Yu Ming kembali ke perusahaan. Li Fu tidak ada, pergi ke tim kriminal minum teh dengan Ji Dong - mungkin sedang meneliti bukti kasus bersama. Ni Qiu kerja di luar. Zhang Yao urusan ke TV. Wu Youyou sedang membaca koran sambil menyesap teh jernih. Haina dan Du Qingqing asyik mengobrol di dalam kantor.
Saat Yu Ming lewat, Wu Youyou menjulurkan kaki menghalangi. Tanpa menengok dia bertanya: “Coba tebak, apa yang mereka bicarakan.”
"Membahas mau kuliah di mana dan mengambil jurusan apa." Yu Ming melihat Wu Youyou, berkata: "Aku juga tahu ada yang cemburu."
"Aku tidak." Wu Youyou menarik kakinya sambil melanjutkan baca koran, kosong.
"Oh?" Yu Ming berkata: "Kau anggap Nona Du sebagai teman terbaikmu, tapi Nona Du punya teman yang lebih baik. Tapi aku memang tak pernah paham kalian perempuan, tidak akan menyuarkan komentar."
Wu Youyou mengalihkan topik: "Ngomong-ngomong, stok baru: perangkat lunak pelacakan lokasi telepon satelit."
"Tidak tertarik."
Wu Youyou berkata: "Juga ada perangkat lunak anti pelacakan telepon satelit terbaru."
"Kalian benar-benar tak tahu malu, jual peluru sekaligus rompi anti peluru." Yu Ming memandang sinis. Ini seperti jual rudal, jual anti-rudal, jual anti-rudal untuk anti-rudal, plus jual anti-anti-rudal...
"Ini bisnis, aku sedang bosan saja." Wu Youyou menutup korannya: "Bagaimana kalau kita jalan-jalan makan es krim, aku yang traktir."
"Katanya tidak cemburu, biasanya bisa ngobrol seharian dengan Nona Du, sekarang dia tutup pintu berkumpul dengan mantan kekasih, kau langsung merasa bosan." Yu Ming menerima koran itu bertanya: "Kalau bosan, cari saja satu unit tugas di koran."
"Tidak ada tugas yang cocok." Wu Youyou menggelengkan kepala.
"Hmm?" Yu Ming menutup korannya: "Bagaimana kalau aku yang memberi tugas?"
"Tugas apa?" Wu Youyou mulai tertarik.
“Ada sepasang suami-istri yang masing-masing membeli nomor ponsel baru. Aku hanya tahu nomor ponsel baru ini. Setelah analisis, wanita itu punya kontrol diri dan tidak akan menggunakan nomor ini untuk menelepon orang lain. Sedangkan prianya sulit diprediksi, mungkin sembarangan menelepon. Aku ingin kamu membantuku mencari tahu siapa pria ini.”
Wu Youyou mengerutkan kening: “Kedengarannya membosankan.”
“Tolonglah Kak, kamu belum pernah mengerjakan tugas mandiri sejak bergabung di biro investigasi. Di pertama kamu cuma numpang lewat, bahkan sempat mencuri ciumanku.”
“Aku tidak!” Wu Youyou berteriak dengan wajah memerah.
“Kenapa segitu bergembira?” Yu Ming terkejut: “Cuma bercanda.”
“Bisa sembarangan bercanda seperti ini? Bagaimana caranya aku cari pacar nanti?” Wu Youyou memandang dengan murka: “Kasih nomornya.”
Yu Ming mengeluarkan ponsel dan menyalin nomor yang mungkin milik ayahnya ke Wu Youyou: “Terima kasih.”
Wu Youyou menerima catatan itu dan bertanya: “Biayanya berapa?”
Yu Ming membuka dompet dan mengeluarkan selembar uang: “Uang muka seribu, pelunasan sembilan ribu.”
“Kunci mobil.” Wu Youyou malas berdebat dengan Yu Ming.
“Bukannya kamu tidak punya SIM?” tanya Yu Ming.
“Susah apa sih bikin SIM?” Wu Youyou menerima kunci mobil: “Sebelum pulang kantor hari ini, aku bisa kasih jawabannya.”
Yu Ming berkata: “Dia belum tentu warga Kota A.”
“……” Wu Youyou terpaku sejenak, lalu berkata dengan keyakinan goyah: “Paling lama tiga hari.”
Wu Youyou pergi bekerja. Du Qingqing membuka pintu kantor dan berteriak: “Yu Ming.”
“Datang.” Yu Ming datang membawa segelas cola.
“Kasih saran, belajar di negara mana dengan jurusan apa yang bagus?” Du Qingqing bertanya.
