Pada akhirnya Yang Jian dan Ouyang Tian ini tidak jadi berkelahi.
Bukan karena Ouyang Tian bisa menahan amarah, tapi karena jika benar-benar berkelahi, tidak ada yang akan mendapat keuntungan.
Sebagai pendatang baru, Yang Jian masih punya waktu sebelum Hantu Gentayangan-nya bangkit kembali. Sedangkan Ouyang Tian sudah tidak punya modal untuk terus bersaing.
"Suara ini harus ditahan, tidak bisa menahan, berarti mati."
"Jika kau tidak ingin melanjutkan pertarungan, urusan ini kita hentikan di sini. Meskipun burungmu hilang membuatku menyesal... Puu~! Haha." Yang Jian yang sebelumnya masih terlihat tegas tiba-tiba tidak bisa menahan tawa.
Ouyang Tian wajahnya semakin suram: "Berani kau tertawa lagi?"
Yang Jian berkata: "Maaf, maaf, aku tidak menertawakanmu. Hanya teringat sesuatu yang menyenangkan."
Alasan asal-asalan ini sama sekali tidak meyakinkan Ouyang Tian.
"Tapi selain meminta maaf tadi, aku juga memberimu kesempatan untuk menembakku."
Senyum Yang Jian menghilang, matanya menyipit: "Tembakanmu tadi seharusnya bisa meledakkan kepalaku, tapi kau gagal... Ini bukan salahku. Saat itu hantu gentayangan berkeliaran di sekitar. Aku mendengar langkah kaki dan langsung menembak - itu wajar dan bukan sengaja menargetmu."
"Hanya kewaspadaanmu yang payah, atau kau berat menggunakan kekuatan hantu gentayangan milikmu sendiri, sehingga tertembak."
"Kalau tidak, bagaimana mungkin tembakan amatiran sepertiku bisa mengenai orang sepertimu."
Zhang Han yang di sebelah menambahkan: "Perkataan Yang Jian benar. Saat itu situasinya sangat berbahaya. Aku juga mengejar hantu itu sampai ke belokan gang tempat suara langkah kakinya tiba-tiba menghilang. Kami hampir bertarung, lalu tiba-tiba suara langkah kakimu muncul di samping."
"Dalam kondisi seperti itu, orang normal pasti akan bertindak dulu. Tidak ada alasan membiarkan hantu gentayangan mulai membunuh."
“Zhang Han, Ouyang Tian, Yang Jian, kalian bertiga hampir semua mengejar jejak hantu gentayangan itu, tapi malah bertabrakan di persimpangan dan hampir berkelahi. Menurut kalian, apakah hantu itu sengaja ingin memicu perselisihan internal di antara kita?”
Tiba-tiba, Ye Jun yang berdiri di samping membuka mulut dengan wajah muram.
Meski dalam hati sangat membenci Yang Jian, tapi saat ini memang tidak bisa sembarangan bertindak.
Kalau ceroboh, hantu bisa memanfaatkan kesempatan ini dan menyebabkan kematian.
“Ada kemungkinan seperti itu.” Zhang Han mengangguk.
Namun Yang Jian dengan tenang berkata: “Tidak mungkin. Menurutku tujuan sejati hantu itu bukan untuk membunuh, setidaknya bukan untuk membunuh kita. Tujuan utamanya adalah melepaskan hantu yang ada dalam tubuh kita. Sebagai Pengendali Hantu yang menyatu dengan arwah, hanya ada satu cara untuk melepaskan hantu dari tubuh kita.”
“Membunuh kita.”
“Ini seharusnya tujuan hantu di Desa Huanggang ini.”
“Apa ada buktinya?” Ye Jun bertanya.
Yang Jian menjawab: “Tidak, ini hanya dugaan saya.”
Sebenarnya ada bukti - selama beberapa jam dia terbaring lemah di ranjang, hantu itu masuk tapi tidak langsung membunuhnya, malah membuka kotak emas yang mengurung hantu tak berkepala.
Jadi buktinya cukup jelas.
“Ini bukan mainan anak kecil, jangan asal bicara tanpa bukti. Sedikit salah, nyawa bisa melayang.” Ouyang Tian berkata dengan wajah gelap.
Sebenarnya dampak tembakan Yang Jian pada fisiknya tidak seberapa, yang terasa lebih adalah pukulan pada harga dirinya.
"Jika kalian memiliki dugaan yang lebih baik, bisa diutarakan. Tapi sebelumnya, aku ingin bertanya... berapa total anggota Pengendali Hantu dari Klub Si Kecoak yang datang ke sini?" kata Yang Jian.
"Total enam orang, lima Pengendali Hantu. Kenapa kau tanya itu?" sahut Zhang Han.
Yang Jian melanjutkan, "Tidak ada maksud khusus. Hanya ingin menyatakan, di sini cuma kalian bertiga. Ke mana dua Pengendali Hantu sisanya? Ada suara tembakan di desa, apakah mereka tidak mendengar? Atau mendengar tapi tidak bisa segera datang?"
Seketika wajah Zhang Han, Ye Jun, dan Ouyang Tian berubah pucat.
"Sial! He Sheng dan Zhang Yiming!" seru Zhang Han sambil berdiri tergesa.
