Fang Jing memang belum pergi dari sekolah ini.
Tapi dia juga kehilangan arah. Meski berhasil kabur dari gedung fakultas yang mengerikan berkat bantuan Zhou Zheng, tetap saja terperangkap di sini.
Bahkan untuk menghindari orang tua itu, mereka lari tanpa arah masuk ke hutan kecil di luar lapangan sekolah.
Ini cuma area penghijauan sekolah, luasnya tidak seberapa.
Tapi di bawah selimut kegelapan, puluhan pohon di sini bagai hutan purba tak berujung yang mengurung Fang Jing dan beberapa siswa tersisa. Tak peduli ke mana mereka berjalan, tetap terperangkap dalam hutan ini.
“Terkutuk, mengapa, mengapa, mengapa hantu tua itu terus mengikutiku? Bukannya seharusnya dia mencari Yang Jian?” Wajah Fang Jing yang panik dipenuhi keringat dingin bercucuran: “Pasti Yang Jian sudah mati, dia mati, jadi hantu tua ini memilihku sebagai target. Pasti begitu.”
“Masa depan telah berubah, jadi sekarang aku menggantikan Yang Jian sebagai target hantu tua itu.”
“Tapi aku bukan Yang Jian, bagaimana aku tahu cara bertahan hidup dari cengkeraman hantu tua ini?”
Fang Jing kini diliputi penyesalan mendalam. Andai saja dia berpura-pura baik dengan Yang Jian tadi, membiarkannya maju ke garis depan sambil bersembunyi di belakang.
Terlalu terburu-buru, sampai lupa bahwa saat ini Yang Jian bukan musuh terbesar, melainkan orang tua itulah yang paling mengerikan.
“Fang... Fang Jing, kau dengar? Langkah kaki itu datang lagi.” Tiba-tiba seseorang di sebelahnya berkata dengan suara gemetar penuh ketakutan.
“Kenapa secepat ini? Seharusnya satu orang bisa menahan hantu gentayangan selama beberapa menit.” Fang Jing menengadah keras, lalu mengeratkan gigi sambil melirik beberapa orang di sampingnya.
Beberapa teman sekelas yang tersisa menghindarinya seperti menghindari hantu jahat.
Sejak mendorong Yang Jian ke toilet, Fang Jing telah meninggalkan Zhao Qiang, Wan Feng, He Qiuyan... Lebih dari selusin teman sekelas dibuangnya dengan berbagai strategi untuk mengorbankan nyawa mereka sebagai umpan bagi hantu gentayangan di belakang.
Beberapa yang mencoba melarikan diri dari kendalinya akhirnya menghilang dalam kegelapan dan tak pernah terlihat lagi.
"Sekarang di sekitar hanya tersisa lima enam orang sekelas."
Mereka bukan tidak ingin kabur, tapi takut melakukannya. Mengikuti Fang Jing setidaknya bisa bertahan sampai sekarang, yang pergi sebelumnya mungkin sudah mati.
Fang Jing saat ini, dengan mengandalkan sedikit pengetahuan yang dimilikinya, telah menjadi tiran di antara kelompok ini, menimbulkan ketakutan.
"Sialan, orang-orang ini sudah pintar, tidak mau lagi kutinggal sebagai tameng belakang. Jika memaksa orang lain, mungkin mereka akan langsung kabur." Fang Jing merasakan kewaspadaan dan permusuhan dari yang lain, dalam hati memaki.
"Cepat pergi."
Dia tidak memaksa orang lain lagi, melanjutkan pelariannya di hutan yang gelap tanpa cahaya.
Tapi tepat saat itu, ponsel di tangan Fang Jing tiba-tiba berdering.
Nomor yang muncul adalah telepon dari Zhang Wei.
Fang Jing ragu sejenak, akhirnya memutuskan menerima.
Zhang Wei dan yang lain sebelumnya terpisah, mungkin ada perkembangan di sana sehingga menghubunginya.
"Fang Jing, ini aku, Yang Jian." Suara Yang Jian terdengar dari ponsel.
"Ah~!"
Fang Jing nyaris melompat ketakutan, ponsel hampir terlempar dari genggamannya.
"Kau... bukannya kau sudah mati? Kau ini manusia atau hantu?"
"Berkat dirimu, aku belum mati." Suara Yang Jian di telepon terdengar dingin.
Wajah Fang Jing berubah-ubah. Dia sendiri yang mendorong Yang Jian ke toilet berhantu itu, tapi ternyata tidak mati. Bagi orang biasa mustahil bertahan, bagaimana caranya?
"Untuk apa kau menelponku sekarang?" Dia memaksa diri tenang lalu bertanya.
Yang Jian berkata: "Ingin menyelamatkan nyawamu? Ingin keluar dari sekolah dengan selamat?"
"Kau punya cara?" Fang Jing tiba-tiba terlihat bersemangat.
"Aku sudah menjadi pengendali hantu, menurutmu aku punya cara atau tidak?" kata Yang Jian.
Fang Jing berkata: "Bagus sekali! Cepat selamatkan aku dari sini!"
"Heh."
Tawa Yang Jian terdengar mengejek.
"Kejadian sebelumnya bukan kesengajaan, aku juga demi menyelamatkan nyawa. Kita sekelas, salah paham apa yang tidak bisa diselesaikan? Asal kau bawa aku keluar dari sini, aku mau menerima apapun permintaanmu. Paling-paling kubiarkan kau memukulku gratis!" Fang Jing menggenggam ponselnya dengan panik.
