Yu Ming mengganti pakaiannya dengan setelan jas termahal seharga 1.200 yuan, pertama kalinya menggunakan semir sepatu kulit (sebelumnya hanya menggunakan kain basah). Ia memakai dasi dan menyemprot hair gel, lalu membawa koper dokumen keluar ruangan.
"Wah." Du Qingqing yang bangun lebih awal berdecak kagum: "Yu Ming, kamu... mau jual asuransi?"
Yu Ming berpose dan bertanya: "Nona Du, tidakkah aku terlihat seperti profesional?"
"Profesional penjual asuransi." Nona Du mengangguk menambahkan: "Itu pun jenis yang door-to-door. Aku tidak tahan melihatnya, biar aku bantu merapikan."
"Rapikan bagaimana?" tanya Yu Ming.
"Hari ini kamu mau cari untung lima ribu yuan itu kan?" tanya Du Qingqing.
"Iya."
"Pertama cuci hair gelmu, benar-benar menjijikkan." Du Qingqing meletakkan gelas susu: "Mix and match pakaian bukan sekadar menumpuk barang mahal. Lagipula jasmu ini tidak mahal. Gaya Tuan Du dan Li Fu sama sekali tidak cocok untukmu. Tahu kenapa? Karena perbedaan usia, pengalaman, dan kenyamanan. Cuci dulu hair gelmu, aku akan pilihkan pakaian."
Du Qingqing memasuki kamar Yu Ming, membuka lemari pakaian besar yang hanya berisi satu jas hujan dan setelan jas lebih murah. Du Qingqing memeriksa modelnya, jas hujan masih bisa dipakai, lalu melemparkannya ke tempat tidur. "Pakaianmu yang lain mana?"
Yu Ming berteriak dari kamar mandi: "Separuh masih basah belum kering, separuh kotor belum dicuci."
"Du Qingqing menghela napas, berjongkok di depan tumpukan pakaian kotor setinggi bukit. Menggunakan dua jarinya untuk memilah-milah. Dari dalam tumpukan itu ia menarik keluar sebuah celana jeans, lalu mengeluarkan kaos berkerah sedang putih berlapis bulu. Du Qingqing melemparkan kaos itu ke dekat kaki Yu Ming sambil berkata: "Segera cuci, keringkan dengan mesin cuci. Lalu setrika dengan setrika listrik sampai rapi."
"Ya." Yu Ming yang baru selesai keramas, mengambil kaos itu menuju bak cuci.
Du Qingqing memperhatikan sepatu beberapa saat lalu bertanya: "Yu Ming, kamu cuma punya satu sepatu kulit dan satu sepatu liburan?"
"Iya."
"Ah..." Du Qingqing mulai pusing. Untuk sementara diabaikan, ia mengambil pengering rambut dan sisir sambil berkata: "Yu Ming, kemarilah."
Yu Ming membawa kaos yang sudah dicuci kembali ke ruang tamu, membentangkannya di papan setrika. Du Qingqing menyuruh Yu Ming duduk membelakangi dirinya, sambil menyisir rambutnya ia menjelaskan: "Gaya rambut pria tidak banyak variasinya. Pertama yang lembab, harus dipadukan dengan potongan sederhana seperti cukur pendek agar terlihat lebih segar. Kedua yang menggunakan sedikit gel untuk menata sebagian rambut. Terakhir gaya alami. Keuntungan gaya alami itu cepat dan praktis, cukup dikeringkan saja. Tapi kekurangannya mudah berantakan."
Yu Ming bertanya: "Nona Du, jenis mana yang cocok untukku?"
"Kamu... pilih yang alami saja." Du Qingqing menjawab: "Penampilanmu masih terlihat muda, tidak cocok pakai setelan empat potong yang terlalu formal. Di usiamu ini, kesan santai dan natural justru menjadi ciri khas."
Setelah kaos disetrika rapi, Yu Ming mengenakan kaos berkerah sedang-tinggi itu dipadukan dengan celana jeans, rambutnya yang dibelah tengah terurai di kedua sisi. Du Qingqing mengamati dari berbagai sudut lalu berkomentar: "Yu Ming, postur tubuhmu seharusnya lebih cocok pakai sweater."
“Tidak ada sweater, aku mau menerima telepon.” Yu Ming mengangkat telepon: “Halo.”
“Feimao Express, mohon buka pintu.” Bahasa Inggris.
Yu Ming terkejut, membuka pintu. Seorang bule wanita cantik berusia sekitar 20 tahun berdiri dengan kotak kayu besar di depannya. Gadis itu mengulurkan alat password: “Masukkan kode penerimaan.” Bagaimana dia tahu aku ada di rumah?
Yu Ming buru-buru mengambil ponsel dan memasukkan password. Gadis itu melirik lalu mengangguk: “Selamat datang kembali.”
Du Qingqing bertanya: “Barang apa itu?”
