Aneh, kena guna-guna kah? Di China sering ke kantor polisi, ke luar negeri juga? Apakah semua perwira polisi wanita menyukaiku? Tampan itu dosa?
Di ruang interogasi, Yu Ming menatap polwan di hadapannya: "Bu Polisi, kita mau pakai cara terang atau gelap?"
"Maksudmu?" tanya polwan.
"Kalau terang, aku akan panggil pengacara dan kalian tidak bisa menuduhku," kata Yu Ming. "Kalau gelap, aku bisa ceritakan kronologi kasusnya."
Polwan berkata: "Kalau begitu, aku ingin dengar kronologimu dulu."
"Ini tidak mungkin. Aku tidak percaya polisi." Aneh, kalau Simon yang bilang begitu, pasti langsung kupercaya. Yu Ming melanjutkan: "Sepertinya lebih baik aku tidak menjelaskan dan cari pengacara saja."
Polwan menyahut: "Aku justru merasa kamu tak bersalah. Ada temanku yang bersedia menjaminmu, bahkan menyarankanku untuk tidak menyulitkanmu."
"Temanmu?"
"Kenalan dari pertukaran kriminal internasional." Polwan mengeluarkan ponsel dan menelepon dengan speaker aktif.
"Halo!" Suara Zhang Nuonan terdengar.
"Hi..." Jawaban Yu Ming lesu.
"Wahahaha!" Zhang Nuonan tertawa jahat. "Aku sarankan orang sepertimu dikasih green card, dengan satu syarat: dilarang pulang ke China."
"Pak Polisi Zhang, kau sedang menikmati kekonyolanku."
Zhang Nuonan beralih ke bahasa Inggris: "OK, cukup bercanda. Aku hubungi temanku dan tanya apakah dia yang menangani kasus ini. Katanya iya, lalu aku bilang lebih baik aku yang bicara denganmu agar bisa dapat informasi."
Yu Ming menyela: "Pak Polisi Zhang, integritasmu belum tentu bisa dipercaya."
"Yu Ming, jelaskan semuanya dengan baik. Kau tidak ingin punya catatan kriminal di Belanda, kan?" bujuk Zhang Nuonan.
“Baiklah.” Yu Ming melihat perwira polisi wanita itu: “Nama saya Yu Ming, orang China, detektif swasta. Mau tanya, Ibu mau dengar yang detail atau singkat?”
Perwira polisi wanita menjawab: “Detail.”
“Kamu benar-benar sabar.” Yu Ming berkata: “Untuk versi detail, kita harus mulai dari Operasi Kaki Kodok Perusahaan Semangka®. Itu pertemuan pertamaku dengan Laba-laba...”
Zhang Nuonan menyela: “Langsung bahas hari ini saja.” Dia tahu Yu Ming mulai berbelit-belit.
“Tanpa penjelasan latar belakang, akar masalahnya tak akan jelas.” Yu Ming melanjutkan: “Lebih baik kusingkat saja.” Yu Ming menjelaskan konfliknya dengan Simon, lalu menceritakan bagaimana dirinya diincar di Belanda.
Perwira polisi itu tidak berkomentar: “Kau tahu dimana Simon sekarang?”
“Kembalikan teleponku.”
Perwira polisi membuka folder, mengeluarkan ponsel Yu Ming dan mendorongnya. Yu Melihat ada satu SMS, lalu menelepon sesuai nomor tersebut dengan mode speaker. Simon menjawab: “Hai, bagaimana pelayanan polisi Belanda?”
“Biasa saja. Sudah duduk dua jam, air minum pun tak diberi.” Yu Ming melirik sang perwira yang kemudian berjalan ke pintu memberi perintah.
Simon bertanya: “Kau tahu dimana aku?”
“Tentu, kau salah satu perampok itu.” Jawab Yu Ming.
Perwira polisi menyela: “Tidak mungkin.”
Yu Ming berkata: “Tepat pukul tiga, seorang perampok duduk di depan kami, lalu memanggil Es Salju dan saya. Saat itu ada seseorang yang bersembunyi di toilet keluar dan bertukar identitas denganmu. Jika tebakan saya benar, kamu bersembunyi kembali di suatu tempat di toilet, dan pasti sudah kabur sejak lama. Kamu bicara sangat sedikit, hanya beberapa kata, semuanya rekaman yang dipersiapkan sebelumnya. Kamu membuat topeng silikon menggunakan wajah perampok itu…” Simon adalah orang yang paling suka menggunakan topeng silikon di antara kenalan Yu Ming, selain Taizi, tapi yang itu menggunakan topeng kulit manusia.
