Saat Yu Ming mengemudi kembali ke Kota A, sudah pukul sepuluh malam. Dengan kelelahan, dia pergi ke Tim Kriminal 1. Ji Dong telah menggelar foto-foto yang memenuhi seluruh meja - semua orang yang ditahan polisi kabupaten tetangga di ruas jalan ini. Di antaranya empat bule dewasa dan dua puluh lima warga China dewasa. Di samping foto terdapat fotokopi dokumen valid mereka. Yu Ming menerima air dari Wei Yan, minum sambil mulai melihat: "Apa kalian bertaruh?"
Ji Dong menyalakan rokok: "Taruhan ikan bakar. Aku toh sudah siap untuk tidak membayar. Meskipun kamu mengatakan hal yang sama dengan Wei Yan, aku tetap tidak mengaku. Kamu juga bukan Tuhan."
"Kamu semakin tidak tahu malu." Yu Ming selesai melihat dan menggelengkan kepala: "Tidak ada objek mencurigakan."
“Yu Ming, jangan membodohi saya.” Ji Dong berkata: “Habis pakai lalu dibuang, kau anggap kami ini tisu toilet ya?”
Yu Ming tetap menggeleng: “Dia persiapannya lebih matang dariku, aku tidak menemukan orang mencurigakan di antara mereka.”
“Jangan bercanda.” Ji Dong menyergah: “Mustahil tidak ada di situ. Dalam jarak belasan kilometer ini tidak ada cabang jalan. Mungkin mereka bisa masuk ke gunung, tapi tidak ada kendaraan yang ditinggalkan. Lagipula polisi kami sudah memeriksa dan tidak menemukan jejak mereka masuk ke gunung.”
Yu Ming mengambil spidol dan menggambar garis lurus di papan tulis: “Di tengah ada restoran. Pasukan polisi menjaga jarak di depan dan belakang. Jalan ini arah timur-barat. Laba-laba Baru mengemudi ke barat, lalu ganti kendaraan menuju timur. Setelah melewati restoran, mereka naik ke gunung untuk bersembunyi. Menurut laporan sniper, Laba-laba Baru bergerak ke barat. Pasukan timur yang tiba kemudian mengepung dengan restoran sebagai titik pusat. Investigasi kalian mengabaikan kemungkinan pergantian kendaraan. Untuk menghindari kejutan, pasti mereka naik ke gunung. Tapi gunung di timur restoran, bukan yang di barat seperti yang kalian telusuri. Saat ini mungkin mereka sudah kabur ke ujung dunia.”
Ji Dong merenung sejenak: “Kalau begitu kita harusnya menahan sopir kendaraan cadangan mereka... Mereka punya dua mobil - satu van dan satu mobil X. Kami amankan empat van sejenis dengan plat berbeda. Komplotannya mungkin sopir van itu.”
“Benar, logikanya tepat.” Yu Ming menanggapi: “Tapi kalau kalian sudah mengamankan, orang ini tidak bisa memberikan informasi lebih. Seperti kelinci licik punya tiga lubang, makhluk ini sangat licik. Aku lelah, permisi dulu.”
Seorang detektif mengantar Yu Ming keluar. Ji Dong justru tersenyum: “Dasar bocah, berani main akal-akalan denganku? Targetnya pasti ada di antara mereka.”
Wei Yan bertanya: "Mengapa?"
Ji Dong menjelaskan: "Dia menyangkal keberadaan orang di dalam sambil terus mengawasi foto dan data, jelas berusaha mengingat informasi dengan memori otak."
Benarkah? Memang benar, Yu Ming menemukan kejanggalan pada satu dokumen warga China. Warga Kota A, lulusan luar negeri, pria, 35 tahun. Apa yang tidak biasa Yu Ming temukan? Foto yang tidak sesuai. Dalam foto lulusan luar negeri tersebut mengenakan kemeja yang terlalu rapi. Jarak jalan ini cukup jauh dari kabupaten tetangga dan Kecamatan Mei. Bahkan jika seseorang berganti kemeja yang sudah disetrika di kabupaten tetangga, setelah satu dua jam, jejak lipatan kemeja akan menghilang. Namun saat polisi menahan orang ini dan memotretnya beserta barang bawaan di TKP, kemejanya masih terlihat seperti baru diganti. Ini tidak masuk akal. Melihat profesinya sebagai ahli jaringan yang membuka perusahaan kecil untuk membantu pembangunan dan perawatan situs web, sangat tidak wajar jika orang dengan status seperti ini tidak membawa komputer. Mengenai dua penembak jitu...
