema di koridor. Yu Ming mendorong pintu kantor: "Tuan, silakan ke sini."
Masuk tanpa menketuk pintu? Du Qingqing hendak mengkritik Yu Ming, tapi saat melihat pemuda itu, ia terpaku di tempat.
"Silakan masuk." Yu Ming mendorong pemuda itu masuk ke dalam kantor.
Ni Qiu muncul di gerbang utama: "Anak buah, ada diskon besar untuk es krim. Kalian beruntung!"
Yu Ming mengabaikan dan mendekati Li Fu: "Entah kamu pakai cara apa, suruh Ni Qiu menghilang satu jam, bisa kamu lakukan?"
"Sekarang?" tanya Li Fu.
"Sekarang, segera. Semakin cepat semakin baik."
“Yu Ming, masuk.” Du Qingqing berteriak keras.
“Datang.” Yu Ming mendorong pintu masuk ke kantor, membuka celah kecil, menyelinap masuk, lalu segera menutup pintu.
Pemuda itu terlihat gelisah, kenapa semuanya terasa begitu misterius.
Du Qingqing meletakkan foto di meja. Yu Ming mengambil foto itu dan meliriknya. Benar, wanita ini adalah pacar Ni Qiu. Yu Ming sengaja bertanya: "Tuan marga apa?"
"Saya marga Lin." Pemuda itu menjawab sopan.
"Wanita dalam foto ini adalah...?"
"Istri saya."
Du Qingqing dan Yu Ming serentak menarik napas dingin. Selama ini mengira Ni Qiu adalah Yang Dingtian, ternyata dia Cheng Kun. Du Qingqing bertanya: "Ada surat nikah?"
Tuan Lin terdiam beberapa detik: "Perlu surat nikah?"
"Tentu, kalau tidak kami dianggap sembarangan mencampuri privasi non-pernikahan orang lain." Yu Ming dengan lancar mengarang istilah hukum.