Simon tertawa lebar: “Yang paling menarik bukan itu. Yang paling menarik adalah, pembandingan tengkorak adalah bukti yang diakui pengadilan. Jika pembandingan tengkorak membuktikan bahwa perampok yang keluar dari toilet itu bukan pelaku penyanderaan brutal yang sebenarnya, maka pengadilan pasti akan ramai. Tapi kamu menang, saya menangkan Es Salju, kamu kalahkan saya. Cuaca hari ini cukup bagus.”
“Simon.” Yu Ming bertanya: “Apa kamu mencuri barang?”
“Oh? Apa maksudmu?” Simon terkejut.
“Hehe, belalang sembah menangkap jangkrik, burung manyar memungut keuntungan di akhir. Menurutku skor kita 3:0.” Yu Ming tersenyum.
Simon terpaku, menerima flashdisk dari Wu Youyou, memasukkannya ke komputer. Saat dibuka, ternyata film porno. Simon menarik rambutnya ingin menghancurkan telepon, akhirnya menghantam meja sambil bertanya: “Bagaimana kamu tahu?”
“Saya tidak yakin. Saya tanya teman saya, perusahaan apa di sekitar sini yang memenuhi kualifikasi kaki kodok. Dia bilang ada satu, jaraknya cuma 40 meter dari restoran berputar. Belanda punya banyak perusahaan, tapi saya tidak pernah percaya kebetulan. Lagipula, kamu siapa? Kamu Simon, tak ada angin takkan datang hujan. Mencuri kaki kodok itu jalan cepat kaya, sekaligus bisnis lama kalian Laba-laba. Saya yakin kamu akan menyasar perusahaan ini. Saya baik hati, saya tebak mungkin Wu Youyou yang melakukannya. Perempuan ini... Sejujurnya, saya belum mau dia masuk penjara, jadi teman saya cuma menukar saja. Saya duga teman saya menyamar jadi polisi lalu menyisir tas ransel?”
“Bukan.” Wu Youyou membalas.
“Tak perlu jelaskan.” Simon berkata: “Kalah ya sudah kalah, jangan cari untung di detail-detail begini. Yu Ming, tiga banding nol, bagus. Terus terang, skor tiga-nol bikin saya malu menantangmu lagi. Begini saja, kalau saya bisa merebut makanan dari Laba-laba atau Es Salju, buktikan kemampuan saya dulu, baru saya cari kamu lagi.”
Yu Ming berkata: “Es Salju tidak boleh, Laba-laba saja. Simon, kegagalan pertama kamu anggap kebetulan, kegagalan kedua juga kebetulan, kenapa kali ini kegagalanmu tidak terlihat kecewa? Kamu sudah tidak tahu malu!”
Simon merenung lalu berkata: “Keadaan sebenarnya rumit. Begini, kamu anggap kamu menang di ronde ini, tapi dari sudut pandangku... Aku tidak kalah di ronde ini, tentu juga tidak mengalahkanmu.”
“Pertanyaan terakhir.” Yu Ming bertanya: “Apa hubungan antara catur Tiongkok dengan tempat persembunyianmu?”
"Tentu ada. Jika restoran dianggap sebagai papan catur, kamu akan menemukan sandera di posisi Raja Merah. Di sana banyak bidak. Perampas adalah meriam yang berkeliaran di garis tengah. Raja Hitam adalah teman di toilet yang sendirian."
Yu Ming mendengar dan langsung kalap: "Tebakan seburuk ini berani kamu keluarkan?"
Simon murka: "Aku habiskan sebulan untuk memahami hubungan antara meja catur di toilet nomor 16 dengan teka-tekimu. Sekarang kamu bilang teka-tekiku jelek? F***, F***, F***!"
Tampaknya Yu Ming benar-benar melukai perasaannya. Yu Ming menyesal: "Baiklah, teka-tekiku lebih buruk dari milikmu. Hadiah untuk pemenang?"
Simon berkata: "Deal. Wu Youyou tidak akan cari masalah. Sebenarnya Wu Youyou bertengkar dengan bos Aliansi Buah, jadi organisasi kami agak kesulitan dana. Yu Ming, tertarik investasi? Kamu tahu kemampuan saya, dividennya pasti besar."
Yu Ming bersikap heroik: "Aku putra Tionghoa sejati, mana mungkin bergabung dengan kalian sampah masyarakat." Dua polisi sedang mendengarkan.