Yu Ming menutup pintu sambil membuka kotak: “Barang Organisasi itu.”
“Wa.” Du Qingqing terpana melihat isi kotak.
Yu Ming buru-buru berkata: “Bos, barang-barang ini tidak boleh diketahui orang luar.”
“Sepatu tempurnya keren banget.” Du Qingqing mengeluarkan sepasang sepatu tempur bertali, mengangguk setuju: “Kulit asli.”
“……” Yu Ming menunduk melihat kotak, ada banyak barang bagus di dalamnya, kenapa kamu malah kagum dengan sepatu yang paling tidak ada teknologi?
Du Qingqing berkata: “Yu Ming, ada yang ukuran wanita? Belikan aku sepasang.”
“Baik.” Yu Ming berkeringat.
Du Qingqing memeriksa isi kotak sambil meneliti apakah sepatu kulit itu asli. Yu Ming memindahkan barang-barang ke kamarnya. Barang-barang ini sebenarnya bukan barang terlarang resmi: pistol setrum, kabur asap, night vision goggles, teleskop militer, kamera infrared DSLR. Tabung oksigen mini, kamera lubang jarum, sarung tangan setrum.
Sarung tangan setrum tampak seperti sarung tangan biasa, namun di bagian tinju terdapat logam. Saat menghantam tubuh manusia, akan mengeluarkan arus listrik kuat. Yu Ming menyimpan sarung tangan itu ke dalam koper dokumen. Tabung oksigen dan kamera video tidak terpakai. Kamera DSLR infrared menggantikan kamera biasa di kopernya. Night vision goggles tidak dipakai, teleskop sebesar telapak tangan masuk ke koper. Pistol setrum disimpan. Granat asap... Seingatnya dia hanya memesan dua granat asap, kok ada empat?
Yu Ming mengobrak-abrik koper, mengeluarkan daftar barang berbahasa Inggris. Kolom terakhir tertulis: Bonus, 2 granat M67 gaya Amerika.
Sialan sialan sialan! Keringat Yu Ming mengucur deras seperti air terjun Gunung Lu. Dirinya rakyat baik kelas satu, hanya punya satu pistol dengan satu peluru, bahkan gunting kuku pun tidak beli. Dasar kau ngasih dua granat sungguhan? Badan Yu Ming berkeringat dingin. Dia menyelipkan granat di lemari baju - tidak tepat. Dibawa juga tidak nyaman. Di bawah tempat tidur? Jangan-jangan malah meledak dan menerbangkannya saat tidur?
Yu Ming dengan panik menghubungi telepon: "Ye Zhan, ada waktu?"
"Nggak ada." Ye Zhan melanjutkan tidurnya, melihat jam - belum delapan pagi.
"Kak, aku dapat kiriman barang, bonusnya dua granat."
Ye Zhan murka: "Dasar kau! Aku sudah pesan N kali kiriman, mana ada bonus?"
Yu Ming tersenyum pahit: "Aku kasih ke kamu."
"Aku lagi di luar kota. Simpan dulu buat main dua hari."
Yu Ming bertanya: "Lalu taruh di mana?"
“Dibawa, atau disembunyikan di mana...” Ye Zhan berpikir, sepertinya Yu Ming benar-benar tidak punya cara untuk menangani dua butir granat tangan ini. Ye Zhan berkata: “Begini saja, kamu bawa dulu, aku akan hubungi koneksi untuk mengambilnya.”
“Cepat ya.” Yu Ming berkata.
“Mengerti.” Ye Zhan menutup telepon.
Yu Ming merenung sejenak, membungkus dua granat dengan koran. Lalu menyelipkannya ke dalam koper dokumen. Seolah sedikit menipu diri sendiri. Dibawa? Kau bercanda? Lebih baik nanti ditaruh di mobil saja.
Du Qingqing berkata: “Keluar.”
Yu Ming membawa koper dokumen keluar, memakai sepatu boots sesuai syarat Du Qingqing. Du Qingqing mengamati sekeliling, sangat puas: “Bagus, lihat sendiri di cermin.”
Yu Ming berdiri di depan cermin lantai kamar Du Qingqing, firasatnya memang bagus, bebas namun berkelas. Du Qingqing berseru: “Yang terpenting jangan terlalu memikirkan pakaian, anggap saja ini memang gaya berpakaianmu, harus percaya diri. Kenakan jas hujan.”
Yu Ming mengenakan jas hujan, Du Qingqing mengangguk puas: “Ini baru gaya aslimu, sayangnya jeans terlalu kaku dan warnanya agak gelap, tapi cukup lah.”
Setelah sekian lama bersama, Yu Ming akhirnya menemukan kelebihan kedua Du Qingqing: ahli mix and match pakaian. Kelebihan pertamanya adalah memiliki jaringan relasi yang luas.