“Sampai sekarang belum juga punya ide, mending jangan pergi.” Yu Ming melihat peta dunia di komputer: “Lagipula, Haina bisa belajar jurusan apa.”
Haina tak puas: “Hei, sedang bertanya, bukan minta lo bicara sembarangan.”
Yu Ming melihat Haina: “Haina, selain ahli bertarung dan mengemudi, kamu jago apa lagi?”
“……” Haina dan Du Qingqing merenungkan dengan susah payah, lama-kelamaan mata Haina berbinar: “Waktu kelas 3 SD aku pernah dapat peringkat ketiga kompetisi catur internasional.”
“Seluruh sekolah?”
“Seluruh kelas.” Haina menundukkan kepala, memeluk bahu Du Qingqing: “Qing, jurusan apa yang bagus ya.”
Yu Ming berkata: “Kalau memang mau pergi, rival cintamu sudah mengancam mematikan. Pergi sekarang sama saja menyerahkan kekasih ke orang lain.”
“Rival cinta?” Haina terpaku: “Rival cinta apa?”
“You You itu, dia sudah mengincar Nona Du bukan sehari dua.” Yu Ming menunjuk: “Norwegia, Norwegia bagus. Bunuh 100 orang cuma dihukum 21 tahun. Lagian kamu memang tak ada yang bisa dipelajari, pergi mengganggu proses juga asyik.”
“Cakar Naga.” Haina tak tahan lagi, lima jari mencengkeram otot bahu Yu Ming yang gagal menghindar, air mata hampir jatuh karena sakit. Haina melepas cengkeraman: “Awas lo masih nyindir kakak.”
Du Qingqing berkata: “Yu Ming, Haina sedang tak mood, katakan sesuatu yang baik.”
“Yang baik?” Yu Ming berpikir lalu bertanya: “Haina, kenapa si cowok itu menolakmu?”
Haina menundukkan kepala dengan sedih: “Dia sudah punya pacar.”
"Lalu kamu menyerah? Hari ini punya pacar, besok pacarmu mungkin sudah tergilas roda dan pergi minum teh bersama Tuhan. Menurut investigasi lembaga swadaya masyarakat tentang tingkat pernikahan pacar di China, sekitar 20%, artinya masih ada kemungkinan 80% kalau kamu bertahan. Kalau pergi, kemungkinannya 0%."
"Tapi, tapi dia barang bekas."
"Ha, di usiamu ini, mana ada pria yang bukan bekas?"
Du Qingqing sedih berkata: "Aku juga bekas, pantas tak ada yang mau."
"Oke." Haina memeluk Du Qingqing: "Pacarnya di luar negeri, menurutmu kemungkinan putusnya lebih besar nggak?"
"Pasti putus." Yu Ming tegas: "Kalau pacarnya di Somalia mungkin masih belum pasti. Tapi kalau ke negara kapitalis, langsung terkontaminasi, nanti malah main hantu sama bule sialan."
Du Qingqing berkata: "Iya, Haina, bukannya kamu mau buka klub bela diri?"
Haina bertanya: "Bagaimana kalau nggak putus?"
Yu Ming tersenyum getir, kamu terlalu memaksakan ini. Setelah lama berpikir, Yu Ming berkata: "Lagipula di luar negeri juga susah cari yang bagus, sementara ditunggu dulu."
"Cakar Naga."
Yu Ming mengganjal bahu kiri dengan majalah di tangan kanan, tersenyum bangga: "Saint Seiya tak akan kena teknik yang sama dua kali."
"Aku punya dua tangan." Haina mencengkeram bahu kanan Yu Ming dengan tangan kiri.
Yu Ming pergi dengan luka dan kepedihan, dalam hati mengutuk: "Kutukan untuk si tampan yang selingkuh tapi tetap nggak memilihmu."
……
Yu Ming berbicara santai dengan Haina dan Du Qingqing, tetapi dengan Situ Shan lebih formal dan kaku. Setelah merapikan penampilannya yang menunjukkan aura seorang kakak besar, barulah ia puas keluar rumah dan naik taksi menuju alun-alun.
Festival Kuliner Italia di alun-alun merupakan acara yang diadakan pemerintah kota. Mereka mengundang koki terkenal dari seluruh dunia ke Kota A, dengan setiap restoran mendapat jatah satu minggu. Kali ini giliran Italia yang mengirim tim pimpinan koki kepala dari salah satu restoran paling ternama negeri mereka. Hari ini merupakan hari terakhir dengan 40 meja yang selalu penuh sejak awal. Pemesanan tempat hampir mustahil, namun tiket bisa didapat online. Syarat pertama: harus menjawab benar 10 pertanyaan tentang masakan Italia dari koki online. Syarat kedua: keberuntungan dalam undian setelah lolos tahap pertama. Memang ini konsep wisata kuliner, bukan bisnis restoran komersial.
