Yang Jian mengemudi kembali ke apartemen lajang Jiang Yan.
Baru saja masuk pintu, ia langsung mendengar Jiang Yan berkata tak sabar: “Lebih dari 20 juta! Itu 20 juta lebih! Kau habiskan sekaligus? Beli apa sampai segitu? Itu hasil kerjaku dua hari ini!”
“Cuma beli sleeping bag. Aku rencana ke villa pertanian besok, jadi siapkan perlengkapan dulu.” Jawab Yang Jian.
Jiang Yan hampir muntah darah: “Sleeping bag 20 juta lebih?!”
“Tepatnya 20 juta utuh. Sisa beberapa ratus ribu kubeli barang lain, mungkin besok sampai.” Kata Yang Jian.
“Apa... kau ditipu?”
Yang Jian merenung: “Aku juga merasa mungkin iya. Sekarang agak menyesal, kayak kena pola penipuan.”
“Sudah tahu ditipu kok nggak lapor polisi? Minta refund, retur barang dong!” Seru Jiang Yan.
"Mungkin produk orang lain berkualitas baik, benar-benar seharga ini? Lagipula... uang ini milikku, sepertinya tidak ada hubungannya denganmu bagaimana aku menggunakannya. Kau bekerja untukku, aku akan membayar gajimu... Urusan saham sebelumnya kau kerjakan dengan baik, sekarang berapa sisa di kartu?" Yang Jian bertanya.
"Kurang dari lima juta." Jiang Yan menjawab.
"Jumlah pastinya."
"Satu juta tiga ratus ribu." Ekspresi Jiang Yan terlihat aneh.
"Setelah berbisnis selama berhari-hari, uang hasil jerih payahku ternyata habis dalam sekejap." Sudut bibir Yang Jian berkedut.
Uang yang disiapkannya untuk pengasuhan ibunya.
Sekarang semuanya diinvestasikan.
Totalnya tidak sampai tiga juta.
Tampaknya setelah urusan ini selesai harus mencari cara lain untuk menghasilkan uang.
Tapi dengan kemampuan ini, mencari uang akan cepat.
"Satu juta tetap di tempatmu, kelebihan tiga puluh ribu sebagai gajimu, transfer sendiri ke akunmu." Kata Yang Jian.
Jiang Yan mencibir: "Aku menghasilkan lebih dari sepuluh juta untukmu, tapi komisiku cuma tiga puluh ribu? Pelit."
"Kalau bicara begitu aku tidak senang. Tanpa saluran informasi dan modal dariku, kau bahkan tidak bisa dapat tiga puluh ribu. Jangan lupa nyawamu juga aku yang selamatkan. Kalau mau untung besar, kebetulan ada proyek besar dua tiga ratus juta di sini. Mau bahas?" Kata Yang Jian.
"Ah?"
Jiang Yan tertegun sebentar, lalu dengan malu berkata: "Tidak bahas boleh tidak?"
"Menurutmu?" Yang Jian menatapnya.
"Kalau begitu aku mandi dulu, jangan tidur duluan ya." Jiang Yan memerah wajahnya.
Yang Jian diam. Ia mengalihkan perhatian Jiang Yan, lalu merebut ranjang dan tidur duluan.
He.
"Wanita, benar-benar mudah ditipu."
"Ngomong-ngomong Yang Jian, apa kau melihat kotak riasku?"
Tiba-tiba, Jiang Yan mengeluarkan kepalanya dari kamar mandi dan berteriak.
"Sudah kuberikan ke orang lain," jawab Yang Jian.
Jiang Yan terkejut: "Ah, diberikan? Ke siapa kau berikan kotak riasku? Pacarmu atau selingkuhanmu?"
"Ke seorang pria, kau tak perlu banyak tanya, beli sendiri lain kali," kata Yang Jian.
Kotak yang diberikan kepada Yan Li siang tadi adalah palsu.
Itu barang palsu yang dibuat dengan biaya besar.
Kotak asli yang mengurung hantu itu masih di tangannya.
