Yu Ming tiba di lokasi sinyal, air laut sudah mencapai pinggangnya. Yu Ming berjinjit mengeluarkan ponsel yang dilindungi, benar ada sinyal satelit. Mengapa Yu Ming tidak menggunakan telepon umum? Pertama tidak nyaman, kedua orang ini harus dihubungi via telepon satelit aman baru mau menerima, karena dia juga sangat waspada.
"Halo Yu Ming, dengar kamu sedang pesta di Pulau Harris."
"Simon, aku butuh bantuan." Benar, yang dihubungi Yu Ming adalah Simon. Makhluk ini memang kandidat terbaik untuk mencuri bukti.
Simon sepertinya sedang makan, membalas bertanya: "Menurutmu aku mirip juru selamat?"
Pria sejati bisa mengendur dan mengencang, Yu Ming berkata: "Tapi kita berteman, teman perlu saling membantu."
"Haha, kita berteman? Aku pernah bilang tapi kamu menolak."
Yu Ming berkata: "Meski aku tidak menganggapmu teman, tapi kamu menganggapku teman, jadi akan membantuku kan?"
Simon sepertinya tersedak makanan, teori aneh seperti ini baru pertama kali didengarnya. Simon berkata: "Mengenai Feiya, kita sudah sepakat."
Yu Ming berkata: "Bukan Feiya, hal lain."
Simon berkata: "Kasih uang."
Sial! Bajingan ini meniruku, lebih menyebalkan lagi nada bicaranya persis sama denganku. Tapi diriku mana ada yang segini layak dipukul? Tapi saat minta bantuan harus rendah hati, Yu Ming bertanya dengan penuh kerendahan hati: "Berapa?"
"Karena kamu juga memohon bantuan, pasti sulit. Sepuluh juta dolar Amerika."
Yu Ming hampir terjatuh, sepuluh juta dolar? Yu Ming menjawab: "Lima ribu dolar AS."
"Selamat tinggal."
“Tunggu sebentar.” Yu Ming menggerakkan bola matanya sambil berpikir sejenak, lalu berkata: “Apa kamu pernah dengar tentang Proyek Zeus?”
“Hmm?” Simon mulai tertarik, bertanya: “Yang bidang apa?”
“Proyek Zeus adalah rencana penelitian pintu belakang yang dilakukan militer NATO, khususnya pada senjata dan produk komersial yang dibuat oleh negara-negara seperti Amerika, Israel, Inggris, Prancis, dll.”
Simon merenung cukup lama: “Ini agak menarik, aku paling suka negara-negara ini bekerja sama membuat sesuatu yang misterius.”
“Kamu paham?” Yu Ming terkejut bertanya. Dirinya sendiri membutuhkan ratusan kata untuk menjelaskan konsep pintu belakang ini.
“Hmm, tahu. Aku tahu beberapa teknologi ekspor Amerika punya pintu belakang.” Simon berkata: “Dan kamu bukan yang pertama yang mengajakku melakukan ini.”
“Masih ada siapa lagi?” Yu Ming tidak membantah, dirinya sendiri tidak berniat mengajakmu melakukan ini.
“Rahasia, aku tidak suka bekerja sama dengannya. Tapi, aku menyukaimu.” Simon berkata: “Ini akan kulakukan.”
“Hmm... Simon, begini, aku ingin menukar bantuanmu dengan informasi ini, bukan membantumu mendapatkan Proyek Zeus sebagai imbalan.”
“......” Simon diam, seperti lidahnya tergigit.
Yu Ming hati-hati bertanya: “Apa ini terlalu tidak tahu malu?”
Simon berteriak: “Basa-basi! Kamu pikir dengan informasi undangan proyek orang lain, aku akan membantu?”
Yu Ming berkelit: “Simon, uang tidak punya, tapi ini urusan nyawa. Sebut harganya, mau lenganku atau lututku.”
Simon berpikir sejenak: “Penting banget buatmu?”
“Ya?” Yu Ming agak tersentuh, Simon benar-benar menganggapnya sebagai teman.
"Bagus, aku akan mengajukan beberapa syarat dulu." Simon senang mendengar Yu Ming mengakui hal penting untuk dirinya, ini berarti dia bisa meminta berlebihan.
Yu Ming terdiam, ternyata dia terlalu polos. Dengan pasrah dia berkata: "Katakan."
"Kamu harus memenuhi tiga permintaanku."
"Katakan."
Simon menyatakan: "Permintaan pertama, Sabtu siang pukul 11 kamu harus muncul telanjang di Alun-Alun Rakyat Kota A dengan papan nama di leher bertuliskan: Simon, aku salah. Bertahan sampai polisi menangkapmu, tidak boleh main tipu."
Yu Ming diam sejenak: "Minta syarat celana dalam."
"Tidak ada celana dalam."
"Kota A sangat dingin."
"Baik, tapi kamu harus bertahan berdiri minimal 10 menit sebelum polisi membawamu. Waktu pastinya aku yang tentukan."