Simon malas menanggapi: "Kami sudah selesai. Nama petugas itu siapa?"
"Jin!" jawab polisi wanita.
"Jin, halo. Saat kalian melawan penjahat, kami mengambil satu lukisan minyak dan beberapa perhiasan. Tolong sampaikan ke atasan: Jika mau menyulitkan kami, kami akan menginap di Belanda. Jika tidak, kami pertimbangkan ke Spanyol atau Italia."
Jin berkata: "Simon, lebih baik kamu menyerahkan diri."
Simon tertawa lepas: "Bagus, sekarang aku pergi ke kantor polisi, kalian berencana menuduhku dengan tuduhan apa? Tapi sayang, aku tidak bisa menyerahkan diri, karena kalian dan Es Salju sudah membuat kesepakatan, aku ingatkan kalian, kami merampas sambil mengenakan seragam polisi, coba tebak apakah di dalam kantor polisi ada orang dalam kami?"
Logam lama tak bersuara, bertanya: "Kamu tahu siapa Es Salju, lalu kamu..."
"Tenang saja, yang perlu kamu khawatirkan adalah Yu Ming, dia sangat keparat, bisa saja tiba-tiba menjual Es Salju dengan harga tinggi. Logam, hari ini yang pergi ke restoran berputar bukan cuma satu Es Salju." Simon tertawa: "Lihat, aku tidak bermaksud memusuhi Es Salju, tapi kenapa Es Salju terus memburuku? Hanya karena aku tahu rahasia Laba-laba? Lebih baik kamu sampaikan pesanku ke Es Salju, jika mereka tidak lagi menarget kami, aku tidak akan membongkar personel kalian."
"Kamu mengancam kami?"
"Haha, Logam! Kamu belum memenuhi kualifikasi untuk bermain denganku." Simon tertawa: "Kalian sama sekali tak tahu berapa data anggota Es Salju yang kupegang, jangan coba-coba bertaruh denganku. Benar, Eropa adalah markas Es Salju, jika mereka terus mengawasiku, aku akan sangat tersiksa. Jadi aku minta kamu menyampaikan permohonanku, jangan menyulitkan kami lagi, kami hanya ingin punya tempat untuk bertahan hidup."
Yu Ming melihat Logam, dari ucapan Simon sepertinya Simon mengira Logam adalah anggota Es Salju. Tiba-tiba Yu Ming tersadar, kemampuan tipu muslihatnya sudah mencapai tingkat kesempurnaan. Penipuan ini bukan tanpa dasar, jika ada satu orang Es Salju di kantor polisi, pasti orang ini akan berusaha memberi kesempatan pada Yu Ming untuk ikut persidangan.
Simon berkata: "Kim, kau sendiri tidak berwenang menginterogasi tersangka. Lagipula rekamanmu bahkan tidak dinyalakan."
"Kau di kantor polisi?" Kim memucat.
"Mungkin." Simon melanjutkan: "Apa ada yang bilang padamu bahwa Yu Ming pasti tak bersalah, tapi pasti tahu sesuatu tentang Simon? Wah, di sini kau hanya membuat catatan interogasi, bukan penyidikan resmi. Yu Ming, selamat, Kapten Kim tidak menganggapmu tersangka. Dengan begitu, tindakan Kapten Kim masih memenuhi syarat prosedur kepolisian."
Kim langsung menerobos keluar ruangan. Yu Ming menghela nafas: Tepat seperti dugaanku, kemampuan individu Es Salju paling lemah di antara tiga organisasi. Kalau Simon berani bicara begitu, pasti kau takkan bisa menangkapnya. Tujuh delapan menit kemudian Kim kembali. Yu Ming berkata: "Dia tutup telepon. Dia minta kusampaikan, jangan lupa janji untuk membebaskan wanita itu."
Kim menatap Yu Ming. Yu Ming segera menambahkan: "Tenang, aku akan jaga kerahasiaan. Lagipula kalau musuh kalian tahu aku kenal kalian, itu tak ada untungnya bagiku. Selain itu, Organisasi Investigasi Independen takkan memberi pujian atas pengkhianatanku."
Kim memeriksa ponselnya. Zhang Nuonan sudah menutup telepon. Kim bertanya: "Menurutmu, apa kami seharusnya tidak mengincar Simon?" Kali ini dia tak lagi menyembunyikan apa pun.