Ini adalah domain yang dikuasai Yu Ming. Dari satu kali kontak, Yu Ming menyimpulkan stamina Laba-laba Baru lebih rendah darinya dan bukan figur bertipe petarung. Jalur masuk gunung tanpa meninggalkan jejak memiliki tingkat kesulitan yang tinggi bagi Laba-laba Baru, dia tidak akan memilih opsi ini. Sedangkan dua penembak jitu itu memiliki kemungkinan untuk lolos dari kejaran anjing pelacak. Mendeteksi Laba-laba Baru hanyalah target sementara, tujuan akhirnya adalah Yu Ming ingin mengekspos Iblis Laba-laba. Dari sudut pandang pribadi: "Menerima kebaikan tanpa membalas adalah tidak sopan. Kau memanfaatkanku, aku pun tak akan segan." Dari perspektif yang lebih personal: Data Iblis Laba-laba sangat diinginkan Feiya dengan harga tinggi, tak ada yang menolak uang lebih. Dari sudut moral publik, upaya Yu Ming menghantam Iblis Laba-laba adalah bentuk kompetisi menjadi warga kota teladan.
Namun Yu Ming tetap memantau delegasi Du Xiao Ying. Saat ini dia dan Ye Zhan menghadapi masalah terbesar: Mengapa ada yang tertarik pada Du Xiao Ying? Mungkin semua jawaban akan terungkap setelah menemukan Iblis Laba-laba.
Orang yang diduga sebagai Laba-laba Baru bernama Xiao Shubai, status lajang, tinggal di apartemen lajang di proyek properti yang mahal. Orang biasa yang mendirikan perusahaan kecil sendiri dengan pendapatan cukup baik namun pengeluaran juga relatif besar, hidupnya cukup nyaman. Yu Ming pergi ke Tim Kriminal 1 mencari Li Fu. Li Fu membantu mengoperasikan ponselnya dengan memasang beberapa perangkat lunak. Yu Ming kembali ke asrama, lalu mengaktifkan perangkat lunak tersebut dan diam-diam meninggalkan asrama. Manusia memiliki sifat malas, semakin canggih teknologinya, ketergantungan pada teknologi semakin kuat. Namun inilah alasan berkembangnya masyarakat. Terbiasa menggunakan ponsel pintar tidak nyaman dengan ponsel biasa, terbiasa ponsel biasa tidak suka telepon analog, terbiasa telepon analog tidak suka pager...
Ketika Iblis Laba-laba dan Laba-laba Hitam bisa menggunakan pintu belakang, mereka tidak akan lagi memanfaatkan metode pengawasan manual yang primitif. Yu Ming memanfaatkan takhayul pihak lawan terhadap teknologi dengan membuat jebakan. Jika Laba-laba Hitam menggunakan pintu belakang untuk menelusuri, akan ditemukan bahwa telepon satelit Yu Ming berada di rumah. Jika menelepon Yu Ming, dia bisa menyambungkan dari jarak jauh. Namun untuk menghindari pintu belakang yang terlalu kuat, Yu Ming mengatur percakapan 40 menit dengan Li Fu. Saat ada yang menelepon ponsel Yu Ming, akan terdengar sibuk. Jika disadap, akan mendengar percakapan Yu Ming dan Li Fu. Sedangkan Yu Ming menggunakan cara paling tradisional: membawa kamera DSLR dan komputer dengan DV eksternal, mengintai di apartemen lajang seberang tempat tinggal Laba-laba Baru. Bukan di dalam kamar apartemen, tapi di ruang listrik lantai apartemen ini. Meski ruangannya kecil, bisa melihat target dari jarak 100 meter dengan jelas.
Pukul 21.30 malam, Laba-laba Baru pulang ke rumah. Pukul 23.00, Laba-laba Baru menutup gorden, tapi lampu di dalam masih menyala. Yu Ming menyamping, mengarahkan kamera ke pintu masuk apartemen lajang. Setiap orang yang masuk difoto, tapi hanya gambar profil dengan posisi yang kurang ideal. Yu Ming mengoperasikan komputer - peralatan penyelundupan yang dibeli Du Qingqing dengan mengorbankan darah dan keringat - kamera inframerah. Setelah mengarahkannya ke kamar Laba-laba Baru, segera terlihat di layar komputer sosok yang sedang duduk di sofa dengan postur seperti sedang mengoperasikan komputer.
Yu Ming memasang papan kayu dan bersandar di atasnya sambil memeluk komputer menunggu dengan sabar. Ini tidak terlalu melelahkan. Di masa awal Perusahaan Bintang, tanpa peralatan dan teknologi, Yu Ming pernah jongkok di dekat tong sampah sambil memegang kamera semalaman. Dari 360 bidang pekerjaan, tak ada satu pun yang mudah.
Pukul 03.00 dini hari, mata Yu Ming yang setengah tertutup tiba-tiba terbuka. Laba-laba Baru yang sebelumnya tidur di ranjang bangun dan berjalan ke pintu. Dua sosok berpendar panas muncul. Yu Ming menelepon: "Hei Zai, serang!"
Hei Zai adalah mantan narapidana yang sudah bertobat, sering membantu Perusahaan Bintang mengerjakan pekerjaan sampingan. Saat ini bekerja di Perusahaan Cabang Bintang yang sudah dibeli, menjabat sebagai supervisor kecil. Ketika Yu Ming meminta bantuan, dia langsung setuju tanpa banyak tanya dengan sikap ksatria.
