Yu Ming membuka amplop itu. Isinya adalah data cetak: Situ Yun, perempuan, 54 tahun, alamat saat ini Vila No.17 Pulau Tengah Danau. Pekerjaan mungkin sebagai pengasuh atau kepala pelayan. Di bagian bawah tertulis bahwa pemilik Vila No.17 adalah Situ Jianshe, ayah CEO sekaligus direktur Grup Situ. Grup Situ bisa dibilang konglomerat besar di Kota A, meski sebagian besar bisnisnya dalam negeri, mengelola tiga bidang utama: hotel, properti, dan dana. Properti dan dana beroperasi domestik, sementara memiliki 12 hotel bintang di luar negeri. Memang tidak sebanding dengan Du Shi International atau Lin Hai Group, tapi cukup masuk 50 besar perusahaan di Kota A.
“Data ini dilengkapi dengan foto. Yu Ming tidak berani memastikan. Bibinya hilang saat ia baru berumur 6 tahun. Meski pernah melihat foto, tapi itu adalah foto lebih dari 20 tahun lalu. Melihat foto sekarang, terlihat anggun dan bermartabat.”
Iblis Laba-laba menjelaskan: “Kami tidak mengetahui detail situasi maupun latar belakangnya. Semoga data ini membantumu. Jangan curiga, aku memberikan informasi ini di hadapan Montoro. Semua yang kukatakan benar.”
Yu Ming menarik kembali tatapan curiganya: “Terima kasih banyak. Tapi kamu tidak menyangkal bahwa dengan sengaja memberitahu Ketua, ada kecurigaan upaya memecah belah?”
“Haha, sebenarnya aku ingin bicara berdua denganmu. Menanyakan apakah kamu tertarik mengikuti seleksi Laba-laba.”
“Kalau begitu, kamu tidak akan memberikannya di depan kamera.” Yu Ming melipat rapi data dan memasukkannya ke saku: “Jika tebakanku benar, kamu tidak berminat merekrutku.”
“Hehe, benar.” Iblis Laba-laba mengaku jujur: “Tapi kita masih harus lanjutkan pertandingan. Sayangnya, Tim Es Salju Badut dan kamu memilih sama - melepaskan.”
“Hm?” Yu Ming tak mengerti, apa yang disesalkan dari pilihan melepaskan?
“Es Salju semakin radikal.” Iblis Laba-laba menghela nafas: “Mereka lebih memilih mengekspos identitas kandidat daripada membiarkan kami menang. Aku sungguh khawatir dengan organisasi yang tidak objektif, tak waras, dan penuh konflik internal ini.”
"Es Salju tahu bahwa para Malaikat Maut adalah anggota Laba-laba. Mereka hanya khawatir Yu Ming memilih hadiah. Jika Yu Ming memilih hadiah, mereka akan kalah. Lebih baik kalah dari Yu Ming daripada keduanya tersingkir oleh Laba-laba, jadi mereka memilih untuk melepaskan." Dengan demikian, Tim Badut Es Salju dan Yu Ming harus menjalani babak tambahan terakhir. Iblis Laba-laba mengolok-olok: "Es Salju memakai topeng badut, menurutku sangat cocok."
"Hehe." Yu Ming tidak memberikan tanggapan.
"Anggota nomor dua Es Salju ini cukup menarik. Banyak anggota baru bermunculan, membuatku merasa tua." Iblis Laba-laba berkata dengan nada sedih.
Suara walkie-talkie: "Sekarang memasuki soal tambahan. Kedua peserta harap menuju ke gedung pabrik pertama yang dicapai. Peserta yang gugur juga boleh ikut menyaksikan."
……
Di gedung pabrik pertama yang dicapai, telah ditambahkan beberapa lilin, meja bersih, dua kursi, dan dua laptop di atas meja.
Malaikat Maut berkata: "Silakan duduk. Kami yakin kalian sudah jengah dengan permainan strategi, jadi kami akan mengadakan hiburan santai - bertaruh langsung. Kalian bebas memilih cara berjudi. Apa yang ingin kalian gunakan?"
Nomor Dua berkata: "Texas Hold'em."
Malaikat Maut menatap Yu Ming. Yu Ming menjawab: "Three Kingdoms Kill."
"......" Semua orang memandanginya dengan sinis. Malaikat Maut berpikir sejenak: "Nomor Empat, harap gunakan metode perjudian yang diakui internasional."
"Mahjong." Melihat mereka masih ingin mengejeknya, Yu Ming menjelaskan: "Orang Jepang juga bermain mahjong, ini sangat internasional. Tapi orang China umumnya tidak main Texas Hold'em. Mengejekku seperti ini berarti mendiskriminasi orang China."