Pagar kayu rendah mengelilingi air mancur musik di alun-alun. Meja-kursi tersebar di sekitarnya sementara pelayan bule dengan celemek putih dan rompi sibuk melayani pelanggan. Irama biola dan piano mengiringi tarian air mancur yang menciptakan suasana romantis.
Situ Shan sudah tiba lebih dulu. Yu Ming duduk sambil berkomentar: "Tak kusangka orang Italia lebih romantis dari Prancis."
Situ Shan menjelaskan secara profesional: "Menurut penelitian, nenek moyang masakan Prancis adalah masakan Italia. Mari pesan dulu."
Setelah memesan dan mencicipi anggur merah, Situ Shan menyimpan satu botol lalu menuangkan gelas untuk Yu Ming: "Ini ucapan terima kasihku."
"Adalah legendaris yang itu dari tahun 82," Yu Ming bertanya: "Terima kasih untuk apa?"
"Kakak Yu, ini tidak baik. Aku sudah berterima kasih, seharusnya kau tahu untuk apa." Situ Shan dan Yu Ming menggelas bersentuhan, meneguk sedikit lalu berkata: "Lin Xiayi muncul tiba-tiba, Du Shi International menggerakkan jebakan dengan gila, pasar saham hari ini berubah seperti rollercoaster yang cemerlang. Untuk menghadang Lin Hai Group, grup Utara-Selatan melepaskan banyak bisnis, sekarang malah dihadang balik, masalahnya jadi besar. Kakak Yu dan Lin Xiayi punya hubungan apa? Mengapa dari awal sudah punya informasi internal."
Yu Ming menjawab dengan sombong: "Kakakmu Yu ini tahu segalanya, hehe. Sebenarnya begini, hilangnya Lin Xiayi kan ada hadiahnya? Setelah kami periksa, banyak titik kejanggalan, akhirnya kami simpulkan bahwa Lin Xiayi dari awal adalah jebakan. Tante Yun adalah ibu angkatku, tentu aku harus memberi tahu kalian. Tapi tidak bisa menjelaskan dengan jelas, maklumi ya."
"Kakak Yu, kau terlalu formal kalau bicara seperti ini."
Yu Ming tersenyum, bertanya: "Ayahmu bagaimana, masih di Kuil Tianbei?"
"Hmm, tapi hari ini tahu Lin Xiayi muncul kembali, jadi agak tidak betah tinggal." Situ Shan tertawa: "Dua hari lagi, aku akan mencari anak tangga untuk menyambungkannya kembali."
Kedua orang itu mengobrol sambil makan, suasana sangat harmonis. Saat ini hanya terdengar teriakan seorang perempuan. Yu Ming dan Situ Shan menoleh ke arah suara. Di terowongan luar pagar, tergeletak seorang pemuda. Seorang pria bertopi matahari putih melompati pagar kayu dan menghilang di kerumunan alun-alun. Mungkinkah itu Penghukum? Ini terlalu ceroboh, alun-alun ini penuh orang dari berbagai kelompok, pasti tidak ada yang mau menutupinya lagi.
"Duduk di sini." Yu Ming memberi instruksi lalu mendekat. Di punggung pria tersebut tertancap pisau buah tepat di posisi jantung. Tampaknya korban diserang tiba-tiba saat masuk atau mondar-mandir di terowongan. Yang berteriak adalah perempuan dari sepasang kekasih yang berada di belakang korban, menyaksikan pria itu roboh.
Yu Ming mengingat, pria bertopi matahari itu tidak memakai sarung tangan. Tidak mungkin ada waktu menghapus sidik jari. Ini bunuh diri? Di sini tidak akan ada yang membantu menghancurkan lokasi kejadian.
Beberapa orang Italia segera mengevakuasi kerumunan dan mengamankan lokasi. Yu Ming kembali dengan ekspresi menyesal: "Sepertinya kita hanya bisa makan setengah, tapi ada kabar baik - kita tidak perlu membayar."
Situ Shan bertanya: "Ada apa?"
Yu Ming menjawab: "Pembunuhan, jangan lihat. Aku antar kamu pergi." Yu Ming menggandeng tangan Situ Shan yang penasaran, menerobos kerumunan, dan mengantarnya ke taksi.
Situ Shan bertanya: "Kakak Yu, ikut pergi juga? Bagaimana kalau kita ganti restoran?"
Yu Ming menutup pintu mobil: "Kakakmu ini seumur hidup paling suka melihat keramaian. Kamu pulang saja dulu. Selamat tinggal."
“Selamat tinggal。”Situ Shan mengangguk pasrah, naik taksi dan pergi.