Yu Ming menggigit gigi: "Baik."
"Permintaan kedua, di jalan umum harus membawa buket mawar dan berteriak 'Aku cinta kamu, nikahlah denganku' ke 10 perempuan yang aku tunjuk."
"Bangsat, kau mau menghancurkanku?" Permintaan pertama hanya memalukan, yang kedua bisa berbahaya. Berteriak ke nenek-nenek: Aku cinta kamu? Bisa bikin mereka kena serangan jantung. Apalagi kalau melamar perempuan yang sudah punya suami...
"Yu Ming, jangan berkata kotor saat memohon." Simon bertanya: "Setuju?"
"...Baik." Sudah tidak peduli malu, Kakak lepas muka.
Simon: "Permintaan ketiga, aku mau tiga permintaan lagi."
"......" Yu Ming bersumpah, jika suatu hari makhluk ini muncul di hadapannya, pasti akan mematahkan hidungnya.
“Baiklah, bercanda. Tenang saja, aku tidak akan menyuruhmu mengangkat papan di jalanan bilang pulau XX adalah milik negara anu.” Simon berpikir sejenak: "Sudah tidak ada yang seru lagi. Begini saja, aku akan menyiapkan segelas minuman untukmu, minum saja di hadapanku. Aku jamin tidak akan meracunimu."
Yu Ming mengerutkan kening: "Simon, sikapmu ini benar-benar picik."
Simon berkata: "Yu Ming, tiga syarat ini bernilai 10 juta. Kupikir banyak orang yang akan memilih untuk melakukannya."
"Kau sangat membosankan?"
"Aku memang membosankan." Simon melanjutkan: "Baiklah, sekarang kita bisa membicarakan urusanmu."
Yu Ming tahu Simon tertarik menerima permintaannya. Masalah yang tidak bisa diselesaikannya sendiri akan beres jika Simon turun tangan. Ini jelas-jelas metode kemenangan spiritual. Tapi Simon tidak akan membantu hanya karena alasan segitu - itu sama saja dipermainkan Yu Ming. Sementara Yu Ming tidak punya uang, dan secara penampilan pun dia pria. Agar tidak dipermainkan, Simon menetapkan tiga syarat. Jika Yu Ming bisa memenuhi ketiganya, itu membuktikan Simon tidak sedang dibodohi.
Setelah mendengar penjelasan, Simon berkata: "Lin Hai Group? Ini salah satu konglomerat bisnis terbesar di AS bahkan dunia. Mereka punya kemampuan anti-pemberitaan yang kuat, waktunya juga mepet. Urusanmu ini cukup rumit."
Yu Ming bertanya: "Takut?"
"Jangan coba memprovokasiku. Karena kau sudah setuju, aku pasti tidak akan mundur." Simon menjawab: "Tapi aku ingin berprinsip 'bermuka dua dulu, baru bermuka baik'. Urusan ini ada peluang suksesnya, tapi tidak besar."
Yu Ming menyarankan: "Kau bisa menghubungi penyelidik kami untuk minta bantuan."
"Hmph, apa aku butuh bantuan orang? Kalaupun butuh, tidak akan asal pilih pembantu."
“Jika tidak berhasil, kamu harus berjanji padaku satu hal. Dari tiga permintaanmu, aku akan pilih satu untukku.”
“Sikapmu seperti ini?”
“Tidak berani? Tidak percaya diri?” Yu Ming membalas bertanya.
Simon berpikir lama, mungkin sedang mengirim surel daring, sekitar satu menit baru merespon: “Baik, setuju.”
……
Yu Ming basah kuyup kembali ke pantai. Tubuhnya gemetar diterpa angin. Situasi buruk. Ia menyimpan ponsel lalu mengeluarkan korek api. Di tepi pantai dan hutan ia menemukan kayu bakar untuk menghangatkan diri. Tubuh harus hangat dulu sebelum pulang, keamanan nomor satu. Pulau dekat khatulistiwa masih cukup panas. Beberapa menit kemudian Yu Ming sudah beradaptasi. Saat hendak pergi, ia mendengar suara kapal. Membungkuk di balik karang.
Satu menit kemudian, kapal cepat muncul. Cahaya terlihat dari hutan 300 meter dari Yu Ming. Kapal merespons dengan cahaya. Seorang pria berjalan ke pantai, wajahnya tak jelas terlihat bahkan gendernya pun tak pasti. Orang dari kapal turun, menyerahkan koper ke bayangan hitam. Bayangan itu mengeluarkan alat bidik dari koper dan mengangguk setelah mencoba.
Kedua pihak berjabat tangan. Kapal pergi sementara bayangan hitam menghilang di hutan. Tepat seperti dugaanku, mereka mendapat logistik penyelundupan.