……
"Yu Ming naik mobil, melihat jam tangan, menyesuaikan kaca spion, lalu meletakkan dua granat tangan ke dalam kotak kecil yang dimasukkan ke laci mobil. Untung yang dikirim granat, bagaimana kalau mereka ngasih rocket launcher? Pedagang licik ini, kedepannya harus diperjelas saat berbisnis—jangan kasih hadiah gratis. Fei Mao yang malang mana sangka Yu Ming ternyata tidak punya safehouse untuk menyimpan barang ilegal."
Karena tertunda dan macet di jalan, Yu Ming tiba di hotel pukul sembilan.
Yu Ming melihat jam lalu bergegas menuju elevator menuju lantai 20. Lantai 20 adalah area ruang rapat dengan berbagai ukuran plus ruang rapat multifungsi.
Elevator terbuka, Zhang Nuonan dan dua bodyguard bule menunggu di depan. Melihat Yu Ming keluar, bodyguard menghadang: "Maaf Tuan, hari ini privat event."
Yu Ming menunjuk Zhang Nuonan: "Saya temannya."
Zhang Nuonan memandang Yu Ming: "Yu Ming, kamu mau ngapain di sini?"
Yu Ming tersenyum: "Cari sesuap nasi." Untung tidak bawa granat. Tapi dia lupa kalau Zhang Nuonan bisa menggeledah badannya, tentu juga mobilnya.
"Jangan main-main," kata Zhang Nuonan. "Meski kita kenal, ini urusan resmi."
Yu Ming mengeluarkan ID card keamanan sementara: "Ini juga urusan resmi."
Dua satpam bule terkejut melihat ID. Seorang bodyguard memindai kartu, melihat informasi lalu berkata hormat: "SORRY, SIR."
"......" Zhang Nuonan menarik lengan Yu Ming: "Apa yang terjadi?"
"Perusahaan kami dipekerjakan Busi He Group," jawab Yu Ming. "Sebagai pemandu plus penerjemah."
“Oh!” Ini memang bisa dimaklumi, tapi panggilan kehormatan dari dua satpam itu agak berlebihan. SIR bisa berarti Tuan atau atasan, terdengar lebih mirip yang terakhir. Lagipula semua orang harus melewati pemindaian logam, Yu Ming tidak perlu? Zhang Nuonan berkata: “Serang!”
“Nanti saya traktir makan.” Yu Ming menyapa, memasang dokumen di dada, lalu berjalan menuju ruang rapat. Di pintu ruang rapat masih ada dua satpam, setelah memverifikasi ID card, seorang satpam mendorong pintu terbuka. Yu Ming memasuki ruang sidang, para personel yang hadir meliriknya, akhirnya ia melihat Pedro yang berusia 35-36 tahun dengan penampilan kompeten. Pedro melirik Yu Ming sambil mengangguk, kemudian melanjutkan: “Batas dasar negosiasi kami hanya menerima pelunatan dalam delapan tahun...”
Yu Meng mengamati ruang rapat: gorden tertutup rapat, tanpa lubang ventilasi. Ia duduk di kursi lingkaran luar meja rapat, lalu berdiri lagi, duduk lagi, berdiri lagi. Semua orang menoleh ke arahnya, Yu Ming memberi kode diam dengan tangan, menyuruh Pedro terus berbicara. Yu Ming mengambil sebuah kursi dan meletakkannya perlahan di atas meja rapat. Kemudian naik ke atasnya, tangan kiri menopang plafon, mendorong sebuah papan gipsum. Tangan kanan menyusup masuk.
Semua orang melihat Yu Ming. Yu Ming terjun dari kursi, tangan mencengkram mobil remote control mainan. Mobil mainan itu berada di samping sebuah lampu. Saat duduk, Yu Ming menyadari ada yang aneh dengan lampu tersebut. Baik berdiri maupun duduk tidak akan terlihat, kecuali jika membungkuk. Yu Ming memeriksa mobil mainan itu. Di atasnya terdapat mikrofon teleskopik yang bisa menjulur dari celah lampu hias, bukan barang mewah. Dengan bantuan satpam, ditemukan bukaan di plafon drop antara ruang gudang sebelah ruang rapat dan ruang rapat itu sendiri.
Sebelum rapat dimulai, satpam melakukan pemeriksaan penyadap di ruang rapat sekaligus memeriksa plafon drop. Jika tidak salah tebak, setelah pemeriksaan satpam namun sebelum rapat MULAI, seseorang mengendalikan mobil mainan dari lokasi bukaan untuk mencapai titik strategis. Menyangkut ini hanyalah ruang rapat sewaan biasa, mustahil memiliki peralatan pemantau real-time. Di ruang rapat keamanan negara-negara seperti NATO, begitu ada peralatan elektronik dari luar ruangan aktif, alarm akan langsung berbunyi.
Namun apakah fakta yang dilihat Yu Ming benar demikian?
