Sial, benar-benar sial.
Jika boleh mengumpat, Yang Jian pasti sudah melakukannya sekarang.
Dirinya jelas-jelas tidak melakukan apa-apa. Dari sekian banyak orang di desa, kenapa harus memilihnya?
Sudah dipilih, malah datang di saat posisinya paling canggung.
Sejak mendapatkan mata hantu, hampir setiap malam tubuhnya lumpuh selama satu hingga dua jam. Semakin sering menggunakan mata hantu, durasi kelumpuhannya pun bertambah.
Efek samping ini masih bisa ditolerir. Orang biasa saja tidur delapan jam sehari.
Tapi Yang Jian tidak bisa menerima kedatangan hantu justru di saat tubuhnya tak bisa dikendalikan.
Dalam kegelapan, meski tidak bisa melihat dengan jelas, suara pintu rumah yang berderit terbuka terdengar sangat jelas.
Seolah-olah dia bisa melihat di depan pintu kamarnya, sebuah bayangan hitam tinggi berdiri di sana, tidak bergerak sama sekali.
Dari lekukan bayangan yang buram bisa dinilai, ini jelas bukan si tua Liu Genrong yang ada di siang hari... melainkan seseorang yang sangat, sangat asing.
Juga tidak seperti anggota desa manapun.
Seperti seseorang yang tiba-tiba muncul entah dari mana.
Setelah pintu rumah terbuka.
Siluet tinggi yang buram berdiri di pintu tidak terus berkeliaran di luar, melainkan melangkah masuk dengan langkah berat satu per satu.
Langkah kaki berat ini tidak seperti berasal dari orang hidup, lebih mirip mayat kaku dan dingin.
Yang Jian menatap tajam ke arah sumber suara langkah kaki itu, wajahnya basah oleh keringat dingin.
Dia ingin bangun, tapi mata hantu masih menguasai tubuhnya.
"Tenang, tenang... Bahkan jika ini benar-benar hantu yang datang, belum tentu akan menyerangku. Jika aku tidak memenuhi syarat pembunuhan hantu ini, paling-paling dia hanya lewat saja."
Sementara tidak bisa bergerak, dia memaksa diri tetap tenang dan waspada.
Hantu tingkat mengerikan tinggi bukanlah pengalaman baru baginya, selama ada keberuntungan, tidak pasti mati.
"Dia, berhenti."
Tiba-tiba, Yang Jian mendengar langkah kaki itu berhenti lagi.
Tepat di samping ranjangnya.
Jaraknya mungkin kurang dari dua meter.
Bahkan dia bisa merasakan aura dingin yang suram perlahan menyelimutinya, hidungnya menangkap aroma anyir pembusukan yang menyebar di udara.
Aura dan aroma ini.
Tak perlu diragukan lagi... pasti seekor Hantu.
"Mengapa dia berhenti? Apakah menunggu waktu, atau aku belum memenuhi syarat pembunuhannya..." Yang Jian merasakan seluruh tubuhnya gemetar. Jika bukan karena beberapa kali pengalaman bertemu hantu gentayangan.
Saat ini dia mungkin sudah pingsan ketakutan.
Berada dalam jarak kurang dari dua meter dengan hantu berlevel mengerikan yang tidak diketahui.
Lebih fatalnya, dia sama sekali tidak bisa bergerak sekarang.
Sekalipun menghadapi hantu dengan level terendah, nyawanya bisa diambil dengan mudah.
Dalam kegelapan ruangan, hantu tak dikenal dan Yang Jian yang tergeletak di ranjang seolah saling berhadapan.
Suasana sekitar terasa mencekam.
Hanya suara napas berat Yang Jian yang terdengar, selain itu sunyi senyap.
Tapi tidak ada gerakan bukan berarti tidak ada bahaya.
Selama hantu itu masih di ruangan ini dan belum pergi, nyawa Yang Jian tetap tergantung di ujung tanduk.
Bahkan statusnya sebagai Pengendali Hantu pun tak menjamin keselamatan.
"Apa tujuan kedatangannya? Membunuhku? Tidak, jika memang mau membunuh, aku pasti sudah mati. Aku jelas bukan target utamanya. Lalu apakah untuk mengawasiku?"
Yang Jian mengedipkan mata yang sudah basah oleh keringat dingin: "Kemungkinan itu ada. Tapi hantu sejati tak mungkin repot-repot mengawasi seseorang."
"Kecuali budak hantu."
"Hantu yang memiliki budak hantu pasti menguasai Wilayah Hantu, level mengerikannya biasanya diklasifikasikan A, setara dengan hantu ketuk pintu itu."
"Jika ini adalah hantu tingkat jabatan ini, maka kejadian Desa Huanggang wajib ditinggalkan. Ini bukanlah eksistensi yang bisa saya hadapi."
Namun tepat saat Yang Jian sedang berpikir kacau,
Langkah kaki di dalam ruangan itu bergerak lagi.
"Tap, tap-tap~!"