Dia tidak akan naif menyerahkan barang sepenting ini hanya dengan beberapa kata. Mengingat Yan Li sudah siap mati, lebih baik harapan bertahan hidup diberikan untuk dirinya sendiri.
Adapun uang itu... Yang Jian akan menggantinya ke keluarga Yan Li di kemudian hari.
Namun tepat saat hendak tidur, ponselnya tiba-tiba berdering.
Itu ponsel positioning satelit milik Zhou Zheng.
"Hm?" Yang Jian penasaran lalu mengangkat telepon.
"Yang Jian, buka pintu. Aku ada di depan pintumu," suara pria muda terdengar dingin.
Alis Yang Jian berkerut: "Kau siapa?"
"Polisi kriminal baru Kota Dachang, Zhao Kaiming." Telepon diputus, ketukan pintu terdengar.
Polisi kriminal baru?
Wajah Yang Jian berubah. Sebelumnya Liu Xiaoyu memang pernah menyebutkan akan ada polisi kriminal baru di Dachang, tapi tidak menyangka polisi baru ini akan aktif mencarinya.
Setelah ragu sebentar, akhirnya dia membuka pintu.
Seorang pria muda beraura suram berbaju seragam polisi kriminal memegang ponsel positioning satelit berdiri di depan pintu.
"Kau Yang Jian? Pekerja sementara Kota Dachang? Namaku Zhao Kaiming, secara tegas bisa disebut atasanmu." Polisi kriminal yang mengaku sebagai Zhao Kaiming ini langsung masuk dan membuka mulut.
Pekerja sementara~!
Kapan dirinya mendapatkan julukan mengerikan seperti ini?
"Ini tempat tinggalmu?"
Setelah masuk, Zhao Kaiming melirik sekeliling. Melihat tumpukan makanan cepat saji di meja dan baju wanita tergantung di tembok, dia tak bisa menahan kerutan di kening.
"Sebagai polisi kriminal, sekalipun pekerja sementara, seharusnya tidak serendah ini."
Yang Jian berkata dengan kesal: "Nada ceramahmu ini sedang menegurku? Jangan lupa aku belum resmi jadi polisi kriminal. Kalaupun iya, kedudukanku akan setara denganmu, bukan anak buahmu atau di bawah kendalimu."
"Berani membantah?"
Wajah Zhao Kaiming mendadak dingin. Tangannya tiba-tiba mengayun ke arah pipi Yang Jian.
"Kau datang untuk berkelahi? Tapi kusarankan jangan bertindak gegabah. Jika tidak, hari ini... akan ada yang mati."
Yang Jian menangkap pergelangan tangannya. Tatapannya memancarkan cahaya merah samar, sementara mata merah darah di punggung tangan menyembul keluar dari daging dan kulit.
"Polisi Mata Hantu... Yang Jian."
Zhao Kaiming tiba-tiba tersenyum lagi, menarik kembali telapak tangannya: "Aku sudah lihat arsipmu. Tapi bagian kemampuanmu sangat buram. Sepertinya kau sengaja menyembunyikan sesuatu. Aku ingin tahu kemampuan sebenarnya dari hantu gentayangan itu, untuk memudahkan pekerjaanku ke depan."
"Bahkan jika kukatakan, apakah kau akan percaya?" Kata Yang Jian: "Lagipula apa hubungannya pekerjaanmu denganku?"
“Aku butuh asisten, kau adalah talenta yang bagus.” Zhao Kaiming langsung to the point.
Yang Jian berkata: “Ada orang yang merekrut orang lain seperti ini?”
“Aku bukan merekrut, tapi mengerahkan, ini perintah.” Zhao Kaiming menjawab.
“Bagaimana jika aku menolak?”
Yang Jian sangat muak dengan sikap otoriter dan superioritas Zhao Kaiming.
Orang ini kontras sekali karakternya dengan Zhou Zheng sebelumnya.
“Kau seharusnya tidak menolak. Jadi asistenku, setelah aku dipindahkan kau bisa mengambil alih keamanan Kota Dachang. Ini menguntungkanmu.” Kata Zhao Kaiming.
