Gadis ini adalah Es Salju, tapi tidak berniat menaklukkan perampok. Pertama, dia punya tugas yang harus diselesaikan. Kedua, dia dari Departemen Investigasi yang lebih mementingkan keadilan daripada hukum. Dari sudut pandang prinsip hidup, hatinya masih simpati dengan nasib dua perampok itu.
Gadis itu keluar dan kembali berbaring di samping Yu Ming. Dia tidak menyadari bahwa Yu Ming sudah melihat melalui tipuannya sekilas.
Yu Ming bukanlah pria jujur, dia juga suka melihat wanita cantik. Gadis ini memiliki lekuk tubuh yang menggairahkan, wajar saja Yu Ming memperhatikan kurva bokongnya yang indah. Seragam kerja gadis itu terdiri dari rompi kuning, kemeja putih di dalam, dan rok kerja hitam. Si cantik mungkin tidak sadar bahwa sudut kecil kemejanya sudah keluar dari rok kerja. Saat kembali, sudut itu tidak hanya tidak hilang, malah bertambah lebar. Orang iseng bahkan bisa melihat celana dalam krem yang dikenakannya.
Kalau pria wajar, pakaian biasanya tidak berubah usai ke toilet. Tapi wanita berbeda. Gadis ini ke toilet tidak buang air, tidak merapikan penampilan, mungkinkah dia jadi pahlawan? Ini tidak masuk akal. Jika gadis ini orang normal, kemungkinan punya ponsel kedua sangat kecil. Selain itu, hanya kemeja putih di dalam yang memiliki saku. Kecuali dia bukan orang biasa, maka semua ini bisa dijelaskan.
Jadi gadis ini pasti Es Salju atau Simon. Simon laki-laki, sementara gadis ini perempuan. Yu Ming berani mempertaruhkan nyawanya sendiri, dua poin ini pasti tidak salah. Karena itu, bisa dipastikan gadis ini adalah Es Salju. Yu Ming merasa sangat rugi, kenapa dirinya tidak bertaruh dengan Es Salju.
Selain itu, di mana si makhluk Simon ini bersembunyi?
……
Tepat pukul dua, seorang wartawati TV dan juru kamera naik mengenakan rompi anti peluru. Pintu lorong diikat bom lalu dipasang kawat penghadang. Atas peringatan perampok, mereka berdua melangkah melewatinya. Tidak bisa begini, Yu Ming menghela nafas. Akting mata-mata ini payah sekali. Dia tahu wartawati ini adalah polisi pemberani, sementara gerakan juru kamera ini bisa dapat Oscar atau memang juru kamera sungguhan.
Begitu juru kamera memperlihatkan wajah depan, Yu Ming dan Es Salju hampir berteriak: Simon.
Benar, wajah Simon. Juru kamera itu tersenyum ke arah posisi Yu Ming sambil melambaikan tangan, aroma provokasi yang kental seolah berkata: Tuduh aku, tuduh aku.
Yu Ming memiringkan kepala. Pasti bukan Simon. Simon bilang dari jam satu sampai tiga dia akan terus di dalam restoran. Dia orang yang bangga dari tulang, tidak akan melanggar aturannya sendiri. Tapi anehnya, mata besar yang cantik dan cerdasnya ini sama sekali tidak bisa menemukan siapa Simon sebenarnya.
Perampok B berteriak: "Berbaring!"
Wartawan protes: "Kalian yang menyuruh kami datang."
Perampok B menarik pelatuk pistol: "Jadi sekarang kau harus patuh padaku." Pistol di tangan, prinsip pun ku pegang.
Wartawan pasrah, bersama juru kamera berbaring di area korban. Saat ini telepon perampok B berdering, perampok B menerima telepon lalu mengarahkan moncong pistol ke wartawan: "Lempar pistolmu, segera."
Setelah diam dua detik, wartawan menarik celananya. Sebuah pistol kecil terikat di betisnya, dicabut dan digelindingkan di lantai. Perampok B tak berkedip: "Masih ada."
Bibir wartawan seakan mengumpat tanpa suara, lalu mengambil pistol dari tas ransel juru kamera dan melemparkannya ke kaki perampok B.
"Masih ada." Perampok B membuat Yu Ming tertegun, ini terlalu ajaib, apa mereka membawa detektor logam atau sinar-X? Master memang ada di kalangan rakyat.
Wartawan murka melirik perampok B, duduk lalu melepas pakaian dan berbalik. Sebuah pistol ditempel di punggungnya dengan lakban. Perampok B maju beberapa langkah, waspada mendekat, meraih pistol itu: "Masih ada."
"Sudah habis." Wartawan menjawab dengan ketenangan.
