"Tim forensik tiba, Ji Dong meminta mereka tidak mengganggu Yu Ming. Yu Ming duduk di sofa sambil menggosok-gosokkan tangan dan menggigit kukunya, menunjukkan campuran kegembiraan, antisipasi, dan kegelisahan. Ji Dong menyadari ini tidak terkait langsung dengan delegasi Organisasi Penyelidik. Yu Ming justru bersemangat karena menemukan kelemahan musuh kuat, meski hasil akhir belum keluar, ia sudah cukup puas dengan diri sendiri. Singkatnya, dia sedang sok gaya."
"Tangkap penjahat dengan menaklukkan rajanya. Laba-laba Beracun bukan masalah, asal bisa menangkap Kola sekaligus, semuanya akan beres."
"Telepon Ji Dong berdering. Yu Ming menatapnya tegang. Ji Dong mengaktifkan speaker: 'Laporkan.'"
"'Figur nomor empat di foto melintasi Bea Cukai Kota A pukul sembilan malam dua hari lalu.' Personel Teknis menjelaskan detail pihak lawan, memastikan penggunaan paspor legal."
"Yu Ming menelepon: 'Li Fu, serang Tim Kriminal 1.'"
"'Dasar kau! Tim Kriminal 1 itu rumahmu?' Ji Dong berbicara ke ponsel Yu Ming: 'Li Fu, serang Tim Kriminal 1.'"
"Li Fu tertawa meniru ucapan Ji Dong: 'Dasar kau! Kau pikir Li Fu anak buahmu... Baik, aku segera ke sana.'"
……
"Kola tetap tidak lalai. Figur nomor empat adalah wanita pirang B dari Pulau Harris. Li Fu mengambil rekaman kamera, mengolah detail dengan perangkat lunak. Berdasarkan waktu, mereka cepat mengunci wanita pirang B di bandara. Kamera terus melacak sampai menemukan mobil hitam yang menjemputnya."
"Setelah verifikasi plat mobil, Ji Dong menghantam meja penuh kekecewaan: 'Plat bodong!'"
“Tim Ji, plat asli bisa diperiksa di mana-mana, plat bodong belum tentu tidak ada yang bisa memeriksa. Aku tidak percaya mereka bakal bawa plat palsu dari luar negeri ke China.” Yu Ming tetap tenang, menelepon: “Kepala Besar, aku dari Perusahaan Bintang... Tidak jualan plat. Mau minta tolong selidiki sesuatu... Lima ribu, dua puluh ribu dasar kau, lima ribu...”
Ji Dong dengan wajah masam ikut nimbrung: “Dua puluh ribu ya dua puluh ribu.”
Kepala Besar kesal: “Siapa kau ini? Aku lagi ngobrol sama Kak Yu, siapa loe?”
“Ayahmu namanya Ji Dong, pemimpin Tim Kriminal 1.” Ji Dong murka, keterlaluan, sekarang tukang plat bodong berani arogan begini.
Pihak lawan menutup telepon. Yu Ming menatap Ji Dong lama, mengacungkan jari tengah. Yu Ming menelepon lagi, lawan tidak mengangkat. Kirim SMS. Akhirnya Kepala Besar mengangkat, langsung nawar: “100 ribu.”
“Dasar kau.”
“Kak Yu, kita kan teman lama, aku kasih muka. Atau bisnis ini bubar.” Kepala Besar berkata: “Ji Dong hebat? Berani tangkap aku, lihat bisa dakwa apa.”
“Diskon dikit.” Yu Ming mendorong Ji Dong ke samping.
Ji Dong geram pada ucapan Kepala Besar, lebih marah lagi lihat Yu Ming tawar-menawar. Yu Ming memandang sinisnya, bukan uangmu, pasti gampang ngomong. Akhirnya, Kepala Besar menerima tawaran 50 ribu. 50 ribu pasti layak dengan harganya. Beberapa menit kemudian, Kepala Besar memberi info: “Plat ini dibuat saudara kita di pabrik olahan Distrik Selatan tiga hari lalu, seribu yuan. Pihak lawan pakai plat palsu, mobil Mercedes putih pakai plat bodong.”
Yu Ming membantah: “Tidak benar, hari ini aku lihat mobil Jepang hitam.”
"Kak Yu, aku memang tidak tahu. Tapi waktu itu yang dibuat adalah plat palsu." Da Tou berkata: "Sopirnya pakai topi matahari, datang naik mobil. Mobilnya Mercedes putih, nomor plat A12345."
Yu Ming memucat: "Kau yakin itu A12345?"
Da Tou menjawab: "Kalau ditanya begitu, aku jadi ragu. Tapi Mercedes putih itu pasti, model XX. Aku yakin teman-teman di Area Selatan tidak salah ingat. Bisnis akhir-akhir ini sepi, jarang nemu mobil mewah. Katanya, waktu itu dia juga berpikir, orang kaya naik mobil mewah kok masih pakai plat bodong, uang buat bayar denda kan banyak."
