Yu Ming selalu menghindari bertemu Haina berduaan. Haina yang penuh pertanyaan mengikutinya seperti bayangan. Pada pukul sebelas malam, semua orang berkumpul di ruang tamu.
Pengacara yang ditemani Yu Ming membuka brankas di kamar tidur lantai dua, mengeluarkan satu lembar dokumen lalu turun. Mendekati ruang tamu, Pengacara Liu berkata: “Sekarang saya akan membacakan surat wasiat.” Kontennya sebagian sudah diketahui hadirin, tapi proses hukum ini tetap harus dijalankan.
Pengacara membuka dokumen, kemudian membaca: “Tidak mungkin, ini apa?”
Semua saling pandang bingung.
“Surat wasiatnya?” Pengacara Liu memucat. Hadirin bergegas mendekat dan menyadari seluruh surat wasiat ternyata kertas kosong.
Kepala pelayan berteriak: “Jangan panik! Pengacara Liu, seharusnya ada salinan ya?”
“Dungeon, ada di kantor polisi. Aku segera ambil.” Pengacara mengusap keringat, surat wasiat hilang sudah cukup untuk menguburkan karir dan reputasinya sendiri. Surat wasiat ini adalah surat wasiat yang dikelola Tuan. Brankas di kamar tidur ini hanya diketahui password-nya oleh dirinya sendiri dan korban.
Kepala pelayan menunjuk dua satpam sambil berkata: "Kalian temani Pengacara Liu pergi."
Yu Ming bersandar di samping berbisik: "Aku perkirakan dungeon juga sudah hilang. Nona Hai, jika lembar surat wasiat ini hilang, apa konsekuensinya?"
"Jika tidak ada surat wasiat lama, akan melalui proses hukum, pembagian sesuai prinsip pewarisan." Haina tertawa pendek: "Ha..."
"Bagaimana?"
Haina membisik di telinga Yu Ming: "Dengan begini, tiga Ibu tidak punya hak waris. Dalam surat wasiat asli, Tuan muda mendapat 30%, bagian terbesar. Ibu temanku dapat 15%, peringkat kedua. Paling sedikit adalah Ibu ketiga dan dua putranya. Tuan muda dapat lebih banyak karena kemampuan manajemennya dihargai almarhum. Ibu ketiga punya riwayat perselingkuhan, sementara kedua putranya punya sejarah narkoba, menyetir mabuk, plus pengangguran. Jadi bagian mereka paling kecil. Tiga orang ini total sekitar 12%. Tapi jika lewat proses hukum, lima anak masing-masing bisa dapat 20%. Pemimpin dan temanku bakal rugi besar."
Berdasarkan pembagian per Ibu: Tuan muda dan Tuan kedua plus Ibu kedua dapat 62%, Tuan ketiga & keempat dengan Ibu ketiga 12%, Tuan kelima dan Ibu keempat 26%. Jika lewat proses hukum, para Ibu tidak punya status hukum sehingga kehilangan hak waris. Tiap anak dapat 20%. Kelompok elit pertama rugi 22%, kelompok ketiga rugi 6%. Sedangkan kelompok kedua untung 28%.
Yu Ming bertanya: "Satu persen kira-kira berapa nilainya?"
"Ini sudah termasuk properti dan saham. Sekitar 10 juta lebih per 1%."
Kelompok kedua untung hampir 300 juta. Pengacara Liu, Anda akan jadi kambing hitam.
Yu Ming tiba-tiba menoleh ke Haina: "Untuk masalah pencurian surat wasiat, kalian bisa lapor polisi atau minta bantuan perusahaan kami. Investigasi kasus kriminal seperti ini akan ditangani Investigator No.1 Li Fu. Terima kasih. Tugas saya selesai, sekarang cuma nonton saja."
“Aku bisa memberimu mobil secara pribadi.” Haina meraih bahu Yu Ming.
Lihat, uang bisa membeli mobil, juga bisa membeli profesionalisme. Yu Ming bertanya: “Seberapa bisa dipercaya sang kepala pelayan?”
“Kepala pelayan tua, seharusnya 100% bisa dipercaya. Paling tidak dibandingkan anak-anak dan istri muda ini, aku rasa dia lebih kredibel.”
Yu Ming berkata: “Apa yang kau katakan pada kepala pelayan...”
……
Lebih dari empat puluh menit kemudian, dua satpam hampir menyeret Pengacara Liu kembali. Semua orang langsung tahu ada masalah begitu melihat situasi ini. Seorang satpam meletakkan kantong plastik di meja, berisi kartu As Sekop dari bahan plastik keras. Satpam itu berkata: “File-nya hilang, hanya tersisa kartu ini.”
