Yang Jian yakin betul, dalam tubuh nenek ini tersimpan setidaknya dua hantu.
Bayangan Hantu Tak Berkepala yang pernah ia lepaskan sendiri... dan cairan mayat dari tubuh Ye Jun.
Adakah hantu ketiga? Ia tak bisa memastikannya.
Karena hanya dua karakteristik hantu gentayangan yang terlihat, sementara kesempatan untuk mengamati lebih lanjut tampaknya sudah tertutup.
Kertas kulit manusia di lantai terus melahap tubuh nenek tua itu.
Mertua yang terjatuh ke lantai memiliki wajah datar dan raut wajah mati rasa. Telapak tangannya yang keriput mencengkeram lantai, seolah tidak ingin ditarik masuk ke dalam kertas kulit manusia.
Jika hantu juga bisa merasakan ketakutan, saat ini bayangan hantu tanpa kepala ini pasti sedang panik.
Baru saja dilepaskan dari kotak emas, mendapatkan tubuh baru, dan menguasai hantu lain. Hasilnya malah ditelan dengan paksa oleh kertas kulit manusia.
Tapi, perlawanan ini tidak ada gunanya.
Kertas kulit manusia bagai musuh alami hantu gentayangan. Begitu menyentuh hantu, ia langsung menyedotnya masuk.
Tingkat keganasan mertua ini sudah tidak bisa dikategorikan C lagi. Bayangan hantu tanpa kepala yang menguasai hantu lain minimal masuk level B, bahkan mungkin A.
Bagaimanapun, tadi mertua ini bahkan bisa memasuki Wilayah Hantu milik Yang Jian.
"Bahkan jika saya berhasil membesarkan hantu level ini, tetap tidak bisa melawan kertas kulit manusia? Kecurigaan dan kewaspadaan saya sebelumnya terhadap benda ini memang benar." Yang Jian memandangi kertas kulit manusia yang tampak tak berbahaya itu dengan hawa dingin dan ketakutan yang tak terdefinisi.
Selama ini selalu waspada terhadap kertas ini karena khawatir sifat ganjil dan mengerikannya yang berlebihan.
Tapi dalam situasi terjepit ini, terpaksa melakukan transaksi dengannya.
Hanya saja.
Yang Jian merasa ngeri: Perubahan apa yang akan terjadi pada kertas kulit manusia setelah menelan hantu-hantu lain?
Bagaimanapun, inilah tujuan utama yang selalu dikejar kertas kulit manusia.
“Dan, mengapa hantu gentayangan ini yang memiliki kemampuan mengerikan bisa berada di dekat saya dalam situasi damai? Di tubuh saya juga ada mata hantu, yang juga merupakan hantu. Seharusnya ia bisa melahap... Atau jangan-jangan ada batasan tertentu pada kemampuannya? Jika benar, apa sebenarnya batasan itu?”
Yang Jian memandangi mertua yang perlahan tersedot ke dalam dengan wajahnya terus berubah-ubah.
Dia saat ini juga tidak berani mematikan Wilayah Hantu.
Situasi sekarang bahkan lebih rumit daripada sebelumnya.
Karena muncul satu lagi teror yang tidak terduga.
Tak berapa lama kemudian.
Separuh tubuh mertua sudah tersedot ke dalam kertas kulit manusia, namun ia masih melawan.
Tapi itu sia-sia belaka.
Yang Jian merasa kertas kulit manusia ini ibarat jebakan penangkap hantu, sedangkan sang mertua adalah mangsa yang terjebak dan segera ditangkap.
Bahkan kemampuan hantu gentayangan pun tampaknya tak mempan terhadap kertas kulit manusia ini.
Begitulah.
Mertua itu perlahan ditarik masuk ke dalam kertas kulit manusia, segala upaya perlawanan sia-sia.
Yang Jian tidak membantu, hanya menyaksikan kejadian ini dengan hawa dingin di matanya.
Karena baik bayangan hantu tak berkepala maupun kertas kulit manusia ini, semuanya dia lepaskan sendiri.
Peristiwa di depan matanya ini juga merupakan hasil ulah tangannya sendiri.
Hanya dengan metode inilah dia mencoba menghadapi peristiwa Desa Huanggang selanjutnya.
Jika tidak, jalan satu-satunya hanyalah kematian.
“Hanya bisa mencoba mempercayai kertas kulit manusia ini sekali saja. Sekarang saya sudah tidak punya pilihan lagi. Meskipun keseimbangan telah pulih, keseimbangan ini tidak berada di tangan saya, melainkan di tangan bayangan hantu tanpa kepala ini.” Ekspresi wajah Yang Jian terus berubah.
“Keseimbangan seperti ini bukan yang saya inginkan. Baik bayangan hantu tanpa kepala, hantu misterius yang kejam itu, atau... hantu sakit itu, semuanya bukan lawan yang bisa saya hadapi.”
“Tiga hantu level seperti ini di Desa Huanggang benar-benar membuat orang putus asa. Jadi hanya dengan membuka titik terobosan dari bayangan hantu tanpa kepala ini, merebut kembali sebagian inisiatif, barulah bisa menjamin keamanan saya dan kemungkinan meninggalkan tempat ini. Satu-satunya kekhawatiran sekarang adalah apakah kertas kulit manusia ini mau bekerja sama dengan saya.”
Meskipun mempercayai kertas kulit manusia adalah hal yang sangat bodoh.
Tapi dalam situasi terjepit, pilihan yang tersedia memang tidak banyak.
Saat ini.
Mertua itu telah sepenuhnya menyatu dengan kertas kulit manusia itu, hanya menyisakan satu kepala manusia di luar... Dan seiring proses penelanan yang berlanjut, akhirnya bahkan kepala itu pun menghilang sepenuhnya.
