Yu Ming berkata: "Tapi Chen Xi tidak tahu Tuan Lin tiba-tiba mengubah jadwal perjalanan dan mengganti mobil."
Li Fu mengerutkan kening: "Apakah ada orang lain yang terlibat?"
"Tidak mungkin. Mata-mata dalam akan berusaha tetap dekat dengan Ke'er untuk mengetahui apakah keluarga Lin sungguh-sungguh." Yu Ming melanjutkan: "Kecuali ini murni penyamaran tujuan pembunuhan lewat penculikan. Sebentar lagi kita hubungi lagi, aku punya cara untuk memverifikasi ini."
Yu Ming tutup telepon: "Ni Qiu, aku membutuhkan bantuanmu."
"Operasi menyelamatkan saingan cinta, Kakak tidak tertarik." Ni Qiu berkata: "Malam ini aku yang traktir, untuk merayakan."
"Mereka pasangan sah, punya buku merah." Yu Ming berkata: "Kamu dapat keuntungan tapi masih mengeluh."
"Yu Ming, aku akan berbalik seketika."
Yu Ming bertanya: "Setelah berbalik, apakah masih mau membantu?"
Ni Qiu menghela napas: "Bagaimana caranya membantu?"
Yu Ming menjelaskan: "Kamu pergi ke rumah sekretaris, buka gas LPG, lalu laporkan ke polisi bahwa mencium kebocoran gas. Alamat akan kuberikan."
"Kakak, sekarang lewat enam, saatnya orang pulang kerja."
"Sekretaris tidak punya waktu bergaul dengan tetangga, tak ada yang tahu berapa penghuni rumahnya." Yu Ming melihat jadwal kerja dan aktivitas sekretaris. Antara kerja atau belajar, termasuk liburan. Sepertinya ingin mati-matian dapat pengakuan Tuan Lin. Ketika wanita ngotot, lebih tegas dari pria.
Yu Ming meninggalkan perusahaan Tuan Lin, menyetir kembali ke vila. Koki Tuan senior Lin sedang sibuk memasak. Saat ini telepon sekretaris berdering, setelah menerima panggilan ia berkata: "Baik, baik, aku segera pulang."
Sekretaris berbicara rendah dengan Lin Xiayi beberapa kata, lalu pergi dengan mobil.
Wakil direktur yang tinggal di perumahan biasa, dua jam kemudian menerima telepon dan pamit pada Lin Xiayi sebelum pergi.
Sedangkan Chen Xi yang tinggal di vila, terjadi kebakaran kecil sumber listrik. Tetangga yang menemukan langsung melapor, petugas pemadam setelah memadamkan api mensyaratkan pemilik pulang. Tapi Chen Xi tidak pergi, malah menelepon seorang wanita untuk urus ini.
Li Fu melihat Yu Ming tertawa: Bagaimana hasilnya?
Yu Ming menggelengkan kepala, teguh pada prinsip humanisnya yang mengutamakan manusia, tidak setuju dengan inferensi berbasis bukti Li Fu. Menunggu semalaman, sekretaris dan wakil direktur baru kembali ke vila pukul tujuh pagi hari kedua.
……
Pukul delapan, telepon berdering. Li Fu mengangkat: "Halo."
Penculik bertanya: "Apakah uangnya sudah siap?"
Li Fu melihat Yu Ming mengacungkan ibu jari, tanda ada mata-mata tambahan. Li Fu menjawab: "Waktu terlalu mepet, penarikan dana besar harus diajukan permohonan dulu. Kami baru bisa mengumpulkan 6 juta."
"Jangan berani tawar-menawar denganku! Dengarkan baik-baik: 20 juta, dibagi menjadi empat tas. Muatkan ke empat mobil."
Li Fu berkata: "Saya ingin melihat bukti Tuan Lin masih hidup."
"Kau tidak punya kualifikasi untuk mensyaratkan apapun!"
Li Fu dengan keras menutup telepon (Prak). Semua yang hadir memucat, Tuan Lin murka: "Apa maksudmu?!"
Tuan Du menghadang: "Tenanglah dulu."
"Lao Du, aku mempercayaimu sehingga membiarkan dua anak muda menangani ini. Kau memperlakukanku seperti ini?" Tuan Lin bersandar di kursi sambil terengah-engah, Lin Xiayi buru-buru mengusap-usap dada tua itu.
Tuan Du mulai ragu, mendekati Li Fu: "Kamu..."
Li Fu mengabaikannya, menyangga dahi dengan kedua tangan membentuk segitiga, memejamkan mata sambil menunggu dengan sabar. Tiga menit kemudian, ponsel Ke'er berdering. Di layar terlihat video sepuluh detik: Tuan Lin ditutup matanya, mengangkat koran pagi hari ini dengan kedua tangan.
Telepon berdering lagi. Li Fu mengangkat: "Halo."
Penculik bertanya: "Ketulusanku sudah kau terima. Di mana ketulusanmu?"
Li Fu balik bertanya: "Bagaimana cara mengirimkan uangnya?"
