Yu Ming menjelaskan sambil menunjuk kartu: "Bekas kuku, pinggiran mengelupas, noda air. Tidak perlu melihat, yang tidak tahu sama sekali tidak akan menyadarinya. Ni Qiu, kamu sama sekali tidak bisa berjudi, kau pikir semua orang polos? Judi kecil tipuan kecil, judi besar tipuan besar. Dan si Kakak Wei itu, jelas satu kelompok."
"Masih belum paham." Ni Qiu menggeleng.
"Kakak Ke'er." Yu Ming mendekatkan telinga Ke Er: "Jumlah huruf menunjukkan angka, ibu jari untuk Hati, jari tengah untuk Keriting, telunjuk untuk Wajik, kelingking untuk Sekop."
"Hmm." Ke Er mengangguk.
Yu Ming mengambil sebuah kartu dengan tangan kanan: "Kakak Ke'er, kartu apa ini?"
Ni Qiu terpaku pada tangan kanan Yu Ming, tidak menyadari jari telunjuk kiri Yu Ming bergerak. Ke Er menjawab: "Wajik Sembilan."
Yu Ming membalikkan kartu, melempar Wajik Sembilan ke depan Ni Qiu: "Lihat, Kakak Ke'er yang masih pemula, hanya perlu lima detik, tanpa alat bantu, bisa berubah jadi penjudi profesional. Berani-beraninya kau berjudi?" Yang tidak diungkapkan Yu Ming: keahliannya ini masih belum seberapa.
Ni Qiu menghela napas, mengambil Wajik Sembilan dan menatapnya lama, lalu menyimpannya di saku. Kepada Ke Er: "Pergilah, aku tidak dendam, juga tidak ingin bertemu lagi. Bawa juga uangmu."
“Kamu... jaga diri baik-baik.” Ke Er berdiri, mengusap air mata sambil mengangkat tas kecil dan meninggalkan kafe.
“Ayo, siang ini bos mentraktir makan hot pot.”
“Musim panas? Makan hot pot?”
“Bumbu hot pot diskon di musim panas, biaya AC tidak sebanding. Kau tak bisa menyangkal, dalam hal detail, bos kita memang punya kelebihan.”
……
“Selamat siang, Bos!” Ni Qiu masuk, canggung mengangguk memberi salam pada Du Qingqing.
Du Qingqing bingung menentukan sikap. Menurut aturan, mangkir dua hari harus ditindak tegas. Tapi dia sangat puas dengan kinerja Ni Qiu yang punya tingkat keberhasilan >90% dalam pencarian hewan peliharaan - 30% lebih tinggi dari 60% yang pernah dicapai Perusahaan Bintang Wanshitong di masa lalu.
“Masuklah!”
Haina sedang berlatih melempar pisau di ruang tamu. Dengan pisau buah di tangan, dia membidik papan dart lima meter jauhnya. Setelah garis melengkung, pisau itu menabrak dinding dan memercikkan bunga api. Haina mengambil pisau itu, menggosokkannya di jaket jeans, lalu memotong apel tanpa dicuci atau dikupas: “Datang lagi si pemakan gratis. Jangan bilang si maniak nikah itu juga akan datang.”
“Nona Haina yang terhormat.” Ni Qiu tiba-tiba menjadi sangat sopan. Dia paham: menyinggung Du Qingqing = kehilangan pekerjaan. Menyinggung Haina? Bisa saja akibatnya tak terduga.
“Baik.” Haina melemparkan inti apel ke tong sampah. Seketika pisau buahnya melesat menancap di papan dart. “Haha, Pisau Terbang Xiao Li, hanya segitu saja rupanya.”
Du Qingqing melirik Hai Na: "Ni Qiu, duduklah sendiri. Yu Ming, bantu ambil piring dan sumpit."
AC ruang tamu disetel lebih rendah, menciptakan suasana musim dingin buatan, lalu mulai makan hotpot. Kemudian, Ni Qiu menceritakan kisah cinta menyedihkan di Kota A yang sangat klise, alur ceritanya berliku-liku melebihi drama Korea.
Semasa kecil Ni Qiu, ibunya lari bersama pria lain. Ayahnya membesarkan Ni Qiu dan adiknya sendirian. Ni Qiu mengenal Ke'er di SMA dan cepat terlibat hubungan terlarang. Di tahun kedua SMA, ayah Ni Qiu ditangkap karena pencurian, menyita hampir semua harta keluarga. Nilai adik Ni Qiu sangat bagus, sehingga Ni Qiu putus sekolah untuk bekerja membiayai adiknya.
Gaji Ni Qiu ditambah tunjangan sosial khusus yang disetujui pemerintah Kota A seharusnya cukup. Memang awalnya cukup, bahkan sang adik bisa masuk universitas. Tapi saat semester dua tahun kedua, sang adik iseng mencoba tes TOEFL Inggris. Ni Qiu dengan heroik berjanji: "Tak masalah, biaya jadi tanggungan kakak."
