Kurang transparannya informasi, ditambah di hari pertama masuk Desa Huanggang sudah ada seorang Pengendali Hantu yang tewas.
Peristiwa ini membayangi hati semua anggota.
Memang wajar jika Pengendali Hantu mati karena Hantu Gentayangan dibangkitkan, tapi kematian mendadak di tangan hantu tak dikenal seperti ini menunjukkan informasi yang sangat tidak biasa.
Setidaknya, lihat saja hasil paling sederhana.
Tingkat kengerian hantu di sini jelas melebihi semua Pengendali Hantu yang hadir, kalau tidak He Sheng takkan mati semudah itu.
Perkataan Zhang Yiming membuat yang lain terhening.
“Analisamu sejalan dengan ucapan Yang Jian sebelumnya. Dia juga bilang Hantu Gentayangan Desa Huanggang bukan menargetkan manusia, tapi hantu dalam tubuh kita.” Zhang Han menarik napas pelan lalu berbicara.
Zhang Yiming adalah sosok yang cukup tenang dan cerdas.
Jika diucapkan Yang Jian, perkataan itu tak bisa dipercaya. Tapi bila keluar dari mulutnya, lain cerita.
Lagipula fakta terpampang nyata: He Sheng mati, tapi wanita di pondoknya selamat.
“Hasilnya sangat jelas, hantu itu melepaskan orang biasa dan memilih Pengendali Hantu He Sheng, sehingga wanita ini bisa bertahan hidup.”
“Oh, benarkah? Yang Jian juga mengatakan hal itu?”
Zhang Yiming menengadah perlahan: “Sebelumnya aku dengar kalian bilang Yang Jian itu orang gila tidak waras, anak kecil, sekarang aku harus menarik kembali kesanku sebelumnya padanya.”
Dia menduga informasi kunci ini melalui kematian He Sheng.
Sedangkan Yang Jian sudah mengetahui hal ini lebih dulu, bukankah ini menunjukkan kemampuan Yang Jian di atasnya?
“Jika benar-benar anak kecil tidak waras, mana mungkin bisa tahu hal ini.”
“Dia memang mengatakan demikian, tapi kami tidak percaya. Tapi sekarang kau juga bilang begitu, jadi harus dipercaya,” kata Zhang Han.
Yang Jian yang mengikuti untuk memeriksa situasi mengangkat bahu: “Lebih baik aku si anak kecil menjauh saat Paduka berdiskusi. Baru saja ada yang mau main tembak-tembakan denganku, sampai nyaris kencing di celana.”
“Yang Jian, jangan beri omong kosong!” Ouyang Tian masih menyimpan amarah.
Zhang Yiming menghisap rokok: “Aku usul kita pergi dari sini. Yang Jian, pendapatmu? Hantu yang terus mengawasi hantu lain, makhluk level ini tak boleh kita ganggu. Misi ini lebih rumit dari perkiraan. Perusahaan itu sengaja memberi tugas pada kita pasti ada tujuan tersembunyi kuat, sampai rela membayar metode mengendalikan hantu kedua sebagai pengorbanan.”
“Kepentingan besar selalu disertai risiko besar. Sekarang terbukti benar.”
Yang Jian menyeringai: "Kalian punya jalan mundur? Kalau tidak menaklukkan hantu kedua untuk menunda kebangkitan Hantu Gentayangan, berapa lama lagi kau bisa bertahan hidup?"
Kalimat ini tepat mengenai titik kelemahan mereka.
Alasan mereka datang ke sini pun sudah memperhitungkan bahaya tempat ini, jadi mereka datang dengan mentalitas "semua atau tidak sama sekali".
Meski keputusan untuk mundur sekarang terlihat cukup bijaksana,
tapi itu juga berarti kehilangan harapan untuk bertahan hidup.
"Lebih baik mati karena Hantu Gentayangan dibangkitkan daripada tewas di tangan hantu ini. Kau tidak takut mati, Yang Jian, tapi bukan berarti orang lain juga begitu. Kami tidak mau mati sia-sia di sini," sanggah Ye Jun.
Yang Jian berkata: "Terserah. Kalau kalian mau pergi, pergilah. Kembalilah ke klub untuk minum alkohol, mengobrol, menindas anggota baru... lalu menunggu ajal. Jangan lupa siapkan guci abu yang bagus dan pilih makam yang layak. Entah ada yang berani ziarah ke kuburan orang-orang seperti kita nanti."
"Kau...!" Ye Jun menggeram geram tapi tak menemukan kata-kata untuk membantah.
Meski kasar, logika Yang Jian tak terbantahkan. Memang benar bahwa kembali berarti menunggu kematian.
"Rezeki ada dalam bahaya. Bertahan di sini untuk menyelesaikan peristiwa gaib ini dan menyelesaikan transaksi memang memberi kesempatan hidup. Bekerja sama dengan banyak orang juga meningkatkan peluang menang. Tapi hantu di sini sudah mulai bertindak. Jika kita ingin memutuskan, harus segera."
Zhang Yiming melempar puntung rokok: "Mau pergi atau tinggal, segera putuskan. Saya sarankan kita pergi dari sini."
"Saya juga setuju," kata Ye Jun.
Zhang Han ragu sejenak: "Menurut saya, jika kita yang sebanyak ini bekerja sama, masih ada kesempatan. Kerugian di tahap awal karena belum memahami hantu itu memang tak terhindarkan. Saya usul tetap di sini."
