Shen Wan turun ke lantai dua, sebuah mayat terbaring di hadapannya. Dia melangkahi mayat itu—ini adalah mahakaryanya. Beberapa menit kemudian dia melihat sedikit cahaya api. Mengernyit, dia menghindar sambil maju menuju sumber cahaya—posisi gua rahasia yang pernah menjebak Yu Ming dan Ye Zhan. Melirik ke samping, terlihat beberapa lilin terpasang di sekitar mulut gua, karpet telah disingkap dan pintu gua terbuka. Di dalam gua tampak juga ada cahaya.
Mayat 043 masih di tempat kejadian. Shen Wan melangkahinya, laras pistol mengarah ke depan. Jebakan? Percuma juga, satu-satunya pistol berada di posisi kamar tidur lantai tiga. Shen Wan berjalan menuju mulut gua, tiba-tiba mayat di belakangnya membuka mata. Dengan bertumpu pada dua tangan, mayat itu bangkit berdiri.
Mayat itu mengikuti Shen Wan dari belakang, berkata dengan suara melengking: "Kembalikan nyawaku."
Shen Wan panik berbalik. Sebuah tangan mayat mencengkram lengan pistolnya, tinjunya menghantam wajah Shen Wan. Shen Wan baru sadar—ini bukan mayat 043, melainkan Zhang Nuonan! Luka di tangan kanan Zhang Nuonan mulai berdarah karena tekanan. Tapi Zhang Nuonan tidak melambatkan serangan—dia satu-satunya harapan. Dahinya menghantam dahi Shen Wan. Kemudian tangan kirinya meraih tangan Shen Wan yang memegang pistol dan menghantammnya ke dinding koridor.
……
“Sudah selesai, Li Fu, Yu Ming. Kalian bisa turun.” Suara Zhang Nuonan terdengar.
Li Fu dan Yu Ming menghela napas lega. Mengangkat komputer, mereka meninggalkan kamar tidur. Lengan kanan Zhang Nuonan basah kuyup oleh darah, wajahnya juga terdapat lebam. Zhang Nuonan mengambil pistol sambil bergumam: "Bangsat kanker ini, bajingan tua ini lebih kuat daripada pemuda." Dia tidak hanya ditinju dua kali, tapi juga digigit. Shen Wan mencungkil luka itu dengan jarinya... Syukurlah, pengalaman bela diri Zhang Nuonan cukup mumpuni, akhirnya berhasil memborgol Shen Wan.
“Yu Ming, ada apa?” Zhang Nuonan bertanya sambil memperhatikan perubahan wajah Yu Ming.
“Agak kehabisan tenaga.” Yu Ming berpegangan pada sandaran tangga sambil menjawab. Yu Ming tahu Shen Wan akan diarahkan ke area kamar tidur lantai tiga. Karena Shen Wan sudah mendapatkan keuntungan di kamar tidur. Tapi dia tidak yakin apakah Shen Wan akan meninggalkan area itu. Tegang tinggi selama ini membuatnya sedikit kelelahan.
Sesuai rencana, setelah Li Fu dan yang lainnya tiba di lantai tiga, Zhang Nuonan meraba-raba menuju lubang rahasia. Pertama membuka lubang rahasia dan menyalakan lilin. Lalu menyeret mayat ke samping, memotong rambut mayat yang keriting akibat panas dan menaruhnya di kepala sendiri, mengganti pakaian mayat, lalu berbaring di genangan darah sambil menunggu dengan tenang. Ini juga sangat berisiko, jika area lantai tiga tidak berhasil menarik perhatian Shen Wan, Zhang Nuonan bisa saja terbunuh.
"Tidak ada yang berani memastikan Shen Wan akan muncul. Tapi Yu Ming yakin Shen Wan pasti memiliki area patroli yang paling dikenalnya. Gua gelap adalah tempat memancing terbaik. Ditambah pistol di lantai tiga, Zhang Nuonan terluka, Shen Wan pasti akan melepaskan kewaspadaannya. Meski metode mengerahkan semua kartu as sekaligus berisiko, peluang menang masih cukup tinggi."
"Shen Wan diikat di kursi dengan tambahan borgol. Du Qingqing dan tiga orang lainnya melindunginya dari pemukulan dan interogasi paksa. Tindakan Du Qingqing berlebihan, setelah Yu Ming menjelaskan situasi, tak ada lagi yang mengancam Kepala Pelayan Lin dan Shen Wan dengan kekerasan."
"Zhang Nuonan kembali, melepas lengan baju kanannya. Seorang peserta audisi membawa alkohol dan perban untuk mendisinfeksi dan membalut lukanya. Zhang Nuonan menatap Shen Wan: 'Tuan Shen, kalian kalah.'"
"'Aku kalah.' Shen Wan mengangguk lalu menambahkan: 'Tapi kalian juga tidak menang... Siapa di sini yang membunuh putraku? Bisakah jelaskan pada Shen Mouren, mengapa kalian bunuh putraku?'"
"Ruangan hening sejenak. Seorang pria berusia sekitar 40 tahun berdiri, semua mata tertuju padanya. Nomor 045. 045 berlutut satu kaki di depan Shen Wan, menunduk lama sebelum akhirnya menatap Shen Wan: 'Paman, putramu bukan kami yang bunuh. Ini kesalahpahaman.'"
"'Kamu...?' Shen Wan curiga melihat 045."