Tugas Hei Zai adalah memeriksa kamar. Di lantai yang sama dengan Laba-laba Baru ada tiga kamar. Hei Zai mengetuk kamar pertama terlebih dahulu. Bersama anggota preman yang mengenakan seragam polisi, saat pemilik kamar membuka pintu, si preman menunjukkan dokumen sambil berbisik: "Harap bekerja sama."
"Pemilik rumah mengarah ke luar melalui pintu pengaman, setidaknya lima orang dari unit Thunder Cloud bersandar di posisi tangga." Pemilik rumah mengangguk, Hei Zai membuat kode tutup mulut, memasuki rumah pemilik, berjalan beberapa kali dengan santai, lalu berjabat tangan dan mengucapkan selamat tinggal: "Jangan membuka pintu untuk orang asing."
Pemilik rumah mengangguk, mengunci pintu dan kembali. Istri dengan wajah semrawut bertanya: "Ada hal apa?"
"Apakah polisi sedang menangkap buronan?" Pemilik rumah berbisik.
Situasi ini telah disadari oleh Laba-laba Baru. Dia memasang monitor di atas pintu. Hei Zai mulai memeriksa kamar kedua, akan diselesaikan dalam tiga menit. Hei Zai mulai kamar ketiga, Laba-laba Baru membuka pintu. Anggota preman tetap menunjukkan dokumen. Laba-laba Baru saling pandang dan mensyaratkan pemeriksaan dokumen secara serius. Anggota preman menyerahkan dokumen melalui celah pintu. Setelah memeriksa, tidak ada kesalahan, dokumen asli, foto juga valid. Dalam hatinya ada keraguan, tapi merasa seharusnya bukan menargetkan dirinya. Setelah ragu sejenak, dia membuka pintu. Melihat ke luar, lima anggota unit Thunder Cloud tetap tidak bergerak.
"Anggota preman dan Hei Zai masuk ke dalam, tangan di atas sarung pistol. Mereka terlihat cukup profesional. Laba-laba Baru agak geli, jika dalam situasi normal, dia pasti langsung mengenali anggota preman itu sebagai polisi, karena penampilannya terlalu khas polisi. Oh, tebakannya benar, dokumennya juga valid. Ternyata anggota preman ini memang mantan polisi. Bukan polisi aktif, melainkan yang dipecat beberapa bulan lalu karena pelanggaran disiplin. Sebelumnya dia melaporkan kehilangan dokumen, lalu menemukannya kembali dan tidak melapor. Tak disangka hari ini ada yang memanfaatkan celah ini untuk merekrutnya sebagai pekerja lepas. Dia sangat akrab dengan Hei Zai - pernah menangkap Hei Zai, lalu menggunakan Hei Zai untuk menyelidiki kasus, jadi cukup percaya pada Hei Zai."
Seorang bule berusia sekitar 60 tahun mengenakan piyama keluar dari kamar. Hei Zai dan anggota preman terpaku. Hei Zai bertanya: "Dia siapa?"
"Klien saya, Tuan Mister, orang Jerman." Laba-laba Baru menjelaskan pada Mister: "Polisi sedang memeriksa kamar."
Mister menggelengkan kepala, bergumam dalam bahasa Jerman, kemudian kembali ke kamar dan menyerahkan dokumen. Laba-laba Baru mengawasi anggota preman itu. Tak disangka, anggota preman hanya sekilas melihat paspor lalu mengangguk. Hei Zai berkata: "Kunci pintu dan jendela, jangan buka untuk orang asing." Setelah mengatakan itu, mereka pergi.
Apakah Tuan Mister ini adalah Iblis Laba-laba? Bukan, dia bukan. Saat Xiao Hei membawa orang naik dan menimbulkan gejolak, seseorang di luar pintu masuk, sedangkan orang di dalam segera bersembunyi. Di sini Laba-laba Baru memiliki tempat persembunyian yang sangat baik, yaitu kamar mandi. Secara visual kamar mandi terlihat biasa, namun ada satu dinding palsu yang dibuat menggunakan ilusi visual dari keseragaman kontras warna kamar mandi. Kecuali Anda meraba dinding, mustahil melihat ada orang bersembunyi di balik wallpaper. Tapi ini tak bisa menghalangi Detektor inframerah.
Xiao Hei berakting dengan sempurna. Tak lama, teriakan dan suara perkelahian terdengar dari lantai atas. Laba-laba Baru membuka pintu kayu sedikit, mendengarkan sejenak lalu menutup sambil berkata: "Aman, mereka sudah menangkap orangnya." Cheng Pengchang bukan hanya aktor, tapi juga sutradara. Apartemen lajang tidak akan dihuni polisi - polisi muda biasa tak mampu tinggal di apartemen lajang, sedangkan polisi senior yang punya jabatan sudah memiliki rumah dan keluarga sendiri.
Dalam hati Yu Ming curiga: Apakah Iblis Laba-laba hanya segini kemampuannya? Ataukah ini keberuntungannya semata?
