Sebelum senter dimatikan, Yang Jian sudah melihat di luar toko pakaian berdiri orang-orang dengan wajah pucat dan seluruh tubuhnya mengeluarkan aroma membusuk.
Mereka adalah kelompok yang sebelumnya mengepung Bos Tang, Master Luo, dan Manajer Li.
Sebelumnya menghilang, tak disangka sekarang muncul semua.
Jumlah mereka sudah sepenuhnya menghalangi jalan keluar. Bahkan jika ingin kabur sekarang, orang normal mustahil melakukannya.
Di tempat sempit dan padat seperti ini, tak ada yang bisa menjamin diri tidak diserang.
"Ini... sebanyak ini? Sudah melebihi kapasitasku. Cepat, cepat berbaring! Kita pergi dari sini!" Yan Li panik melihat pemandangan ini.
"Jangan! Jangan berbaring. Ada yang tidak beres." Ekspresi Yang Jian berubah. Ia buru-buru menyalakan lampu ponsel.
"Di bawah penerangan, tujuh delapan orang telah masuk ke dalam toko pakaian, dan terus berdatangan. Meskipun langkah mereka lambat, dalam waktu kurang dari satu menit mereka akan sampai di hadapan kami, mengurung kami berlapis-lapis dari segala penjuru."
Yan Li bertanya: "Mengapa? Bukankah jika kita berbaring mereka tidak akan menyerang?"
"Itu sebelumnya. Tapi sekarang berbeda. Sebelumnya yang kita lihat bukan Hantu sejati, jadi mereka mengikuti pola serangan tetap. Saat seseorang berbaring dan mereka kehilangan target, mereka berhenti bergerak lalu segera pergi sampai muncul kembali next time."
"Tapi lihat sekarang - kita tidak membelakangi mereka, tapi para Hantu ini tetap datang. Apa maksudmu ini tidak kamu pahami?"
"Apa yang ingin kau katakan?" Keringat dingin mengucur di alis Yan Li.
Yang Jian menyapu pandangannya: "Hantu sejati ada di tengah kerumunan ini, bukan model palsu yang kau pegang ini. Model palsu ini menurutku hanya tubuh pertama Hantu ini. Setelah itu pasti berganti tubuh lagi - mayat di ruang ganti di belakang kita adalah bukti terbaik. Jika Hantu benar-benar model palsu yang kau pegang ini..."
"...maka setelah kau mengendalikan kekuatan Hantu, tidak mungkin mayat-mayat ini masih bisa bergerak."
"Baru sekarang kau bicara?!"
Yan Li menyipitkan matanya, buru-buru menarik kembali tangannya dan menghentikan penggunaan kekuatan hantu gentayangan.
Model palsu setinggi dua meter yang telah jenuh oleh darah itu langsung kehilangan kemampuan bergerak. Seketika tubuhnya ambruk ke lantai, pecah berkeping-keping, dan tak bergerak lagi.
Dugaan Yang Jian terbukti benar.
Manekin palsu yang khusus ini memang bukan hantu sejati.
Namun saat ini, sekelompok orang dengan aroma busuk telah tiba di depan, wajah pucat dan dingin mereka tanpa ekspresi, hanya keheningan kematian yang mengerikan, seperti mayat berjalan namun lebih menakutkan.
Karena di antara kerumunan ini tersembunyi seorang hantu sejati.
"Hancur, hancur, kita pasti mati. Kita dikelabui hantu ini. Toko pakaian ini adalah jebakan. Manekin palsu yang mencolok ini hanyalah umpan untuk memancing kita masuk perangkap." Yan Li saat ini wajahnya pucat pasi, menunjukkan keputusasaan.
Sekalipun dia Pengendali Hantu, mustahil menerobos keluar dengan kekuatan hantu gentayangan. Di tengah jalan dia bisa mati karena kebangkitan hantu gentayangan, atau dibunuh hantu di sini.
Maju mundur sama-sama jalan buntu.
"Jangan bicara sembarangan! Kita belum mati kok sudah pesimis. Ikut aku, selama perjalanan jangan gunakan kekuatan hantu gentayangan!" Yang Jian menggigit gigi, meraih Yan Li.
Tubuhnya memancarkan semburat cahaya merah.
Lima Mata Hantu terbuka bersamaan.
Cahaya merah menyelimuti area tiga empat meter di sekitarnya, menutupi Yan Li yang di sampingnya.
Wilayah Hantu miliknya mulai terbentang.
Dalam situasi ini tidak menggunakan Wilayah Hantu berarti bunuh diri. Mustahil menerobos keluar, baik bagi Yan Li maupun dirinya sendiri.
Di bawah selimut cahaya merah, seolah terpisah dari dunia nyata.
Hantu yang mendekat kini justru menembus tubuh mereka berdua tanpa menyentuh fisik.
Krisis untuk sementara teratasi.
“Ini... Wilayah Hantu? Bagaimana mungkin, kemampuanmu ternyata Wilayah Hantu.”
Yan Li memandangi Yang Jian di sebelahnya dengan ekspresi yang bahkan lebih terkejut daripada melihat hantu.
“Apa Wilayah Hantu sangat khusus?” tanya Yang Jian sambil menatapnya.