"Bagus, terima kasih."
"Sampai ketemu, Ji Dong mati aja!" Da Tou menutup telepon.
"Sial, arogan sekali..." Ji Dong ingin segera mengkonsolidasikan pasukan lalu menghancurkan mereka. Tapi Yu Ming pasti tidak akan memberitahu siapa Da Tou sebenarnya. Rupanya bulan depan harus fokus menggrebek pabrik pembuat plat palsu. Balas dendam pakai wewenang, harus!
Xiao Zhao menyela: "Plat mobil ini milik Grup Situ."
"Hmm." Yu Ming mengangguk tidak terkejut: "Mobil Situ Shan. Aku percaya Situ Shan, periksa data sopirnya."
Ji Dong memerintahkan: "Xiao Zhao, siapkan tim untuk mengawasi Situ Shan, pantau rumahnya, lihat apakah ada tamu lebih dari biasanya." Dia tetap tidak percaya.
"Siap." Xiao Zhao menelepon untuk mengerahkan orang.
"Jangan, biar aku yang temui Situ Shan." Kata Yu Ming.
Ji Dong bersikeras: "Aku ikut."
"Kamu..." Yu Ming menghela napas: "Li Fu, kamu yang jaga ya."
Li Fu santai menjawab: "Aku selalu tertarik dengan kasus kriminal."
……
“Situ Shan sedang rapat, menerima telepon Yu Ming, turun dari gedung perkantoran, dan naik ke mobil Yu Ming. Dia tidak bertanya tujuan Yu Ming mencarinya, setelah masuk mobil baru dia menyesal seharusnya lebih menjaga sikap, seharusnya menanyakan keperluan Yu Ming. Tapi...”
Pikiran perempuan, Yu Ming toh tak paham. Ia menjelaskan situasi secara singkat. Situ Shan berkata: "Sopir saya mengajukan cuti, cuti seminggu, katanya ada urusan keluarga."
Menjemput orang... Ji Dong berkata: "Kalau begitu, saya percaya sopir Situ pasti orang yang bertanggung jawab atas safehouse, minimal dia tahu. Keluarga Situ di Kota A masih punya aset apa? Yang bisa ditinggali."
“Tidak... Ayah dan saya selalu tinggal bersama, katanya biar ada rasa memiliki keluarga." Situ Shan berpikir sejenak: "Tapi..."
“Tapi?”
Situ Shan menjelaskan: “Kalau sesuai yang kalian katakan, ingin punya tempat yang bagus, meski bukan aset kami.”
“Di mana?”
“Kuil Tianbei, tempat tinggal sepi di belakang bukit Kuil Tianbei. Waktu itu ayah saya nekat, tinggal di sana lebih dari sebulan. Tempatnya sangat sunyi, agak terisolasi dari dunia. Ayah saya kenal dengan kepala biara Kuil Tianbei, katanya ayah saya punya akar kebijaksanaan... Ih. Mengangkat ayah sebagai murid tidak resmi, kamar kecil juga jadi khusus ayah, dia sering tinggal di sana 3-5 hari.”
Yu Ming bertanya: “Akhir-akhir ini ada yang tinggal di sana?”
“Tidak, ayah saya di luar negeri. Bukankah waktu itu kita berhasil memenangkan lelang Hotel Mingri? Sekarang dia cukup sibuk.”
Yu Ming mengusap dagu: “Tidak mirip, tapi Tim Ji bisa kirim orang untuk memeriksa.” Kola pasti tidak sendirian, sekumpulan bule tinggal di kamar kecil, kalian tidak merasa sesak, orang lain juga akan curiga.
“Hmm.” Ji Dong menyetujui perkataan Yu Ming, menyangkut sopir biasa yang tidak memiliki izin penggunaan sebesar merancang orang untuk tinggal di kamar kecil. Meski lingkungannya sepi, tapi urusan hidangan tetap harus diurus, dan tetap harus berinteraksi dengan orang lain.
“Oh iya.” Situ Shan tiba-tiba teringat: “Teman Ayahku imigran, Ibunya masih tinggal di dalam negeri. Ayahku setuju merawatnya, setiap beberapa hari akan mengirim sopir untuk mengisi penuh lemari es.”
“Tempatnya bagus?”
“Di dekat danau, kompleks vila terpisah, di pinggiran kota mendekati batas wilayah. Aku juga tidak tahu nama kompleks itu. Tapi aku pernah ke sana, bisa antar kalian.”
Yu Ming mengangguk: “Yang ini masuk akal, mari kita lihat.”
“Hmm.” Ji Dong mengangguk, mengambil telepon dan menyambungkan pasukan bantuan.
……
Pukul enam sore, langit mulai menggelap, dua unit truk kecil diparkir di jalan raya 30 meter dari vila target. Sopir turun dan masuk ke toko makanan cepat saji Barat di pinggir jalan untuk makan.
Situ Shan menelepon, tidak ada yang mengangkat. Menelepon lagi, akhirnya ada yang menerima: “Hai.”