Menurut perkiraan konservatif, biaya tiga tahun sekitar 400 ribu yuan. Ni Qiu mencari cara dapat uang itu, akhirnya memutuskan mencuri. Dua bulan setelah sang adik terbang ke Inggris, Ni Qiu ditangkap. Uang curiannya tidak banyak, hanya 50 ribu lebih, ditambah tabungan 20 ribu, total 70 ribu dikirim untuk adiknya. Biaya hidup sang adik selain dari kerja paruh waktu, sebagian besar berasal dari uang Ke'er yang dicuri dari keluarganya dan gajinya sendiri.
“Ini alasan Ni Qiu ditangkap. Riwayat pencurian Ni Qiu dimulai sejak usia lima tahun. Sejak lima tahun, ayahnya sudah membawanya mencuri di jalanan. Namun Ni Qiu sendiri sangat membenci hal ini. Tapi agar dirinya dan adik tidak dipukuli, dia terpaksa mengikuti ayahnya. Dia mensyaratkan bahwa adiknya tidak boleh tahu aktivitas mereka. Belakangan, ayah Ni Qiu punya selingkuhan di luar. Pencurian jalanan sudah tidak bisa memenuhi kebutuhan uangnya, lalu mulai berkolaborasi dengan penjahat berpengalaman untuk aksi besar. Ni Qiu akhirnya bisa merdeka secara resmi.
Ni Mei selalu dilindungi Ni Qiu tanpa tahu apapun. Hingga ayahnya ditangkap, dia masih mengira ayahnya difitnah. Sampai sekarang dia bahkan tidak tahu Ni Qiu pernah ditangkap dan mendekam di penjara tiga tahun. Hubungan Ni Qiu dan Ke Er selalu baik. Sebelum Ni Qiu masuk penjara, Ke Er berjanji akan merawat Ni Mei. Ni Mei memang dirawat, tapi satu tahun sebelum Ni Qiu bebas, Ke Er menikah.
Ke Er romantis sekaligus rasional. Dia tahu tidak mungkin bersama Ni Qiu karena orangtuanya tidak akan setuju. Prinsip kesetaraan status keluarga sudah mengakar. Tapi Ke Er juga tidak mau Ni Qiu tahu kebenaran. Setelah bebas, mereka kembali menyamar bersama. Akhirnya menyambut akhir seperti ini.
Haina mengenal Ke Er, jadi saat Ni Qiu bercerita hanya menggunakan sebutan "pacar". Du Qingqing tahu status Ke Er, tapi tidak akan merusak harmoni stabil yang susah dibangun dengan gosip sembarangan.
“Adikmu?” tanya Haina.
“Masih di Inggris, sekarang dia magang sebagai pengacara.” Ni Qiu membicarakan adik perempuannya, wajahnya menampakkan ekspresi kebanggaan luar biasa.
Haina mengangguk: "Baiklah, kamu bisa mulai bekerja seperti biasa lusa."
Du Qingqing buru-buru menyela: "Jangan asal mengambil kesimpulan untukku, ya?"
"Cewek, memang banyak urusan." Haina menusuk sepotong daging sapi berlemak dengan garpu.
Du Qingqing berpikir sejenak: "Menurut peraturan perusahaan, mangkir tiga hari dianggap mengundurkan diri. Karena kamu cuma dua hari, potong gaji pokok enam hari."
"Terima kasih, bos."
Haina menunjuk Yu Ming dengan garpu: "Ceritanya sudah selesai, giliranmu?"
"Aku? Nggak ada cerita." Yu Ming merenung: "SMA punya pacar, kuliah juga punya pacar. Nggak ada yang spesial."
"Hidupmu kurang seru, tidak bahagia." Haina menggulung lengan kaosnya hingga ke bahu: "Mending dengar ceritaku."
Semua mata tertuju padanya.
"Ayahku Nazi tulen, sejak kecil mendidik kami dengan kekuatan tempur. Dua adik lelakiku pengecut, sekarang jadi banci. Titik balik kami di usia 8 tahun, kakek Inggris mengajar tata krama. Salah sedikit, kena cambuk. Katanya pendidikan etiket keluarga kerajaan. Dasar brengsek! Etiket kerajaan apaan? Diana aja selingkuh!"
Yu Ming berkomentar: "Diana itu putri mahkota, secara teknis..."
“Diam!” Haina memegang garpu sambil berpikir: “Dua adikku setelah dipukul beberapa kali, mulai bicara sesuai aturan, makan sesuai aturan. Aku justru tidak mau. Aku tidak bisa mengalahkan pria tua itu, akhirnya aku kabur dari rumah.”