"Departemen Investigasi Es Salju ingin jadi pelacur tapi masih mau jaga keperawanan. Kalian menahan dia percuma, tapi bakal makan waktu lama. Menurut pengalamanku dengan Simon, meski karakternya sedikit berubah, sifat sombong sudah mendarah daging. Setelah ditahan, yang tersisa hanya kesombongannya. Jadi mustahil dia mau mengkhianati Laba-laba. Aku sendiri tidak setuju dengan metode investigasi Es Salju kalian. Ini melanggar aturan permainan. Es Salju kehilangan prinsipnya, ingin berubah tapi takut berubah. Tanpa program yang jelas, meski anggota terbanyak di antara tiga organisasi, Es Salju tetap yang terlemah, bahkan di markasnya sendiri di Eropa."
Jin diam lama, akhirnya berkata: "Kau boleh pergi sekarang."
"Terima kasih." Yu Ming mengambil ponselnya dan membuka pintu. Penjaga di pintu melihat Jin untuk konfirmasi, Jin mengangguk. Yu Ming pergi.
Wei En menjemput Yu Ming di depan kantor polisi. Begitu mobil menyala, Wei En mengeluarkan flashdisk: "Perusahaan itu bersedia membayar biaya."
Yu Ming tertawa: "Jelas mereka tidak percaya padamu. Takut kau jual kaki kodok ke pasar gelap."
Wei En tersenyum: "Aku tidak bilang tidak akan jual. Tapi karena perusahaan mau hubungi organisasi kita, aku putuskan untuk mengembalikan. Kau tidak keberatan?"
"Tentu tidak. Ini hasil kerjamu sendiri." Melihat Wei En ingin bicara lagi, Yu Ming menyela: "Ini bukanbantuan, tapi imbalan yang kau dapatkan secara tidak sengaja saat membantuku. Kau tidak perlu bagi hasil denganku."
Wei En mengangguk: "Aku paham. Sudah larut, kita menginap dulu di Rotterdam. Besok pagi akan kusiapkan orang untuk mengantarmu ke Gouda."
Yu Ming berkata: “Tapi besok pagi pukul sembilan saya harus menghadiri pernikahan.”
Vern menepuk bahu Yu Ming: “Aku tidak bilang mobil, helikopter, empat puluh lima menit.”
“Kalau begitu saya tidak sungkan.” Meski banyak perusahaan helikopter di Eropa dan banyak helikopter pribadi, terbang sekali juga mahal biayanya. Vern sudah bersikap baik begini, Yu Ming juga tidak mau mengurangi muka.
Vern berkata: “Saya kurang paham selera orang China. Jika tidak masalah, sudah saya siapkan sepasang saudari kembar berambut pirang.”
“Tidak...” Yu Ming berkata: “Malam ini ada tamu yang datang, tidak usah.”
“Baiklah.” Vern tidak memaksa. Dia juga tidak menanya tamu macam apa. Jika Yu Ming butuh bantuan pasti tidak akan sungkan, tidak bicara berarti privasi, dia tidak akan menyelidik. Bahkan tidak menanyakan perkembangan kasus Simon. Mobil sampai di hotel, Vern berjabat tangan dengan Yu Ming: “Senang berkenalan.”
“Saya juga.” Yu Ming menepuk bahu Vern dengan tangan kiri lalu turun dari mobil dan pergi.
Vern sudah memesan hotel sebelumnya, Yu Ming menunjukkan paspor langsung mendapatkan kunci. Vern tap kartu untuk membayar uang muka, secara teori Yu Ming bisa bebas berbelanja di dalam hotel tanpa perlu mengeluarkan satu sen pun.
Baru masuk kamar, telepon Yu Ming berdering. Yu Ming mengenali suara Haina yang menahan amarah: “Mati di mana?”
“Di Rotterdam.” Yu Ming menjawab: “Teman mengajak minum anggur, harus memberi muka dong.”
“Sejak kapan kau punya teman di Belanda?”
Wah, ternyata cukup banyak. Teman beberapa orang, kenalan yang bukan teman lebih banyak lagi. Yu Ming tersenyum menjawab: “Besok pagi pukul sembilan, saya akan tepat waktu datang.”
“Tapi malam ini masih ada pesta dansa.”
“Aku tidak bisa menari.” Yu Ming menjawab.
“Sebaiknya kamu muncul tepat waktu.” Haina menutup telepon masih kesal. Tidak masuk akal, menemani dirinya datang ke pernikahan, begitu sampai tujuan langsung mencari pelacur, lalu menghilang. Sepanjang hari ini dia bersabar menunggu telepon Yu Ming, tak disangka kesabaran Yu Ming lebih baik dari dirinya.