“A Ci, kenapa kamu di sana? Di mana Makcik? Aku mau menjenguknya besok.” A Ci adalah sopir Situ Shan.
A Ci menjawab: “Makcik sedang nonton TV di lantai atas, tidak perlu Nona Situ. Aku baru ingat Makcik setelah pulang, jadi kembali untuk mengisi makanan dan meminta tetangga lebih merawatnya. Direktur Situ sekarang di luar negeri, perusahaan Nona Situ sibuk, hal level ini biar kami yang urus.”
“Oh, baiklah.” Situ Shan berkata: “Jangan lupa serahkan tagihan ke asistenku.”
“Mengerti.”
Situ Shan mengangguk sambil menutup telepon, Ji Dong memberi penjelasan: "Di lokasi target ada korban penyanderaan, seorang nenek berusia 65 tahun. Selain itu, diprediksi di dalam terdapat orang-orang nekat dengan persenjataan lengkap dan kemampuan bertarung tinggi. Harus ekstra hati-hati. Apakah polisi air sudah siap?"
"Sudah di posisi."
"Eksekusi!" perintah Ji Dong.
Satu menit setelah perintah diberikan, dua helikopter terbang langsung menuju vila target dari kejauhan. Dua truk dibuka, belasan anggota unit Thunder Cloud turun dan membentuk formasi taktis menyerbu vila. Beberapa polisi dan detektif segera memblokir lokasi dan mengosongkan warga sipil - area ini akan segera menjadi medan tempur.
Saat pasukan berada 15 meter dari vila, kaca jendela pecah. Penembakan terjadi dari dalam ke arah luar. Yu Ming yang mengamati dari jauh berteriak: "Mereka mengirim pengalih perhatian! Target utama akan kabur. Waspada jalur air!"
"Siap, jangan banyak omong!" jawab Ji Dong kasar.
Tak lama kemudian laporan dari helikopter datang: "Sebuah kapal cepat keluar dari belakang vila, membawa tiga orang."
"Helikopter 1 kejar! Polisi air hadang! Perintahkan patroli jalan raya untuk ikut membuntuti kapal!" Ji Dong mengakhiri komunikasi sambil tersenyum puas. Sebelum pembentukan Tim Kriminal 1, ia tak akan punya keyakinan seperti ini. Kini koordinasi tempur laut-darat-udara telah menjadi keahliannya.
Serangan terkendala di 15 meter terakhir yang merupakan area terbuka. Khawatirkan keselamatan sandera, pasukan Thunder Cloud tidak bisa menembak balik sementara tiga titik tembakan lawan menghalangi gerak maju. Saat Yu Ming hendak mengusulkan ide gila, Ji Dong tiba-tiba berteriak: "Operasi Pelangi!"
Truk kecil mulai terangkat, empat lampu sorot muncul di samping, empat cahaya kuat menyelimuti vila. Unit Thunder Cloud dengan perlindungan perisai segera bergerak maju. Penembak karena mata tidak bisa beradaptasi dengan cahaya terang, sementara tidak bisa melihat target, hanya bisa menembak ke luar berdasarkan firasat.
Sniper unit Thunder Cloud telah mengunci satu target. Memanfaatkan perlindungan lawan yang kurang baik, mereka menembak tegas dan membunuh satu bandit di lantai dua. Ji Dong mengambil walkie-talki: "Operasi Pelangi Baru."
Sial, tidak kreatif! Bisa dinamai Senja Merah atau Awan Merah Pagi...
Truk lain terbuka, menembaki vila dengan gila. Bukan peluru yang ditembakkan, tapi granat kilat dan kabur asap. Tekanan tembakan sangat kuat, cukup untuk menghancurkan jendela aluminium paduan. Unit Thunder Cloud sudah siap, mengenakan kacamata pelindung, menerobos masuk dari tiga arah. Helikopter No.2 juga menurunkan tiga polisi khusus ke taman kecil terbuka yang memanjang di lantai dua, bersiap menyerang dari atas dan bawah.
Yu Ming tiba-tiba berkata: "Mundur, ada bom!" Bangsat, benar-benar lupa Kola suka main cara ini.
Ji Dong kaget, segera perintah: "Evakuasi! Evakuasi! Ada bom di dalam target! Segera evakuasi. Helikopter No.3 aktifkan gangguan sinyal."
Entah karena tebakan Yu Ming salah atau gangguan sinyal efektif, vila tidak meledak. Polisi khusus mundur ke tempat berlindung. Sniper melapor: "Diduga korban berada di Area No.2 lantai satu."
“Bangsat.” Ji Dong mengumpat, setelah berpikir sejenak berkata: “Sniper lindungi Area 2, Tim Satu, masuk ke Area 2 untuk evakuasi korban. Setelah berhasil segera mundur, jangan terlibat pertempuran berkepanjangan.”
“Mengerti.” Unit Thunder Cloud tidak mempertanyakan keputusan berisiko tinggi yang bisa membuat mereka tewas ini.