"'Nama saya Guo Liang, teman sekelas putramu. Sering bermain biliar bersama.'"
"'Aku ingat, Guo Liang.' Shen Wan mengangguk: 'Putraku pernah bilang skillmu bagus... Katakan, bagaimana putramu mati?' Emosi Shen Wan mulai memuncak."
"Beginilah kejadiannya."
Guo Liang menghela napas dan menceritakan asal muasal kejadian. Putra Shen Wan lari bersama pelayan perempuan, tapi niat balas dendam sang pelayan belum berkurang. Maka ia menaruh Poison ke dalam anggur obat yang diminum Shen Wan. Putra Shen Wan tak sengaja mengetahui hal ini dan merasa sangat sedih. Pada malam hari, teman-teman diundang Shen Wan ke perkebunan. Putra Shen Wan menjelaskan rencananya untuk lari bersama pelayan perempuan.
Teman-teman mendukung putra Shen Wan dan berjanji akan mengunjungi Shen Wan jika ada waktu. Putra Shen Wan mengangkat gelas anggurnya kepada pelayan perempuan: "Apakah kau bersedia melepaskan dendam dan pergi bersamaku?"
Pelayan perempuan menjawab: "Aku bersedia."
Putra Shen Wan dengan air mata berlinang meminum anggur sambil berkata: "Tidak, kau tidak bersedia. Ayahku punya banyak kesalahan, tapi tetaplah ayahku. Aku bersedia mati menggantikannya. Tolong jangan sakiti ayahku lagi."
Putra Shen Wan meminum anggur obat beracun yang diberikan pelayan perempuan, dan dengan cepat menemui ajal di pelukan pelayan perempuan yang sedang menangis terisak.
Sang pelayan perempuan menyesal tak terkira, dalam kesedihan menghabiskan setengah gelas anggur sisa yang ada di tangan putra Shen Wan.
Setelah berunding matang, teman-teman sepakat tidak seharusnya memberitahukan fakta kejam ini kepada Shen Wan. Maka mereka menaruh kedua mayat di lubang rahasia. Lalu keluar bersama. Paling tidak dengan cara ini, Shen Wan masih mengira putranya hidup.
045 menitikkan air mata berkata: "Paman, semua orang sangat menyukai prajurit kecil, semua juga tahu Paman sangat menyayanginya. Kami tidak tega membuatmu sedih. Kali ini aku datang juga membawa kebohongan, mengatakan prajurit kecil baik-baik saja. Agar Paman bisa tenang meninggalkan dunia ini. Tapi... tapi aku tidak menyangka akan jadi begini... Wuu!"
"Salah? Salah?" Shen Wan otaknya kosong, bagaimana bisa begini?
045 berkata: "Paman, apapun yang telah kau lakukan. Aku akan memanggil pengacara untukmu, aku ini anakmu, akan merawatmu." 045 menangis sambil membenturkan kepala ke lantai: "Maafkan aku, maafkan aku."
Zhang Nuonan menghela nafas: "Tragedi yang lahir dari kebaikan."
Melihat adegan ini, orang-orang sekitar ikut menghela nafas, bahkan beberapa wanita menitikkan air mata penuh kekaguman.
Shen Wan air matanya mengalir deras, memejamkan mata berkata: "Password XXXXXX, gambar teknik posisi bahan peledak tersimpan di sampul buku San Guo Yan Yi edisi lux."
Zhang Nuonan berkata: "Li Fu, periksa."
Li Fu mengangguk: "Bagus!"
Li Fu segera kembali, mengangguk ke arah Zhang Nuonan. Melihat seorang tua dan muda masih berpelukan menangis, matanya juga mulai berkaca-kaca.
"Paman!" 045 memeluk kaki Shen Wan sambil meratap.
Shen Wan menepuk bahunya menghibur: "Kalian bagus, bagus, bagus..."
"Sudah, terlalu larut dalam peran." Yu Ming kesal berkata.
045 berdiri, mengusap air mata: "Tak ada cara, sejak lahir aku memang seorang aktor. Saudara muda, pandanganmu tajam, langsung memilihku."
"Yu Ming." Yu Ming mengulurkan tangan.
"Chen Pengchang!"
Kedua orang itu berjabat tangan, Shen Wan tidak mengerti: "Apa maksudnya?"
Air mata Chen Pengchang kembali menetes, dengan keramahan ia menggenggam tangan Shen Wan sambil menangis: "Paman, aku membohongimu. Sebenarnya aku sama sekali tidak mengenal putramu."
"Bangsat!" Seluruh tenaga Shen Wan meledak, memaksa diri bersama kursi menghantam Chen Pengchang.
Chen Pengchang sudah siaga, menahan Shen Wan: "Paman, tabahlah. Sejak dahulu kala siapa yang bisa menghindari kematian?"
"Bajingan!" Shen Wan berteriak garang, giginya sampai berdarah.
Chen Pengchang mengabaikannya dan bertanya pada Yu Ming: "Saudara Yu Ming, bagaimana kau tahu putranya punya teman bernama Guo Liang?"
"Di lantai tiga ada ruang biliar. Di atas ada tongkat biliar yang terukir nama Guo Liang. Aku coba nebak saja."
"Penipu, auu!" Shen Wan terhempas ke tanah, tetap berteriak: "Sekawanan penipu, kalian akan mati mengenaskan!"