Yang Jian berkata: "Jangan bicara omong kosong. Kalau ingin kubawa keluar, tunjukkan sesuatu yang memuaskanku. Jika tidak, bersiaplah terperangkap di sini selamanya."
"Lalu... lalu apa yang kau inginkan?"
"Aku bertemu Zhou Zheng tadi. Dia bilang kau aneh. Aku ingin tahu apa maksudnya. Dan di kelas tadi, ada yang bilang kau tahu masa depan. Benarkah ini?" tanya Yang Jian.
"Benar! Aku memang tahu masa depan. Di tubuhku ada informasi dari masa depan, semua kejadian yang akan terjadi bisa kuketahui."
Fang Jing berkata: "Bawa aku keluar dari sini, maka akan kuceritakan semua peristiwa masa depan. Sebagai pengendali hantu, umurmu tak akan lama. Aku punya metode untuk membuatmu bertahan hidup. Dengan metode ini, bukan hanya bisa menguasai kekuatan hantu jahat, tapi juga tak perlu khawatir tubuhmu akan dikuasai hantu. Ini metode hasil penelitian Pusat Penelitian Internasional, masih dalam tahap eksperimen rahasia. Baru tiga bulan lagi akan disebarluaskan."
"Dengan informasiku, kau bisa selangkah lebih cepat dari pengendali hantu lain. Prestasi di masa depan akan lebih gemilang."
“Kau menipu saya, Zhou Zheng mengatakan tidak ada yang bisa datang dari masa depan, dia juga menyebut lembaga penelitian pernah melakukan eksperimen semacam ini, para penjelajah waktu itu sama sekali tidak eksis.” Yang Jian melanjutkan.
Fang Jing yang mendengar langkah kaki semakin mendekat di belakangnya merasa gemetar, berlari lebih kencang sambil terengah-engah: “Saya tidak punya memori masa depan, semua informasi yang saya tahu berasal dari selembar kertas kulit domba, itu dikirim oleh diri saya di masa depan melalui metode tertentu, informasinya tercatat di kertas itu, kontennya ditulis oleh diriku sepuluh tahun kemudian. Yang Jian, selamatkan aku! Jika aku mati, kau tidak akan mendapat informasi apa-apa.”
Kertas kulit domba yang mencatat informasi masa depan?
Ekspresi Yang Jian yang sedang menelepon berubah.
Jika manusia tidak bisa kembali dari masa depan ke masa kini, mungkin benda mati masih memungkinkan.
Ada kemungkinan keberadaan seperti itu.
“Saya ingin kertas kulit domba itu.” Yang Jian segera membuka mulut.
“Tidak, benda itu tidak bisa saya berikan, itu milik saya.” Fang Jing menolak dengan sikap keras.
“Kau tidak punya pilihan. Makhluk di belakangmu sudah semakin dekat. Kau tidak akan hidup lama lagi. Apa gunanya tahu masa depan? Jika mati, pengetahuan sebanyak apa pun jadi tak berguna.” Kata Yang Jian.
Fang Jing mulai ragu.
Tapi situasi saat ini tidak memberinya waktu untuk merenung, karena langkah kaki di belakang semakin dekat.
“Baik, saya berikan, saya berikan padamu!”
Fang Jing terengah-engah tak sanggup berlari lagi. Sekitar gelap gulita, ponselnya menyinari area dan menemukan mereka masih di hutan.
Sama sekali tidak bisa keluar.
Dia tidak ingin mati, terpaksa mengalah.
“Tapi Yang Jian, meskipun saya berikan benda ini, bagaimana saya yakin kau bisa menyelamatkan saya?” Fang Jing yang meskipun takut mati, tetap menyisakan banyak akal.
"Hantu yang mengikutimu di belakang, aku bisa mengajarimu cara melepaskannya. Tapi kau hanya punya satu kesempatan. Jika kau terus bermain kelicikan, aku akan menolak transaksi ini tanpa ragu," kata Yang Jian.
"Baik, apa yang harus kulakukan?" tanya Fang Jing.
"Belok ke kiri," jawab Yang Jian.
Fang Jing mengatupkan giginya dan segera mengubah arah, berlari ke sisi kiri.
"Sekarang belok kanan," lanjut Yang Jian.
Fang Jing menuruti. Tiba-tiba rasa euforia menyergap hatinya.
Langkah kaki di belakangnya perlahan mulai terlepas. Dirinya semakin menjauh dari Hantu itu.
Berhasil.
Ternyata Yang Jian benar-benar mampu menyelamatkannya.
"Serahkan barangnya," desak Yang Jian.
Tatapan Fang Jing berkelip-kelip, "Bagaimana jika kuberikan sekarang tapi kau tak mau menyelamatkanku? Bawalah aku keluar dari sini. Begitu kita meninggalkan sekolah, akan kuserahkan."
"Kalau begitu transaksi gagal? Hati-hatilah, benda itu mulai mendekat lagi," kata Yang Jian.
Tut-tut... Sambungan telepon terputus.
Bersamaan dengan itu, derap langkah kaki kembali bergema di belakang Fang Jing. Seluruh tubuhnya gemetar.
Matanya liar menyapu sekeliling.
Entah sejak kapan, semua teman sekelasnya telah menghilang. Hanya dirinya yang tersisa.