Separuh orang di sini berteriak kaget: “As Sekop?”
“As Sekop!” Yu Ming terlihat merenungkan sesuatu. Paman pernah menceritakan hal ini padanya.
Haina bingung bertanya: “Ada apa dengan As Sekop?”
“As Sekop adalah pencuri besar yang beroperasi di Asia Timur.” Berbeda dengan Ni Qiu, pencuri ini adalah pencuri klasik sejati. Bukan hanya ahli mencuri, tapi juga jago merampok sambil mencuri. Yu Ming menambahkan: “Dia seorang wanita cantik.”
“Bagaimana kau tahu?”
“Karena dia pernah ditangkap, nilai curiannya sangat besar, plus empat nyawa, akhirnya dihukum mati.” Yu Ming melanjutkan: “Peristiwa lebih dari 20 tahun lalu. Ada yang bilang dia mata-mata Asia Timur, ada yang menyebutnya orang Jepang, ada juga yang menganggapnya penerus seni bela diri kuno. Saat itu benar-benar menggemparkan.”
“Ini maksudnya apa?” Adik dari ibu ketiga bertanya: “Meninggalkan kartu orang mati, mau membuktikan apa?”
“Kau panik apa? Lagi pula tak ada yang bilang kau yang mencuri surat wasiat.” kata adik Ibu Kedua.
“Botak, maksudmu apa?” adik Ibu Ketiga bertanya dengan murka.
“Maksud apa? Semua tahu surat wasiat dicuri, siapa penerima manfaat terbesar?” seloroh adik Ibu Keempat.
Suasana memanas, kepala pelayan tiba-tiba berteriak: “Tenang!”
Semua diam, kepala pelayan berkata: “Para Tuan muda, Paman tak perlu buru-buru. Masih ada salinan asli tulisan tangan Tuan Besar.”
“Di mana?” Mata pengacara Liu berbinar.
Kepala pelayan menjawab: “Di brankas ruang rahasia Tuan. Tapi hanya Tuan yang bisa membukanya. Harap sabar. Saya sudah hubungi profesional, besok pagi pukul 8 mereka akan datang untuk memotong brankas. Untuk menghindari kesalahpahaman, malam ini jangan ada yang naik ke lantai dua. Ruang rahasia akan dijaga dua satpam.”
Tuan Muda Ketiga bertanya: “Kenapa saya tidak tahu ada salinan lain?”
Kepala pelayan menjelaskan: “Itu salinan tulisan tangan Tuan. Yang Pak Liu terima adalah versi cetak komputer dengan tanda tangan Tuan. Salinan tulisan tangan itu tidak dihancurkan, dikembalikan ke brankas. Pak Liu, apakah surat wasiat ini sah?”
“Sah, sah!” Pengacara Liu lega bagai mendapat ampunan.
Dua satpam berbaju hitam dan berdasi hitam menjaga tangga ke lantai dua, dua lainnya berjaga di dalam ruang belajar. Tamu-tamu yang menggunakan selimut dari pengasuh dan sopir, beristirahat di ruang tamu lantai satu atau kamar-kamar.
Ruang rahasia, menunjukkan tidak ada jalan kedua dan secara alami tidak memiliki jendela. Untuk kebutuhan ventilasi, diperlukan saluran udara. Pukul empat pagi, seorang pria berbaju hitam muncul dari saluran ventilasi. Dengan lembut ia melepas filter. Langsung melompat turun. Dengan gesit ia mendekati brankas, melepas tas dari punggungnya, mengeluarkan alat dari dalamnya, dan mulai membuka kunci.
Sekitar tiga menit kemudian, pria itu berhasil membuka brankas. Di dalam terdapat satu lembar file. Pria itu mengeluarkan dokumen dan membukanya, di halaman pertama tertulis empat karakter besar: "Anda terjebak".
Tiba-tiba pintu ruang rahasia terbuka, dua satpam muncul. Pria itu membalikkan tangan kirinya, dua lembar kartu remi melesat keluar. Banyak yang bisa memotong mentimun dengan kartu remi biasa. (Posting pamer: Udang bisa menembus koran dari jarak lima meter.) Sedangkan kartu plastik keras yang berputar cepat memiliki daya rusak yang lebih mengerikan. Pergelangan tangan dua satpam terkena, kartu menyayat lewat, darah menyembur. Menggunakan kesempatan ini, pria itu menginjak meja dan melompat, meraih lubang ventilasi. Tubuhnya cepat-cepat masuk ke dalam.
Satpam berbicara di walkie-talkie: "Pencuri kabur lewat lubang ventilasi."