Yu Ming tiba di tepi pantai, menggunakan bintang untuk menentukan arah Pulau Utara, lalu mengambil propulsi dan menyelam. Pada kali kedua, dia jelas lebih beradaptasi dengan tekanan lingkungan, perasaan tak berdaya dan panik di hatinya juga berkurang banyak. Yu Ming kembali ke Pulau Utara utama, pertama mengembalikan propulsi dan tabung oksigen ke tempat persembunyian semula, lalu berjalan 100 meter menuju tepi pasir pantai dan menyalakan api dengan terang-terangan. Sepuluh menit kemudian, Rek datang dengan skuter listriknya, mengambil beberapa bahan barbekyu yang sudah dimarinasi dari toko, lalu bertanya: "Lancar?"
"Lancar." Yu Ming membantu membakar daging, bertanya: "Bagaimana denganmu?"
"Lancar." Rek menatap nyala api sambil serius membakar daging. Dia selalu membawa dua komputer sambil berkendara.
Setiap orang punya kemampuan masing-masing. Iblis Laba-laba bisa mengamankan komputer, Rek bisa mempersiapkan barang-barang penyeberangan laut. Ada yang mengirim senjata api dari logistik, juga ada Pembunuh S yang bisa bebas menggunakan ponsel. Sumbernya pun bermacam-macam. Dari obrolan dengan Rek, Yu Ming tahu barang-barang Rek dibawa oleh pelayan dalam yang menyelundupkan. Rek juga tahu peluru nomor lima diambil dari dasar laut pada malam hari. Ada juga orang seperti Gunung Tai yang bisa membuat senjata aneh sendiri.
Pembicaraan mereka beralih ke Pembunuh S. Rek menunjukkan ekspresi kagum, memberitahu Yu Ming: "Pembunuh S pernah menjadi guru saya. Pembunuh S punya hubungan baik dengan bos saya."
Yu Ming bertanya: "Pernah lihat Pembunuh S?"
“Tidak, bos saya memberikan saya rekaman kaset ajaran Pembunuh S. Di dalam kaset itu ada suara sintetis elektronik. Bos saya bilang, Pembunuh S bukan orang jahat, setidaknya lebih baik darinya. Pembunuh S tidak suka membunuh, tapi dia punya kontrak dengan Perantara Malaikat Maut. Dulu Perantara Malaikat Maut cuma perantara internasional biasa, tiba-tiba bangkit delapan tahun lalu karena punya merek Pembunuh S ini. Tidak ada orang yang tidak bisa dibunuhnya, hanya orang yang tidak ingin dibunuh. Kali ini di Pulau Harris, daripada bilang Perantara Malaikat Maut menggunakan Pembunuh S untuk menyingkirkan pembunuh yang melanggar aturan, lebih tepat mereka dibiarkan saling bunuh. Menurutku Perantara Malaikat Maut lebih ingin menyingkirkan Pembunuh S. Karena Pembunuh S bukan penjahat, dan dia tahu terlalu banyak.”
“Bukan penjahat?” Pembunuh bukan penjahat, teori ini sulit dipahami.
“Menurutmu apakah Ksatria Meja Bundar Penghukum itu jahat?”
“Hmm… Tidak juga, seturut moralku.”
“Pembunuh S hanya menerima order target jahat. Meski kita tahu, kebanyakan orang dalam daftar pembunuhan memang pernah berbuat kejahatan.” Rek berkata: “Tiga orang misterius: bos Logistik Kucing Terbang, Iblis Laba-laba, dan pemimpin Grup Intelijen Internasional Nabi. Meski misterius, kalau ketahuan mungkin cuma polisi yang mengejar mereka. Tapi kalau pemimpin Perantara Malaikat Maut ketahuan, bukan cuma polisi. Dan Pembunuh S mungkin satu-satunya yang tahu identitas pemimpin Perantara Malaikat Maut.”
Yu Ming penasaran bertanya: “Bagaimana kamu yakin Pembunuh S tahu identitas pemimpin Perantara Malaikat Maut?”
“Bos saya yang bilang.” Rek berkata: “Bos saya mengatakan pembunuh bayaran S adalah orang baik, sayangnya pemimpin Perantara Malaikat Maut tidak bisa mentolerirnya. Karena dia tahu terlalu banyak, salah satunya adalah mengetahui identitas sang pemimpin.”
Yu Ming bertanya: “Apakah bosmu pernah melihat pembunuh bayaran S?”
“Tidak. Bos saya mendapat kepercayaan darinya untuk menyelamatkan sepasang saudari yang diculik dari tangan pengedar narkoba. Dia sangat berterima kasih dan melakukan percakapan telepon dengan bos saya.” Rek bertanya: “Apa saya tahu terlalu banyak?”
“Hehe, informasi ini belum cukup membuat Perantara Malaikat Maut dan Organisasi Investigasi Internasional berbalik seketika.” Yu Ming menghela napas: “Dunia persilatan, inilah dunia persilatan internasional.” Dendam kesumat, prinsip dan kepentingan, aturan dan moral, badai darah...