"Saya juga menyarankan untuk bertahan." Yang Jian tersenyum: "Entah apakah pendapat orang luar seperti saya ada gunanya."
"Ouyang Tian, bagaimana denganmu?"
Zhang Yiming menatapnya: "Hah, kau terluka? Celanamu menetes darah?"
Wajah Ouyang Tian berubah pucat: "Ti-Tidak, cuma luka kecil."
Luka kecil?
Kakak, burungmu saja sudah hilang, masih disebut luka kecil?
Yang Jian mengagumi ketabahan Ouyang Tian yang bisa fleksibel dalam situasi sulit, layaknya pria sejati.
"Menurutku kita harus bertahan dan berjuang. Waktu sebelum Hantu Gentayangan bangkit semakin singkat. Berapa lama kita bisa bertahan jika pergi dari sini? Menyelesaikan kasus supranatural ini dan menemukan cara menunda kebangkitan hantu, itulah satu-satunya jalan." Meski bermusuhan dengan Yang Jian, Ouyang Tian tak ingin bermain-main dengan nyawanya sendiri.
"Selama bukan situasi buntu tanpa solusi, selama ada secercah harapan, patut dicoba."
"Mental penjudi, ya?"
Zhang Yiming kembali menyalakan sebatang rokok.
Dalam hatinya ia menghitung: Peluang bertahan hidup kali ini memang tipis.
Tapi jurang sedalam apapun harus diseberangi, karena tak ada jalan mundur di belakang.
"Jika tiga orang sudah setuju bertahan, mari... kita coba."
"Dari situasi sebelumnya, kita bisa menyimpulkan informasi kunci: Hantu ini mengincar kami para Pengendali Hantu. Jadi berpisah adalah tindakan bodih. Mulai sekarang kita wajib tetap bersama, makan-minum-buang air-tidur harus bersama. Bahkan jika ada permusuhan di antara kita, harus sementara ditangguhkan."
"Sekelompok suami seperti ini mudah terjadi insiden." Kata Yang Jian dengan khawatir.
Zhang Yiming menghembuskan asap rokok: "Ini situasi darurat. Kalian harus paham, hantu itu bisa membunuh seorang Pengendali Hantu tanpa terdeteksi."
"Baiklah, tapi kau melewatkan satu hal. Sekarang mungkin ada lebih dari satu hantu di sini."
Yang Jian menunjuk mayat He Sheng di lantai.
"Kau benar. Hantu milik He Sheng hampir pasti kabur. Ada kemungkinan dua hantu di desa ini." Kata Zhang Yiming.
"Seberapa jauh kalian paham kemampuan hantu milik He Sheng?" Tanya Yang Jian.
"Tidak jelas. Dia jarang muncul di klub, sebelumnya jadi pengawal seorang bos besar. Di depan kami dia hampir tidak pernah menggunakan kekuatan hantu gentayangan. Sulit dinilai." Zhang Han menggelengkan kepala.
Yang Jian tersenyum: "Ini jadi menarik. Tambah satu hantu misterius."
"Tapi tidak apa. Selama dia tidak mati karena Hantu Gentayangan dibangkitkan, tingkat kengerian hantu itu tidak tinggi. Prioritas utama sekarang adalah menemukan hantu Desa Huanggang. Aku memberi julukan... Hantu Sakit. Batuk lemah itu pasti sudah kalian dengar."
Kerumunan tidak membantah.
"Ini peta Desa Huanggang. Meski lukisan tangan, seharusnya bisa dimengerti."
Yang Jian saat ini mengeluarkan selembar kertas, setelah dibuka ternyata merupakan peta lukisan tangan yang terdiri dari pola garis dan blok, sangat sederhana.
"Kapan kau melukis ini?" Zhang Han tertegun bertanya.
Yang Jian heran: "Kalian tidak menggambar? Bagaimana mau memburu hantu kalau bahkan jalan saja tidak hafal?"
"Tidak, tidak ada." Dia terlihat agak canggung.
Yang lain juga tidak bisa menahan sudut bibir mereka berkedut.
Mereka sama sekali tidak memikirkan sebanyak itu.
"Garis adalah jalan, blok adalah rumah. Di sini, sini, dan sini adalah tempat kita mengejar suara langkah kaki tadi."
Yang Jian menunjuk gambar teknik itu: "Dan di tengah ketiga titik ini ada bangunan ini, suara langkah kaki juga menghilang di area ini."
"Kalian pasti sangat mengenal rumah ini."
Zhang Yiming gemetar, abu rokoknya berhamburan: "Rumah di pintu masuk desa yang sedang ada acara duka? Di ruang utama rumah itu memang ada peti mati."
"Benar, itulah rumah yang dijadikan ruang duka. Kita muncul di belakang rumah itu. Jika kita mutar ke depan, pasti akan melihat peti mati itu." Yang Jian mengangguk.
"Sialan! Dari tadi aku merasa tidak beres. Hari pertama masuk desa langsung ketemu acara pemakaman, peti mati tergeletak di ruang utama. Sekilas sudah tahu ini tidak normal." Zhang Han tidak tahan memaki.
"Hadapi langsung?"
"Tentu saja." Ye Jun berkata: "Kita kan banyak orang. Yesus pun akan bersujud kalau lihat keseriusan kita."