“Bukan hanya khusus, ini sangat langka! Hantu yang memiliki Wilayah Hantu biasanya sangat mengerikan. Pengendali Hantu sama sekali tak bisa mengendalikannya. Jika dipaksa, mereka akan langsung mati karena Hantu Gentayangan dibangkitkan.” Yan Li masih memandangi Yang Jian dengan tatapan penuh kengerian.
Selain itu, kemampuan Wilayah Hantu selalu didefinisikan sebagai entitas tak terpecahkan di mata Pengendali Hantu.
Begitu memasuki Wilayah Hantu, berarti jalan mundur telah diputus - kecuali kita bisa mengurung hantu di dalam wilayah tersebut.
Tapi, mungkinkah?
Sama sekali tidak mungkin! Hantu Gentayangan yang memiliki Wilayah Hantu kebanyakan berlevel Bencana-A. Level ini ditambah dengan Wilayah Hantu, bisa membuat semua Pengendali Hantu di dunia merasa putus asa.
Dengan wajah serius Yang Jian berkata: “Sekarang bukan waktunya bahas ini. Kita hanya punya tiga menit. Dalam waktu itu kita harus temukan hantu sejati di antara mayat-mayat ini dan mengurungnya di kotak emasmu. Jika tidak, kita harus kabur.”
Batas maksimalnya lima menit, tapi untuk berjaga-jaga, ia menyisakan dua menit terakhir untuk melarikan diri.
“Kalau punya Wilayah Hantu memang bisa kabur kapan saja...” gumam Yan Li dengan nada gembira, jelas memahami sedikit kemampuan Wilayah Hantu.
Entitas tak terpecahkan seperti ini pasti dipelajari sedikit-sedikit oleh para Pengendali Hantu.
Namun saat melihat tangan dan kepala Yang Jian... tumbuh mata-mata aneh dan merah darah, raut wajahnya yang baru saja dipenuhi sedikit sukacita langsung membeku.
Mata-mata ini hanya berputar sembarangan, menatap Yan Li beberapa kali, membuat hatinya merinding.
Yan Li bisa merasakan bahwa begitu hantu dalam tubuh Yang Jian bangkit, ini akan memicu bencana mengerikan.
"Mulai beraksi."
Ponsel di tangan Yang Jian sudah mulai menghitung waktu. Dia membawa Yan Li menembus lapisan mayat yang menghalangi, sampai di tengah kerumunan ini.
Dibawah selimut cahaya merah, mereka berdua dan sekumpulan hantu ini tidak bersentuhan langsung.
Mungkin karena mereka berada di dalam Wilayah Hantu, hantu itu kehilangan target.
Saat ini semua mayat diam tak bergerak.
Mereka berdiri kaku di dalam toko pakaian.
Yang Jian dan Yan Li mulai memindai setiap mayat dengan ganas, menilai mana yang mungkin hantu sejati.
"Hantu itu pasti ada di sini. Harus ditemukan dalam tiga menit, atau aksi ini sia-sia," batin Yang Jian sambil merencanakan.
Sudah menggunakan Wilayah Hantu, jangan sia-siakan kesempatan ini.
Tapi siapa sebenarnya hantu yang sejati di antara mereka ini?
Mayat perempuan yang sangat membusuk?
Atau pria yang kepalanya sudah diganti?
Atau jasad Liu Qiang?
Atau mayat pria yang memakai tubuh Wei Xiaohong?
……
Semua mungkin.
“Tidak, tidak bisa mengandalkan tebakan. Dengan banyaknya mayat, menebak tidak ada gunanya. Yan Li terlalu sering menggunakan kekuatan hantu gentayangan. Jika dia memaksakan kemampuannya, pasti akan mati karena hantu gentayangan dibangkitkan.” Untuk memastikan, Yang Jian bertanya: “Yan Li, berapa kali lagi kau bisa menggunakan kekuatan hantu gentayangan?”
“Batas maksimumku hampir tercapai. Dalam kondisi sekarang, paling banyak tiga kali. Setelah itu, aku... mungkin akan mati.” Jawab Yan Li.
Dia tidak yakin.
Karena tak ada yang tahu persis di mana batas kemampuannya, hanya bisa memperkirakan secara kasar.
“Tiga kali?” Di dalam hati Yang Jian mulai memahami situasi.
Namun tepat di saat itu.
Tiba-tiba satu mayat bergerak.
Semua mayat lain diam, hanya mayat itu yang bergerak.
Mayat itu mengenakan setelan jas, tapi lehernya menyangga kepala seorang wanita paruh baya.
Mungkin karena Yang Jian berada di wilayah hantu, dia membatalkan niat menyerang dan mulai berbalik untuk pergi.
“Pasti dia!” Teriak Yan Li.
“Coba kita tangkap.” Yang Jian menarik kembali cahaya merahnya, mengeluarkan mereka dari wilayah hantu.
Yan Li menggigit gigi, meraih mayat itu.
Darah merah menyembur dari sarung tangannya, meresap ke dalam tubuh mayat.
Mata, leher, dan mulut mayat itu juga mengucurkan darah.
Mayat itu berhenti bergerak.
Sepertinya berhasil dibatasi.
“Berhasilkah?” Tatapan Yang Jian penuh ketegangan.