Malaikat Maut menghela nafas: "Begini saja, kalian masing-masing sebutkan cara taruhan yang bisa diterima, lihat apakah ada yang cocok."
"Texas Hold'em, Baccarat, Blackjack, Roulette..." Nomor Dua menyebutkan deretan permainan tanpa jeda.
Yu Ming menyambung: "Sanguosha, Mahjong, Dou Dizhu, Traktor, Catur Tiongkok, Permainan Strategi Militer, Gasing Lompat, Lompat Kotak..."
Mandy tertawa kecil: "Sayang, kau benar-benar tidak tahu malu."
Yu Ming melirik Mandy dengan wajah memelas - ini demi perjuanganmu. Kalau bukan karena batu safirmu, apa aku akan sebego ini?
Malaikat Maut berkeringat dingin: "Kurasa lebih baik aku berikan soal permainan strategi lagi."
Yu Ming tersenyum: "Tak perlu. Lebih baik kita bertaruh: mana yang lebih cepat antara waktu komputer di hadapanmu atau komputerku."
Ini cukup adil. Kedua komputer sejak awal dalam keadaan tertutup. Tapi Nomor Dua menolak: "Aku tidak mau bertaruh pada hal tanpa skill teknis."
"Demokrasi hanya menghasilkan kebuntuan." Malaikat Maut bersabda: "Sebagai wasit, aku yang akan memutuskan."
Malaikat Maut meletakkan sebuah bel di atas meja, mengambil komputer, lalu mengeluarkan sebuah jam alarm dari bungkusan sambil berkata: "Jam diatur selama sepuluh menit. Jika A menekan bel dalam sepuluh menit, maka B yang menang. Jika tidak ada yang menekan, sepuluh menit kemudian kalian berdua gagal dan aku yang menang. Jika aku menang, penyidik independen tidak bisa mendapatkan batu safir, Es Salju juga tidak bisa mengambil dataku, dan harus menyerahkan data salah satu dari tiga kandidat. Jika penyidik independen menekan bel, Es Salju menang dan bisa mendapatkan data tiga peserta Laba-laba. Jika Es Salju menekan bel, penyidik independen akan mendapat batu safir. Kali ini kalian tidak punya hak untuk menyerah, permainan MULAI." Malaikat Maut menekan jam alarm, angka di jam mulai berdetak.
Yu Ming bertanya: "Nomor Dua, lebih baik kita main mahjong saja."
Nomor Dua belum sempat menjawab, Malaikat Maut berkata: "Maaf, permainan sudah dimulai. Aku tahu kalian berdua tidak menyukaiku, memaksa kalian bertanding dengan topik yang tidak menyenangkan. Tapi aku yakin bel ini akan berbunyi cepat atau lambat. Yang membuatku penasaran, apakah dari pihak Es Salju atau penyidik independen?"
Yu Ming tertawa: "Pastinya bukan aku yang menekan. Penyidik independen selalu mementingkan kepentingan. Menekan bel tidak menguntungkanku, tidak menekan aku masih bisa bertaruh."
Nomor Dua membalas: "Lalu kenapa kau menyerah di pertandingan ketiga?"
"Aku senang, aku suka." Yu Ming balas bertanya: "Data tiga orang itu, mau diberikan ke siapa?"
Yu Ming dan Nomor Dua sama-sama tidak menyukai Laba-laba. Mereka memiliki mental lebih baik gagal daripada membiarkan Laba-laba menang. Tapi kedua pihak berharap lawannya yang menekan bel.
“Ini bagian favoritku, ketiga orang ini harus melakukan pemungutan suara, yang mendapat suara terbanyak wajib menyerahkan data.” Malaikat Maut mengitari dua orang sambil berkata: "Permainan ini disebut Permainan Relawan, juga dikenal sebagai Permainan Iblis. Ada seekor iblis yang menangkap dua belas orang, sang iblis memberitahu mereka bahwa jika ada yang membunyikan lonceng di hadapan mereka sebelum jam dua belas, mereka semua akan dibebaskan, namun si penabuh lonceng akan langsung mati. Jika lewat jam dua belas tidak ada yang menabuh lonceng, kedua belas orang itu akan mati seluruhnya."
Iblis Laba-laba bertanya: "Kamu sedang asyik bermain?" Ia merasa Malaikat Maut mulai masuk perangkap.
"Ya, terima kasih atas undangan kalian, memberiku kesempatan sebaik ini." Malaikat Maut menjawab dengan sopan lalu melanjutkan: "Permainan ada di sekitar kita, di bus hanya ada satu posisi duduk, apakah kalian akan berebut tanpa peduli penampilan, atau mengalah demi menjaga image?"