"Masih ada." Perampok B menggeser moncong pistol ke arah seorang pria.
"Percayalah, benar-benar sudah tidak ada." Wartawan buru-buru berdalih: "Aku bisa melepas semua pakaian dan celana."
Perampok B menerima telepon: "Baik, aku percaya padamu."
Yu Ming kalap, rupanya ini tipuan, bule sialan ternyata juga ada yang tidak sopan seperti ini.
“Perampok B!” Perampok B terus menerima telepon, sekitar lima detik kemudian berteriak ke kawanan sandera: “Yu Ming, siapa yang bernama Yu Ming?”
“Aku!” Yu Ming pasrah. Bingo, kecurigaan dirinya memang bukan main. Sudah tahu pasti ada hubungannya dengan Simon, benar saja.
“Sambungkan telepon.” Perampok B menekan telepon ke lantai dan mendorongnya ke arah Yu Ming.
Yu Ming mengambil telepon, duduk di kursi di sampingnya: “Halo!” Dasar kau, aneh sekali. Tidak ada yang menelepon. Jangan-jangan Simon sedang main rekaman denganku? Atau Simon sudah berevolusi jadi manusia tak bermoral? Tapi beberapa orang menghalangi pandangan, tidak bisa melihat jelas.
“Hehe.” Simon tertawa bertanya: “Seru tidak?” Suaranya cukup pelan.
“Nggak akan kuberitahu.” Yu Ming bertanya: “Kamu di restoran?”
“Coba tebak.” Simon balik bertanya: “Aku menelepon untuk menanyakan, sudah tahu siapa Es Saljukah?”
“Sudah.” Jawab Yu Ming.
“Hmm…” Sedikit sedih, Simon berkata: “Aku baru menyadari dia Es Salju. Kamu lebih cepat.” Simon menggunakan 'dia' bukan 'nya', menunjukkan tidak meragukan kejujuran Yu Ming.
“Terima kasih pujiannya.” Yu Ming merasa ada yang tak beres.
“Seharusnya aku yang berterima kasih. Aku belajar satu jurus darimu: tipu. Lihat, polwan itu hampir kupaksa menari striptis.” Simon melanjutkan: “Cukup, sampai jumpa.”
“Hey!” Simon sudah menutup telepon. Yu Ming dengan pasrah mengembalikan ponsel ke Perampok B.
Telepon Perampok A berdering, ia menoleh melihat kawanan sandera bertanya: "Terkonfirmasi?" Kemudian menutup telepon, mengambil pistol polisi wanita dari pinggang Perampok B, memeriksa peluru, lalu berjalan ke area sandera.
Para sandera mulai panik, Perampok A meletakkan pistol di atas meja depan Yu Ming: "Selamat datang."
"Persetan dengan ucapanmu." Yu Ming buru-buru berkata: "Aku tidak kenal kalian." Simon sialan, menjerumuskan orang tanpa ganti rugi, sorot mata polisi wanita sudah jelas menampakkan kewaspadaan, tentu karena aktingnya yang buruk.
Perampok A tidak menjawab, langsung pergi. Perampok B juga tidak berkomentar. Keduanya seolah benar-benar menganggap Yu Ming sebagai rekan. Yu Ming geleng-geleng kepala, mengambil pistol mendekati Perampok B. Perampok B benar-benar tidak waspada, Yu Ming tersenyum getir: "Halo, tolong ambil kembali pistolmu."
"Cukup bantu kami awasi polisi wanita itu, tidak perlu membunuh." Perampok B menjawab ramah.
"Bukan, maksudku aku benar-benar bukan bagian dari kalian, aku sandera." Yu Ming menjelaskan.
Perampok B bertanya: "Bukankah kau baru saja menyepakati semuanya dengan koneksi bersama kita?"
"Bajingan itu temannya!" Yu Ming murka.
"Hehe." Perampok B tertawa jujur: "Sandera ya sandera, peganglah senjata ini."
Masih adakah keadilan di dunia ini? Perampas mati-matian ingin memberikan pistol ke sandera, sandera mati-matian menolak pistol. Anda bilang pakai pistol untuk menghabisi keduanya? Itu mungkin pembunuhan untuk menghilangkan jejak. Begitu terdengar tembakan dan ditemukan sandera tewas, tim khusus kepolisian pasti akan langsung menyerbu. Lalu disini hanya aku si bodoh yang memegang pistol...
Lagipula, tanpa permusuhan pribadi, ini kan pembunuhan.
