"Situasinya sudah beres?"
"Yan Li yang terbaring di lantai memandangi Yang Jian dengan curiga, menyaksikan rombongan Hao Shaowen yang menghilang dari ruangan."
"'Yesus, lebih baik kau diam saja. Kau terlalu cupet! Sebagai Pengendali Hantu malah dipakukan ke lantai dan dipukuli seenaknya oleh gerombolan orang seperti ini. Kalau sampai tersiar kabar, aku sebagai sesama Pengendali Hantu akan kehilangan muka.' Yang Jian duduk di sofa sambil menyendoki telur kejutan dengan sendok kecil."
"Ngomong-ngomong, rasa coklat. Mau mencoba?"
"Dia menyodorkan sendok plastik kecil berisi coklat ke arah Yan Li."
"'...Tidak bisakah kau melepasku dulu?' protes Yan Li."
"'Tunggu sebentar. Aku harus memastikan sesuatu di tubuhku sudah tenang dulu. Tidak bisa kujamin apakah darah di tubuhmu akan memicu reaksi.' Jawab Yang Jian sambil memejamkan mata."
"Meski terlihat sedang menikmati hidangan, sebenarnya ia merasakan mata-mata di tubuhnya bergerak-gerak gila, sesuatu yang ganjil sedang berkembang."
"Perasaan ini... adalah pertanda hantu gentayangan sedang dibangkitkan."
“Kertas merah sudah tidak terlalu berguna, kecuali kita bisa merebut kembali koran merah itu dari tangan hantu itu... Tapi, mencari seekor hantu yang bersembunyi di pusat kota sangat sulit, dan kita juga tidak bisa memastikan apakah hantu itu masih ada di Kota Dachang.”
Yang Jian memandangi kertas merah yang sudah retak sepenuhnya.
Kertas merah jatuh ke tanah, benar-benar tidak berguna lagi, akhirnya lenyap seperti abu kertas.
“Koran hanyalah sebuah media, kekuatan hantu yang terkandung di dalamnyalah alasan sejati mengapa kebangkitan mata hantu saya bisa dikendalikan. Tapi sisa kekuatan di sini terlalu lemah, jadi setelah beberapa kali digunakan, akhirnya menjadi tidak berguna.”
Tatapan Yang Jian bergetar lemah: “Tampaknya perkataan Hao Shaowen benar.”
“Hantu memang bisa mengendalikan hantu lain... Sama seperti Yan Li yang bisa mengendalikan bayangan tanpa kepala itu, hanya saja masih ada variabel tak terduga di dalamnya.”
Semakin dipikirkan,
Tiba-tiba, dia merasakan sakit yang intens di dadanya.
Seolah menyayat hati, menembus hingga ke tulang.
Sesuatu dengan paksa merobek dadanya membentuk retakan.
Sebuah mata merah menyala muncul.
Ini adalah mata ketujuh yang tumbuh di tubuhnya.
“Jangan-jangan ini sudah mulai sekarang?”
Yan Li yang melihatnya menderita begitu, jantungnya berdebar kencang: “Jika sudah mulai bangkit, cepat lepaskan saya! Aku tidak mau berurusan dengan hantu di dalam tubuhmu itu.”
Yang Jian saat ini alutnya mengeluarkan keringat dingin, terengah-engah berkata: "Untuk sementara tidak mati... Hanya batas yang saya setting sudah ditembus, dengan begini perkiraan saya waktu kebangkitan saya akan sangat diperpendek, meski tidak bisa dipastikan, tapi waktu ini mungkin dalam satu bulan ke depan."
Hantu yang bisa menghasilkan Wilayah Hantu memang mengerikan.
Berapa kali dia sudah menggunakan Wilayah Hantu?
Bisa dihitung dengan jari, tapi justru beberapa kali ini pertama-tama efek penekanan kertas merah gagal, lalu mata tumbuh kembali.
Selanjutnya, kecepatan kebangkitan ini akan semakin cepat.
"Maaf, kalau bukan karena kesalahan saya, luka kali ini mungkin tidak akan separah ini." Yan Li berkata dengan penuh penyesalan.
Karena dialah yang membuat Yang Jian menggunakan kemampuan ekstra sekali.
"Lelucon apa itu, salahmu? Keputusan datang ke sini dan menggunakan kemampuan adalah milikku. Sebagai orang dewasa, harus bertanggung jawab atas pilihannya sendiri." Yang Jian menggoyangkan badannya lalu berdiri.
Dia mengambil tongkat telescopik di lantai dan membuka paku yang menancap di tangan Yan Li.
"Lagipula, meski aku tidak cari masalah, masalah akan tetap datang. Lebih baik selesaikan rombongan Hao Shaowen ini sekalian. Kalau tidak nanti ketika dia menangkap keluargaku untuk mengancamku, situasinya akan lebih buruk... Mengingat akhirnya tetap mati, lebih baik berjuang habis-habisan."
Setelah paku terakhir dicabut, Yan Li mendapatkan kebebasannya kembali.
"Apa rencanamu?"
Yan Li berdiri, seluruh tubuhnya mengeluarkan darah segar. Luka sebelumnya mulai sembuh dengan cepat.
