Pintu toilet terbuka, telapak tangan pucat muncul dari kegelapan. Semua terdiam seribu bahasa, jantung berdebar kencang bagai jangkrik membeku.
Saat itu Yang Jian sama sekali tak menyangka Fang Jing, teman sekelasnya, tiba-tiba menjadi gila menggenggamnya dan mendorongnya ke arah Hantu tersebut.
“Fang Jing, kau ingin membunuhku?”
Yang Jian menggeretakkan gigi. Begitu menyadari sesuatu tak beres, dia langsung bereaksi cepat dan mencengkeram lengan Fang Jing.
Langkah mereka terhenti, membuat postur kedua pria itu terhentak.
"Selama kau tidak mati Yang Jian, aku takkan tenang seumur hidup. Kau pikir omonganku sebelumnya hanya gurauan? Kau masih terlalu naif. Kau tahu aku sudah mengeluarkan ancaman tapi tetap tak waspada. Tapi ini memang sesuai prediksiku. Lagi pula kau masih murid yang tak paham apa-apa tentang kejamnya keadaan ini. Hari ini akan kuajarimu pelajaran berharga."
Fang Jing berteriak sambil menoleh: "Ayo bantu! Kita wajib dorong dia untuk mengorbankan diri menahan hantu di toilet ini. Jika hantu itu keluar, kalian semua binasa. Satu nyawa harus dikorbankan - tak ada cara lain!"
Retorika "pengorbanan untuk kebaikan bersama" ternyata efektif. Di bawah ancaman hantu gentayangan, manusia dengan alasan "terpaksa" bisa melakukan apapun untuk bertahan hidup.
Tiga teman pria langsung berlari ketakutan dan mencengkeram Yang Jian.
Dorongan empat orang sekaligus mustahil ditahan siapapun.
Seketika tubuh Yang Jian terlempar mundur, terdorong hingga ke ambang pintu toilet.
Tiba-tiba telapak tangan pucat dari kegelapan mencengkeram bahunya. Jari-jari kaku nan dingin itu mencekiknya erat.
Kekuatan mengerikan menarik tubuh Yang Jian masuk ke dalam kegelapan toilet yang pekat.
“Yang Jian, masuk sekarang! Kali ini kau pasti mati. Belajarlah lebih pintar di kehidupan selanjutnya!” Fang Jing membenturkan tubuhnya dengan kasar sambil berteriak keras.
Kemarahan dan keputusasaan membanjiri Yang Jian. Ia sudah merasakan seluruh bahunya kehilangan sensasi, seolah telah diremukkan oleh tangan pucat membeku itu. Hawa dingin menusuk tulang menyelimuti seluruh tubuhnya, darah di dalam pembuluh seakan membeku pada detik itu.
“Dasar kalian sampah masyarakat! Kita satu sekolah tapi tega ingin membunuhku? Kalau begini, kalian juga jangan harap selamat. Jika harus mati, aku akan menjadikan beberapa dari kalian sebagai bantalannya!”
Usai mengucapkan itu, ia berhenti melawan. Telapak tangannya menggenggam erat lengan dua teman sekelasnya.
Gaya tarik-ulur mengerikan dari belakang terus menarik mereka maju seperti boneka.
Fang Jing yang mulai menyadari keanehan situasi segera mundur, menghindari cengkraman Yang Jian.
“Tidak, jangan! Lepaskan aku! Yang Jian, lepaskan!”
“Kumohon, aku tak mau mati! Jangan tangkap aku, tangkap yang lain saja!”
Dua siswa yang terjebak dalam genggaman itu menjerit ketakutan, suara menangis pecah dalam permohonan ampun.
Merasa ajal sudah di depan mata, Yang Jian justru tak lagi takut. Di tengah kegelapan yang menyelimutinya, suaranya terdengar membeku: “Berhenti merengek. Kalian yang ingin membunuhku, maka kalian akan mati bersamaku. Fang Jing, jangan senang dulu. Jika aku mati dan menjadi hantu, aku pasti akan memburumu...”
“Braak～!”
Lengan pucat itu menyusut kembali ke dalam kegelapan. Pintu gerbang toilet tertutup seketika.
"Yang Jian, bersama dua teman sekelas yang memfitnahnya, menghilang di depan mata."
Pintu gerbang tertutup rapat, tak ada lagi gerakan.
Melihat pemandangan ini, Fang Jing akhirnya menghela napas lega, memaksakan senyum tipis di wajahnya yang masih ketakutan.
"Yang Jian, kau akhirnya tamat."
"Fang Jing, kau... kau benar-benar membunuh Yang Jian dan mereka..." kata orang lain di sebelahnya dengan gemetar.
Wajah Fang Jing berkerut menyeramkan: "Diam! Tanpa aku tadi, semua akan mati oleh hantu itu. Jangan berdiri terpaku di sini! Ikuti aku jika ingin hidup. Mereka bertiga tidak bisa menahan lama. Begitu hantu itu membunuh mereka, ia akan keluar lagi dan kita yang berikutnya mati."