"Cepat, kita periksa!"
Tanpa ragu, mereka segera keluar rumah dan bergegas menuju lokasi He Sheng dan Zhang Yiming.
Sebelumnya, untuk menyelidiki peristiwa supranatural di Desa Huanggang, mereka berencana membagi diri menjadi kelompok berdua-dua guna mempercepat investigasi.
Tapi siapa sangka hantu datang dengan begitu ganas.
Baru malam pertama, arwah penasaran itu sudah muncul.
"Di sini."
Tak lama, mereka tiba di depan sebuah rumah warga yang disewa sementara.
Namun saat ini, penerangan di dalam ruangan terbuka lebar, terdengar jeritan histeris seorang wanita.
"Kenapa ada wanita? Saat di klub dulu tidak kulihat anggota perempuan Pengendali Hantu." Gumam Yang Jian sambil mengerutkan alis.
"Itu selir He Sheng, wanita simpanannya."
“Ini hanya salah satunya, dia masih memelihara banyak wanita di luar. Wanita ini yang paling dihargai He Sheng, sampai-sampai dia menghabiskan lima juta untuk membeli perceraian suaminya. Untuk peristiwa supranatural kali ini, dia merasa seharusnya tidak ada masalah jadi membawanya.”
“Benar-benar menganggap ini wisata, membawa seorang wanita.” Yang Jian menggelengkan kepala.
Namun, Pengendali Hantu bernama He Sheng itu memang sangat kejam.
Orang biasa yang terseret dalam hal seperti ini hanya punya satu akhir: mati.
Wanita itu paling-paling hanya barang bawaan saja, sama sekali tidak diperhatikan hidup matinya.
Tentu saja saat beberapa orang naik ke lantai dua, mereka melihat di ruang tamu terbaring sebuah mayat.
Lebih tepatnya lekuk dari sebuah mayat.
Bagian luar mayat itu dibungkus rapat dengan lapisan kertas emas seperti kepompong, di sebelahnya seorang pria awal tiga puluhan dengan wajah muram sedang menghisap rokok dalam kesunyian.
“Zhang Yiming, mana He Sheng?” Ye Jun datang mendekat bertanya.
Zhang Yiming berbisik: “Mati, mayat di lantai ini dia.”
Apa?
Begitu kata-katanya keluar, wajah yang lain langsung berubah drastis.
Mati?
Seorang Pengendali Hantu mati begitu saja?
Bagaimana mungkin? Katak sekarat pun masih sempat menggelepar dua kali.
Jangan-jangan He Sheng ini bahkan tidak sebangsa katak?
Baru hari pertama di Desa Huanggang sudah mati?
Bahkan kesempatan menggelepar pun tidak ada.
“Mati bagaimana?” Ye Jun terus mengejar.
Zhang Yiming menghisap rokoknya dalam-dalam: "Tidak jelas. Saat aku tiba, dia sudah mati. Untuk berjaga-jaga, mayatnya kubungkus dengan lembaran emas, takut hantu di dalam tubuhnya keluar... Tapi ini hanya asumsi optimisku. Kurasa hantu itu sudah tidak ada di dalam mayatnya lagi."
"Ini fotonya sebelum meninggal. Aku mengambil beberapa foto untuk menghindari salah paham dari kalian."
Setelah berkata demikian, dia mengulurkan sebuah ponsel.
Di layar ponsel terpampang beberapa foto He Sheng setelah kematiannya.
Dalam foto tersebut, He Sheng terbaring di lantai dengan mayat kaku, mulut terbuka lebar hingga bibir hampir robek, dada terkoyak oleh sesuatu dengan paksa, organ dalam berhamburan di lantai... Darah menggenang, sungguh mengerikan.
"Sebelum kejadian, He Sheng sedang bermain dengan perempuan di lantai atas. Aku yang bertugas jaga malam. Belakangan aku mendengar suara langkah kaki di sekitar sini lalu mengejarnya sebentar. Tapi kemudian baru kusadari suara itu sengaja mengalihkan perhatianku, karena tak lama kemudian kudengar jeritan menyakitkan dari dalam rumah - berasal dari perempuan ini."
Zhang Yiming menunjuk seorang perempuan yang gemetar di sudut ruangan, rambutnya acak-acakan dan pakaian tidak rapi.
Dari postur dan wajahnya, perempuan ini jelas-jelas gadis cantik sejati. Tapi sekarang wajahnya dipenuhi ketakutan, mentalnya tampak sudah runtuh. Entah benda mengerikan apa yang telah dia saksikan sebelumnya.
"Ada yang bisa didapatkan darinya?" Zhang Han mendekat.
“Jangan buang-buang tenaga lagi, wanita ini mungkin sudah gila ketakutan, takkan bisa dikeluarkan informasi apa pun.” Zhang Yiming menghisap rokok, wajahnya terlihat khawatir.
“Hantu Desa Huanggang ini bukan menargetkan manusia, tapi Pengendali Hantu... lebih tepatnya menargetkan hantu dalam tubuh kita. Menurutku misi kali ini sangat khusus, bukan sekadar peristiwa supranatural biasa. Saya usul... kita batalkan misi.”
“Tinggalkan Desa Huanggang.”