Yu Ming menatap Malaikat Maut: "Aku sangat ingin tahu jawabanmu untuk satu pertanyaan. Istri dan ibumu sama-sama tidak bisa berenang, keduanya jatuh ke sungai, kamu hanya bisa menyelamatkan satu. Siapa yang akan kamu selamatkan?" Ini pertanyaan klise hingga dasar, tapi klise pun tetap bisa dipakai.
"Selamatkan yang posisinya paling dekat." Malaikat Maut berkata: "Permainan adalah pilihan yang bertentangan dengan sifat alami manusia, diperuntukkan bagi orang-orang rasional. Cukup dengan sedikit impulsif, kalian bisa menghancurkan warisan permainan. Bukankah kalian sedang berlomba siapa yang lebih tidak bisa menahan emosi?"
Yu Ming berkata: "Nomor dua, performa nomor satu bisa dibilang sangat buruk. Aku rasa kamu dan nomor tiga akan memilih nomor satu. Kalian hanya tidak bisa mendapatkan data kandidat Laba-laba, sedangkan aku berkaitan dengan Laba-laba yang mendapatkan batu safir, menghasilkan keuntungan sejuta dolar."
Nomor dua tetap tenang: "Laba-laba tidak peduli dengan satu juta dolar. Bagi kalian, kekalahan hanyalah setengah unit perjanjian. Bagi kami, aku harus menghentikan rencana seleksi Laba-laba kali ini. Cara terbaik adalah dengan mendapatkan data tiga kandidat."
Yu Ming melihat Iblis Laba-laba: "Menurutku kalian rugi. Dari tiga kandidat kalian, satu berhasil separuh, satu berhasil sepenuhnya. Mengapa harus mempertaruhkan data tiga orang sebagai taruhan?"
Iblis Laba-laba menjawab: "Aturan pertama internal Laba-laba: percayai kemampuan rekanmu. Jika mereka tidak mau mempercayai kemampuan rekan, sulit bagi mereka untuk bersatu dengan kami."
"Kalian benar-benar membosankan." Yu Ming hanya bisa mencibir.
"Tinggal lima menit lagi." Malaikat Maut mengingatkan.
Iblis Laba-laba yang menyaksikan di samping memahami: Yu Ming pasti tidak akan menekan bel. Malaikat Maut melakukan kesalahan kecil seharusnya tidak mengizinkan penonton tidak berkepentingan. Dia cukup mengenal Yu Ming - tipe yang mengutamakan kepentingan tertinggi. Jika Mandy tidak ada, mungkin Yu Ming akan menekan bel. Tapi dengan kehadiran Mandy, Yu Ming tidak akan melakukannya karena berarti mengorbankan kepentingan Mandy. Iblis Laba-laba memandang nomor dua, bertanya-tanya apakah dia mengerti prinsip ini.
“Kalau Nomor Dua tahu Yu Ming sama sekali tidak akan menekan bel, pasti dia akan memilih menekan bel daripada menguntungkan Laba-laba sekaligus kehilangan data seorang kandidat. Sekarang tinggal lihat apakah Nomor Dua bisa menyadari ini.”
Malaikat Maut berjongkok di samping Yu Ming, wajahnya hampir menempel, menghadap ke Nomor Dua: “Kulihat dia mulai tidak sabar, tenang, dia pasti akan menekan bel.”
Yu Ming berkata: “Jika kandidat yang dicari Es Salju bisa dipancing emosinya dengan provokasi, mengapa kalian begitu serius memperlakukan permainan ini? Kau suka berjudi, lebih baik kita bertaruh.”
Malaikat Maut tertarik: “Silakan ajukan syarat.”
Yu Ming menatap Malaikat Maut: “Sekarang masih ada empat setengah menit, dalam dua setengah menit kau harus menyerahkan batu safir padaku, atau aku akan menekan bel.”
Jika Yu Ming menekan bel, Es Salju menang, dan akan mendapatkan data tiga kandidat Laba-laba kali ini.
“Haha!” Malaikat Maut tertawa: “Ini bukan taruhan, ini pemerasan.”
“Terserah bagaimana kau memahaminya.” Yu Ming melanjutkan: “Kau masih punya satu menit empat puluh lima detik. Kau bisa bertaruh apakah aku akan menekan bel. Sepengetahuanku, batu safir ini tidak berharga di matamu, hampir tidak ada gunanya bagimu. Satu-satunya fungsi adalah memancing penyidik independen dan Es Salju untuk duel. Sekarang aku tidak mau main dengan Es Salju, aku ingin bermain dengan kalian Laba-laba. Coba tebak, apakah aku akan menekan bel?”