Yang Jian berkata: “Bergabung atau tidak dengan Interpol, kapan bergabung, itu pertimbanganku sendiri. Tak perlu kau urusi. Dan aku meragukan berapa lama kau bisa mengelola seluruh Kota Dachang?”
Zhao Kaiming tersenyum: “Santai saja, selama ada aku, tempat ini tidak akan kacau. Karena kau menolak permintaanku, aku tidak memaksa. Tapi soal insiden Desa Huanggang tiga hari kemudian, yakin bisa kembali hidup-hidup?”
Desa Huanggang?
Itu tepatnya tempat yang akan dia tuju.
Wajah Yang Jian berubah sedikit: “Bagaimana kau tahu hal ini.”
“Aku yang bertanggung jawab atas keamanan seluruh Kota Dachang, berwenang menggerakkan pasukan keamanan wilayah mana pun. Mencari info ini bukan hal sulit. Jika mau jadi asistenku, bisa kuberikan arsip Desa Huanggang yang sangat membantumu nanti.” Kata Zhao Kaiming.
“Tidak tertarik.” Jawab Yang Jian.
Jadi asistennya sama saja jadi pion yang dikorbankan di garis depan. Mati lebih cepat. Bodoh sekali melakukan hal itu.
“Kalau begitu... semoga beruntung.” Zhao Kaiming langsung berbalik pergi setelah mengatakannya.
“Yang Jian, kau sedang bicara dengan siapa?”
“Pada saat ini, Jiang Yan selesai mandi, membungkus diri dengan handuk mandi, wajahnya merah merona saat keluar. Dia bertanya penuh rasa ingin tahu.”
“Langkah Zhao Kaiming terhenti. Tiba-tiba dia mencabut pistol dari pinggangnya dan langsung menekan ke dahi Jiang Yan yang baru keluar: 'Menyadap rahasia negara? Kau tahu aku berhak menembakmu mati?'”
“Jiang Yan langsung membeku. Memandangi pria asing berbaju seragam yang mengarahkan pistol ke kepalanya, wajahnya langsung dipenuhi ketakutan, tatapan matanya penuh kepanikan.”
“Apa... apa yang terjadi?”
“Dia begitu ketakutan sampai linglung, yang terlihat hanya pistol dingin yang menempel di dahinya.”
“'Zhao Kaiming, silakan coba.'”
“Suara Yang Jian terdengar sangat berat. Pistol emas di tangannya juga mengarah ke kepala Zhao Kaiming.”
“'Aku penegak hukum, kau pemberontak. Berani-beraninya mengancamku dengan senjata?'”
“Zhao Kaiming membuka pengaman sambil memandangnya dingin.”
“Yang Jian berkata: 'Aku hanya tahu orang hidup yang menegakkan hukum. Tak pernah dengar mayat bisa menegakkan hukum. Jika kau mati, aku akan menggantikanmu. Nanti siapa pemberontak, siapa penegak hukum, akulah yang menentukan.'”
“'Meski kau tembak aku, aku masih bisa membunuhnya lebih dulu,' kata Zhao Kaiming.”
“'Jika kau bisa bunuh dia, aku juga bisa bunuh kau,' jawab Yang Jian.”
“'Aku tak percaya pistolmu bisa membunuh Pengendali Hantu,' ejek Zhao Kaiming.”
“'Aku tak perlu kau percaya. Hanya ingin kau tahu bahwa aku akan menembak,' Yang Jian menatapnya tajam.”
“Zhao Kaiming menyipitkan mata, jarinya diam di pelatuk.”
“Keduanya berhadapan selama sekitar sepuluh detik.”
Zhao Kai Ming tiba-tiba menarik kembali pistolnya, tertawa "Haha": "Kalau kau bisa kembali hidup-hidup, saya traktir hotpot."
Setelah berkata demikian, dia pergi keluar dan segera meninggalkan apartemen.
Begitu Zhao Kai Ming pergi.
Jiang Yan langsung kehilangan separuh tenaga, roboh duduk di lantai.
Yang Jian perlahan menurunkan pistol kosong di tangannya, wajahnya sangat muram.