Perampok berkata: "Tuan Lin punya sekretaris yang cantik, suruh dia mengemudikan satu mobil. Ada juga si pria gemuk, mengemudikan satu mobil. Si kurus tinggi mengemudikan satu mobil, istrinya mengemudikan satu mobil. Patuhi perintah, aku sedang memantau kalian."
Li Fu memberikan kode, Yu Ming mengangguk dan keluar dari vila. Li Fu bertanya pada perampok: "Siapa yang di teras vila?"
"Setelan jas, kemeja, tidak kenal." Perampok menjawab: "Jadi jangan coba menipuku, empat mobil harus membuka semua pintu dan bagasi. Setelah mobil pergi, kalian dilarang meninggalkan vila. Kalau tidak, aku batalkan transaksi. Suruh sekretaris naik mobil dulu."
Sekretaris berjalan ke jalan di luar vila, membuka empat pintu mobil dan bagasi. Li Fu menelepon sekretaris: "Putar balik, buka lagi pintu dan bagasi... berangkat."
Selanjutnya Wakil direktur, kemudian Chen Xi, terakhir Ke'er. Perampok selalu mensyaratkan putar balik dan membuka kembali pintu serta bagasi.
Sekitar sepuluh menit kemudian, Li Fu memanggil kembali empat mobil ke depan vila sesuai permintaan. Perampok berkata puas: "Bagus, aku senang kalian kooperatif. Di kotak pos depan vila ada empat ponsel, suruh masing-masing ambil satu."
Yu Ming mengumpat, kotak pos tidak dikunci - detail ini kok bisa terlewat. Empat sopir turun, mengambil ponsel masing-masing. Kembali ke mobil. Empat ponsel berdering, sekitar sepuluh detik kemudian para sopir melempar ponsel lama keluar jendela. Kemudian berangkat berurutan.
Yu Ming menelepon: "Guru, maaf merepotkan. Plat nomor XXXX."
Sopir taksi yang sering minum bersama Yu Ming menanggapi: "Tenang saja."
“Yu Ming seorang diri duduk di kursi pasir pantai halaman sambil menekan nomor telepon. Perhatian semua orang tertuju pada Li Fu, tak ada yang memperhatikan Yu Ming.”
“Sisi Li Fu masih belum ada gejolak, ditambah tidak bisa terhubung dengan empat pengantar uang. Semua gelisah seperti udang di atas wajan panas. Meski terlihat tenang, keringat dingin mulai muncul di dahi Li Fu. Jelas hatinya juga tegang. Sesekali matanya melirik ke arah Yu Ming di halaman.”
“Satu jam kemudian, Yu Ming menelepon: ‘Kakak Keer, sudah bisa.’”
“Ke'er gugup bertanya: ‘Bisa tidak?’ Sebelumnya Yu Ming diam-diam memberinya sebuah ponsel baru.”
“‘Terus terang, aku juga tidak tahu. Tapi pihak lawan punya tingkat pembunuhan 80%. Jika kamu tidak berani bertaruh, maka...’”
“‘Aku mengerti.’ Ke'er menutup telepon. Setelah menunggu sebentar, ponsel baru berdering. Ke'er berkata: ‘Mari kita bertransaksi.’”
“Transaksi apa?” perampas bingung bertanya.
“‘Yang kubawa bukan lima juta, tapi delapan juta. Delapan juta untuk kalian, lepaskan suamiku.’”
“Perampas tertawa keras: ‘Kau memang dermawan! Baik, bawa delapan juta kesini.’”
“‘Tukar uang dengan orang sekaligus,’ jawab Ke'er.”
“‘Dasar perempuan! Berani-beraninya menawar denganku!’”
“Jantung Ke'er berdebar kencang. Ia memaksakan diri: ‘Jika kau membunuhnya, aku dapat harta tak terhitung. Jika tidak, aku punya orang dan uang. Aku tidak rugi. Tidak mungkin uang habis, orang juga hilang. Aku tidak setuju.’”
“Perampas menutup telepon. Sekitar lima menit kemudian, telepon masuk: ‘Jalan Raya AC, turun di cabang Tian Yuan.’”
Berdasarkan petunjuk penculik, Ke'er tiba di jalan nasional luar Kota Tianyuan. Sebuah mobil melampaui mobil Ke'er dan berhenti di depan. Ke'er menghentikan kendaraannya. Tuan Lin didorong keluar. Di belakangnya ada dua orang bertopeng. Ke'er menurunkan kaca jendela dan melemparkan tas ransel. Tuan Lin dengan penutup mata perlahan meraba-raba mendekat. Seorang penculik ingin mengikuti, mesin mobil Ke'er tiba-tiba menganggur dengan cepat. Penculik terpaksa mundur.
Saat Tuan Lin meraba-raba sampai ke sisi mobil, penculik berteriak keras. Ke'er melemparkan tas ransel lainnya. Penculik tidak bergerak. Karena mesin Ke'er masih menyala. Dia mungkin akan langsung menabrak. Sedangkan setelah uang dilempar, butuh banyak waktu untuk mengambilnya kembali. Penculik menjatuhkan hukuman bahwa Ke'er tidak akan ingkar janji. Akhirnya Tuan Lin masuk mobil, Ke'er mengemudi pergi.