Yu Ming menghela nafas dan mengambil kembali pistolnya. Dia sebenarnya ingin memaksakan senjata itu, tapi dengan banyaknya orang yang memperhatikannya, apakah ini seperti "tiada uang tiga ratus tael di sini"? Hanya bisa menjelaskan setelah ditangkap. Tapi karena akan ditangkap, pistol tak boleh ada di tangan. Yu Ming melewati tong sampah, melemparkan pistol ke dalamnya. Kembali ke posisi semula dan berbaring, para sandera langsung berpencar, meninggalkan Yu Ming sendirian. Bahkan Gadis Bingxue yang tahu status Yu Ming ikut menjauh bersama orang banyak.
Hargai nyawa, jauhi Yu Ming. Zhang Nuonan selalu memiliki kesiapan mental tinggi.
Saat itu Zhang Nuonan sedang bersiap minum susu dan sikat gigi sebelum tidur, Huang Zhong menelepon merusak rencananya. Huang Zhong berteriak: "Tim Zhang, aku kasih alamat website, ada tontonan seru."
Dengan bingung Zhang Nuonan memasukkan alamat website tersebut. Itu adalah acara televisi Belanda: siaran langsung kasus penyanderaan bersenjata. Seorang perampas sedang menunjukkan bukti tuduhan palsu di depan televisi. Zhang Nuonan mulai tertarik sambil minum susu dan makan kue kering. Tiba-tiba kamera bergeser mengambil gambar Yu Ming, Zhang Nuonan langsung menyemprotkan susunya ke layar komputer.
Zhang Nuonan tidak sempat membersihkan, langsung mengambil jaket untuk menyeka layar. Seorang perampas berkata kepada Yu Ming: "Yu Ming, tolong periksa apakah ada polisi yang mencoba menyusup." Zhang Nuonan kembali tersedak, ia segera melempar susu ke tong sampah sambil memperhatikan Yu Ming yang tak bisa minum. Komputer mulai mengeluarkan asap lalu layarnya mati. Zhang Nuonan panik, menelepon Huang Zhong: "Rekam ini." Ia berlari ke kamar sebelah dan mengetuk pintu: "Bibi Zhang, boleh pinjam komputer? Sangat mendesak."
Rekaman televisi selesai. Perampas B melihat jam lalu berkata pada polwan: "Kalian pulang dulu. Naik tepat pukul 3:05. Kami tidak akan melawan. Yu Ming, tak perlu berbaring."
"Aku suka berbaring." Yu Ming menjawab dengan kesal.
Perampas B tidak menghiraukan, menarik sebuah kursi dan duduk di depan korban. Laras pistolnya mengarah ke orang pertama: "Namamu?"
Semua menoleh ke Gadis Es Salju. Dengan tenang dia menjawab: "Fu Lianna."
Perampas B bertanya: "Menurutmu apakah publik akan menerima laporan siaran langsung kita?"
Fu Lianna menjawab penuh simpati: "Tentu, yang kalian katakan benar."
Perampas B menatap Yu Ming: "Yu Ming, bagaimana pendapatmu?"
Mata Yu Ming berputar-putar lalu tiba-tiba tersenyum: "Sama seperti dia. Hmm. Tepat pukul 3, aku tahu identitasmu. Aku menang."
"Tidak paham omonganmu." Perampas B melihat orang ketiga: "Bagaimana menurutmu?"
……
Pukul 3:05, polisi muncul tepat waktu. Dua perampok terbaring di tanah dengan pistol terlempar di samping. Polisi memborgol keduanya. Seorang perwira polisi wanita muncul dengan pakaian preman, dengan kasar memelintir kedua tangan Yu Ming dan memasang borgol. Yu Ming kooperatif dalam gerakan, namun berkata: "Kamu akan menyesal menangkapku."
"Justru aku akan menyesal jika tidak menangkapmu." Perwira polisi wanita itu menarik Yu Ming berdiri, lalu mengenakan kantong hitam yang hanya menyisakan mata untuk menghindari jepretan media di luar. Yu Ming menunjuk: "Ponselku."
Perwira polisi wanita itu mengeluarkan tas bukti dan memasukkan ponsel ke dalamnya.
Yu Ming digiring polisi ke mobil patroli. Ia melirik ke kerumunan orang di luar, di mana Wei En mengangguk perlahan. Yu Ming didorong masuk, mobil polisi digerakkan menuju kantor polisi.
Fu Lianna dari organisasi Es Salju menelepon: "Sepertinya Yu Ming menemukan sesuatu."
"Sandera, perampok, pelayan, koki - semuanya ada?"
"Benar. Kami harus segera ke kantor polisi."
Suara di seberang menjawab: "Sudah kuhubungi kepolisian. Mereka akan memverifikasi apakah semua orang memakai topeng silikon. Kabar akan segera sampai."
Fu Lianna berkata: "Baik. Ada juga fotografer yang muncul dengan wajah Simon, menurutku itu mencurigakan."