Setelah berkata demikian, tanpa basa-basi ia berbalik dan naik ke atas.
"Fang Jing, kenapa harus kembali?"
"Terus turun berarti bunuh diri. Siapa tahu ada apa lagi di bawah. Kembali mungkin bisa ketemu Zhou Zheng. Jika dia belum mati, mungkin bisa menyelamatkan kita," jawab Fang Jing.
Hatinya dipenuhi ketakutan luar biasa.
Karena di wilayah hantu, semakin banyak orang mati semakin mengerikan. Waktu untuk menyelamatkan diri benar-benar tinggal sedikit.
Dingin, gelap, disertai bunyi tetesan air "tik-tok" seperti keran yang tidak ditutup rapat.
Yang Jian dan dua teman sekelasnya diseret tangan pucat mayat masuk ke toilet tanpa secercah cahaya ini.
"Keluar! Cepat pergi dari sini!"
Duan Peng dan Zheng Fei melepaskan diri dari Yang Jian, panik meraba-raba dinding sambil berusaha membuka pintu untuk kabur.
Dinding yang lembap dan kusam penuh lubang, mengeluarkan aroma membusuk.
Toilet seluas ini, dalam kondisi normal bahkan dengan mata tertutup pun bisa meraba pintu keluar. Tapi kedua orang ini meraba-raba ke segala arah, yang terlihat hanya dinding ini.
Sebelah kiri dinding, sebelah kanan juga dinding... Sebuah dinding tak berujung menghalangi mereka.
Pintu... menghilang...
"Pintu, mana pintunya? Pintu gerbang di mana? Barusan masih di sini. Zheng Fei, kau sudah menemukannya?" Duan Peng berkata dengan suara gemetar penuh tangisan.
"Di sini juga tidak ada," jawab Zheng Fei dengan nada ketakutan.
Dengan gila mereka meraba tembok, telapak tangan menyisir setiap jengkal ruang untuk mencari pintu toilet yang familiar.
Tapi tak peduli bagaimana mereka meraba, hanya ada dinding kusam dan dingin yang tak kunjung menunjukkan pintu keluar.
Atau mungkin, pintu itu sama sekali tidak pernah ada di sini.
Saat mereka mencari pintu keluar, kondisi Yang Jian semakin memburuk.
Dia bisa merasakan cengkeraman telapak tangan dingin di bahunya. Mulai dari hanya bahu yang mati rasa, kini seluruh lengannya tak berdaya. Semakin lama, area yang tak berfungsi makin meluas... Jika menyebar ke seluruh tubuh, Yang Jian yakin dirinya akan menjadi mayat beku.
Seluruh tubuhnya berkeringat dingin. Dengan sekuat tenaga dia berusaha melepaskan diri.
Tidak ada gunanya, bagian yang ditangkap itu seolah-olah dipakukan dengan paku besi, tetap tak bergerak.
Berbagai cara berjuang telah dicoba, tetap tidak membuahkan hasil.
"Mungkinkah aku akan mati di sini?" Hanya pemikiran ini yang mengisi otaknya saat ini.
Akhirnya, mungkin telah menerima takdir.
Justru tidak ada ketakutan di hatinya, hanya berpikir bahwa bagaimanapun dirinya akan mati, lebih baik menelepon keluarga dan meninggalkan pesan terakhir sebelum kematian.
Sudut bibir Yang Jian menyungging senyum getir, menahan dingin dan mati rasa di seluruh tubuhnya, meraba ponsel, mencoba menelepon keluarganya.
Tapi saat membuka ponsel, layar berkedip, menampilkan gambaran kisah forum yang sebelumnya dia lihat.
Kisah langsung menuju halaman terakhir.
Di forum terdapat file audio.
Yang Jian tiba-tiba melihat file audio itu tertegun, teringat suara ketukan pintu orang tua yang sebelumnya berdiri di luar kelas.
"Tunggu, jika suara ketukan pintu orang tua itu benar-benar digunakan untuk membunuh, maka suara ini seharusnya tidak hanya efektif untuk manusia, tapi juga untuk Hantu. Zhou Zheng pernah berkata, hanya Hantu yang bisa melawan Hantu."
Begitu memikirkan ini, matanya tiba-tiba berbinar, muncul secercah harapan untuk bertahan hidup.
Tanpa ragu, Yang Jian yang masih bisa menggerakkan lengan satunya langsung membuka file audio itu.
"Brak, brak brak～!"
Suara ketukan pintu berat kembali bergema di tengah kegelapan.
Tapi sesuatu yang tak terduga terjadi.
Telapak tangan pucat yang menggenggam bahu Yang Jian seolah tersiram air panas, langsung ditarik kembali dan menghilang dalam kegelapan.
Rasa dingin dan kaku dengan cepat menghilang dari tubuhnya.