Ia tidak menuju ke arah ujung kepala ranjang Yang Jian, malah berputar setengah lingkaran mengikuti ujung kaki ranjang lalu membuka sebuah lemari pakaian.
"Itu..." Bola mata Yang Jian tiba-tiba menyempit.
Di dalam lemari itu tidak ada apa-apa kecuali barang-barang yang dia siapkan untuk Desa Huanggang.
Meskipun harganya mahal, semua itu tidak berguna bagi hantu.
"Mungkinkah ada Pengendali Hantu dari klub Si Kecoak yang mencuri barangku?" Pikiran ini muncul di otak Yang Jian.
Jika benar demikian, ini belum menjadi hasil terburuk.
Setidaknya yang dia hadapi adalah Pengendali Hantu, bukan hantu sejati.
"Klang~!"
Suara seperti batu memukul logam bergema nyaring di dalam ruangan.
"Klang~! Klang~!"
Sekali, lalu sekali lagi, pukulan berat dengan gaya yang teratur.
Suara ini adalah...
Yang Jian teringat, di tasnya hanya ada satu benda yang bisa mengeluarkan suara seperti ini.
Kotak emas yang mengurung Hantu Tak Berkepala.
"Terkutuk! Hantu ini sedang menghancurkan kotak emas penjara Hantu Tak Berkepala!" Hatinya berdesir, ketakutan menyebar ke sekujur tubuhnya.
Apakah hantu ini ingin melepaskan Hantu Tak Berkepala?
“Tidak, tidak boleh sama sekali membiarkannya melepaskan Hantu Tak Berkepala. Jika hantu itu keluar, semuanya akan berakhir.” Yang Jian mulai berjuang mati-matian, berusaha memulihkan sensasi pada tubuhnya.
Hantu Tak Berkepala ini adalah yang dia kurung sendiri.
Kemampuan hantu ini sangat dia pahami. Begitu dilepaskan, pasti akan langsung merebut tubuhnya.
Jika Hantu Tak Berkepala mendapatkan Mata Hantu miliknya, berarti dia akan memiliki Wilayah Hantu, itupun tanpa batasan.
Tingkat kengeriannya akan melonjak drastis, menyamai Hantu Pengetuk Pintu.
Seluruh warga Desa Huanggang takkan ada yang selamat. Beberapa anggota Klub Xiao Qiang itu pasti akan menjadi mangsa Hantu Tak Berkepala.
Jika akhirnya Hantu Tak Berkepala benar-benar menyusun tubuh dari kumpulan arwah gentayangan...
Yang Jian tak tahu bagaimana dunia ini akan menghadapi hantu tersebut.
“Harus ada cara untuk menghentikannya, harus!”
Dia mengatupkan giginya, berusaha melawan Mata Hantu dalam tubuhnya agar bisa bergerak.
Asal bisa bergerak, dia akan langsung merebut kotak emas itu, lalu menggunakan Wilayah Hantu untuk kabur dari tempat ini.
Selama Hantu Tak Berkepala tidak dilepaskan, masih ada ruang untuk bernegosiasi.
“Kreng! Kreng!”
Namun suara ketukan terus bergema tanpa henti.
Yang Jian merasa suara ini lebih mengerikan daripada ketukan Hantu Pengetuk Pintu. Dia tak tahu berapa kali lagi kotak itu bisa menahan pukulan.
Mungkin perlu puluhan kali ketukan untuk membuka kotak emas itu sepenuhnya.
Atau mungkin hanya sekali lagi.
"Asalkan kotak muncul celah kecil, Hantu Tak Berkepala itu akan lolos, setelah itu situasi yang paling dikhawatirkan Yang Jian akan terjadi."
Dia masih bergulat di ranjang mencoba bangkit.
Tapi dunia nyata tak memberinya kesempatan ini.
Tak peduli bagaimana Yang Jian berjuang, tak ada cara untuk memulihkan kendali atas tubuhnya.
Kehendak dan semangat manusia di hadapan hantu tampak begitu rapuh.
Waktunya belum tiba, Mata Hantu tak mungkin mengembalikan kontrol tubuh kepada Yang Jian.
Namun.
Hantu di ruangan ini bukan cuma tiga.
Masih ada satu lagi...
Di dalam lemari yang terbuka.
Sepotong kertas kulit manusia bergerak tanpa angin, perlahan melayang keluar, entah kebetulan atau sengaja.
Dalam kegelapan, kertas kulit manusia ini menutupi sempurna kotak emas yang sudah penyok itu.
Suara ketukan tiba-tiba berhenti.
Segala sesuatu di sekitar kembali terbenam dalam kesunyian yang mencekam.
"Berhenti, berhenti? Mengapa ini terjadi?"
Yang Jian tak tahu kondisi sebenarnya, dia hanya tahu suara ketukan tak lagi terdengar.
Jangan-jangan kotaknya sudah terbuka?
Diamnya suara ini justru membuatnya semakin ketakutan, bukan lega.
Jika kotak benar-benar terbuka, berarti di samping ranjangnya sedang berdiri seekor hantu tak berkepala.