Yang Jian meliriknya.
Ini mungkin kemampuan khusus Darah Hantu milik Yan Li, pantas saja begitu banyak pukulan Hao Shaowen tidak bisa membunuhnya.
“Saya ingin pergi ke klubmu untuk melihat-lihat, sekalian menelepon beberapa orang.”
Tiba-tiba Yang Jian meletakkan sebuah ponsel di atas meja.
Ponsel Hao Shaowen.
“Selain itu…saya tidak berniat mengampuni satu pun nama dalam daftar kontak ponsel ini. Tidak boleh ada musuh tersisa yang mengancam keluarga saya di kemudian hari. Seperti kata pepatah kuno: ‘Mencabut rumput liar harus sampai ke akar-akarnya’. Saya tidak hanya akan mencabut akarnya, tapi juga membalikkan tanah tempat rumput itu tumbuh. Orang-orang yang masuk daftar kontak bajingan seperti ini pasti rekan seprofesi. Meski ada satu dua orang tak bersalah, itu tidak masalah.”
Ekspresi Yang Jian semakin dingin, matanya memancarkan cahaya merah samar.
“Lebih baik salah membunuh daripada melewatkan satu pun. Selama parasit-parasit ini belum punah, keluarga kitalah yang akan jadi korban berikutnya.”
Yan Li bertanya dengan ragu: “Bagaimana mungkin kita melakukan ini? Entah berapa kali lagi kita bisa menggunakan kekuatan hantu gentayangan dalam kondisi seperti ini.”
Dia bisa melihat bahwa pengaruh hantu pada Yang Jian semakin dalam.
Namun dia tidak menentang metode kejam yang hampir biadab ini.
Lagipula Hao Shaowen yang lebih dulu menyerang, dan dalang utamanya masih hidup.
Meski skemanya bagus, pelaksanaannya terlalu sulit.
“Ada satu taktik dalam 36 Strategi yang disebut ‘meminjam pedang orang untuk membunuh’.”
Yang Jian berkata: “Saya kenal seorang hantu yang cukup mengerikan. Saya berencana menyuruhnya membunuh semua orang dalam daftar kontak ini. Jika mereka bisa menghindari serangannya…anggap saja mereka beruntung.”
“Kau menguasai pola pergerakan hantu itu?”
“Bisa dibilang begitu,” jawab Yang Jian.
Yan Li menarik napas pendek, memandanginya dengan terkejut.
Tak disangka Yang Jian masih menyimpan kartu as. Cukup menakutkan dia sudah punya Wilayah Hantu, sekarang malah bisa memanfaatkan hantu lain untuk bekerja baginya.
“Tapi ponsel ini ada password, terkunci.” Yang Jian membuka ponsel, tapi diminta password.
“Lalu harus bagaimana?”
Yang Jian berkata: “Tidak masalah, kebetulan saya kenal bos toko ponsel, mungkin bisa meretas ini. Urusan ini saya yang tangani, kau fokus koordinasi dengan pembeli.”
“Tunggu, apakah Hantu ini benar-benar mau kau jual? Kata Hao Shaowen sebelumnya, jika bisa menguasai dua hantu ada kesempatan memperpanjang waktu kebangkitan. Hantu Tanpa Kepala ini susah payah ditangkap, kenapa tidak disimpan untuk dicoba?” Yan Li tiba-tiba mengingatkan.
“Sudah saya pikirkan, tidak benar-benar dijual. Saya mau jual barang palsu.”
Yang Jian tiba-tiba berkata: “Ini bukan untuk cari untung, tapi memanfaatkan kesempatan ini untuk menyentuh hal-hal yang tak bisa dijangkau.”
“Metode Hao Shaowen hanya garis besar, kurang detail spesifik. Kau tidak akan gegabah mencoba dengan Hantu Tanpa Kepala itu kan? Bagaimana jika kau direbut tubuhnya oleh Hantu Tanpa Kepala? Bukan cuma hantu itu lepas, tapi juga menguasai hantu dalam tubuhmu. Nanti kau sama saja secara tidak langsung membesarkan hantu yang lebih mengerikan.”
“Saya... saya tidak memikirkan sejauh itu.” Yan Li terlihat canggung.
“Ada yang berhasil, pasti ada yang meneliti. Ada penelitian pasti menemukan pola, ada pola pasti ada skema. Hantu di tangan kita ini adalah batu loncatan, modal untuk mendapatkan skema implementasi konkret. Meski waktu kita tidak banyak, belum sampai tahap genting.”
Setelah berkata demikian, Yang Jian menatapnya: “Kapan paling cepat bisa menghubungi pembeli?”
“Besok malam.” Jawab Yan Li.
“Baik, besok malam saya tunggu teleponmu.”
Yang Jian menyimpan tongkat telescopik itu beserta pistol peninggalan Hao Shaowen, lalu segera berangkat pergi.
Sebelum kepergiannya, dia kembali mengingatkan: "Kalau sampai tersandung lagi, jangan bilang kau mengenalku. Suruh orang lain saja yang mengurus mayatmu."