Ia telah sepenuhnya masuk ke dalam kertas kulit manusia.
Tidak meninggalkan jejak sama sekali.
Seolah telah benar-benar meninggalkan dunia ini, memasuki tempat yang tidak diketahui.
“Pemandangan ini persis seperti hantu itu sedang... dimakan sepenuhnya.” Yang Jian menarik napas dingin.
Seperti kata pepatah.
Mengerikan seperti ini~!
Tunggu dulu?
Yang Jian tiba-tiba menyadari dirinya sepertinya melupakan sesuatu, wajahnya berubah muram: "Sebelumnya aku setuju melakukan transaksi dengan kertas kulit manusia, hanya menyerahkan satu hantu. Tapi sekarang, setidaknya sudah dua hantu bahkan lebih yang didapatkannya. Imbalan yang diterimanya terlalu banyak, mungkinkah transaksi ini masih bisa dilanjutkan?"
Tidak bisa dipastikan.
Inisiatif sekarang tidak berada di tangannya, melainkan di tangan kertas kulit manusia ini.
Namun saat ini, kertas kulit manusia yang telah melahap nenek tua itu tampaknya tidak menunjukkan perubahan khusus.
Masih selembar kulit manusia berwarna coklat tua yang terbaring diam di lantai.
Tidak ada gerakan sama sekali, juga tidak ada keanehan.
Sementara itu, waktu di Wilayah Hantu tanpa disadari telah habis.
Yang Jian mulai merasakan mata hantu dalam tubuhnya menjadi gelisah, ada dorongan untuk bangkit kembali.
Mata-mata itu sudah lepas kendali, bergerak liar dalam tubuhnya. Kadang menyembul dari retakan di dada, kadang menyobek kulit di punggung, bahkan sampai ke telapak kaki... Meski demikian, dia tidak berani menarik kembali Wilayah Hantu.
Keseimbangan meski hanya sementara telah pulih.
Langit kembali terang, rumah dengan ruang duka yang sebelumnya menghilang kini muncul kembali.
Tapi Yang Jian tidak lupa dengan kutukan "terjebak sendirian berarti mati" itu.
Begitu keluar dari Wilayah Hantu, akankah dia tewas di tangan hantu misterius itu?
Tidak berani mencoba, karena Yang Jian merasa kemungkinannya sangat besar.
Kondisi saat ini paling-paling hanya kembali seperti saat pertama masuk desa, ketika tiga Pengendali Hantu berturut-turut menemui kematian mengenaskan...
Yang Jian tidak ingin menjadi korban berikutnya.
Saat ini dia terdiam, memandangi kertas kulit manusia di hadapannya dengan tenang.
Di saat bersamaan, mata hantu di tubuhnya perlahan mulai bangkit.
Apakah akhirnya aku harus mati di sini?
Dia tidak takut, hanya merasa agak tidak rela.
Bagaimanapun, setelah berusaha keras selama ini, semua upaya sia-sia. Ini benar-benar sulit diterima.
"Zhou Zheng benar. Orang-orang seperti kita, mati mungkin adalah pembebasan. Berjuang hidup di dunia bak neraka ini... terlalu melelahkan." Yang Jian menengadah, memandang cakrawala yang mulai terang di kejauhan.
"Sudah waktunya mempersiapkan pemakaman."
Dia berbalik badan, bersiap masuk ke dalam kantong mayat.
Setidaknya tinggalkan mayat utuh. Jangan sampai jadi budak hantu setelah mati nanti, tidak bisa beristirahat dengan tenang.
Lagipula masuk ke kantong mayat juga bisa mengurung mata hantu.
Setidaknya mengurangi bahaya satu hantu gentayangan di dunia ini.
Jika masih ada waktu terakhir, mungkin harus menelepon ibu.
Meski sisa uang tidak banyak, masih ada beberapa juta. Cukup untuk biaya pengasuhan ibu di hari tua.
Untuk apa semua perjuangan selama ini?
Seharusnya aku mati di toilet sekolah dulu.
Yang Jian tersenyum getir, menggelengkan kepala pelan.
Tapi saat baru berbalik beberapa langkah, dia melihat bayangan hitam mengalir dari belakang menyusuri lantai seperti aliran air, perlahan menyatu dengan siluetnya.
Bayangan ini... tidak berkepala.
Bayangan hantu tanpa kepala?
Bola mata Yang Jian menyipit, refleks menoleh ke belakang.
Ada benang tipis menghubungkannya dengan kertas kulit manusia di antara bayangan hitam.
Saat ini, baris tulisan muncul di kertas kulit manusia:
【Saya berhasil melakukan transaksi dengan kertas kulit manusia itu, sekarang... saya akan mulai mengendalikan hantu gentayangan kedua.】
"Mengendalikan hantu gentayangan kedua?"
Bola mata Yang Jian menyempit.
Apakah kertas kulit manusia ini berniat memenuhi janji sebelumnya?
Apa sebenarnya tujuannya, mungkinkah hanya sekadar membantu saya? Atau mungkin, ia tidak ingin saya mati di sini begini saja.
Meskipun bagaimanapun keadaannya.
Tapi Yang Jian merasakannya.
Bayangan hantu tanpa kepala itu mulai menyusup ke tubuhnya.
Hawa dingin merambat dari bawah kaki.
Dan bayangannya sendiri perlahan mulai bangkit berdiri.
Bayangan hantu tanpa kepala akan menyatu dengannya secara bertahap.
Tapi, jika begini, apakah nanti saya yang mengendalikan bayangan hantu itu, atau malah dia yang mengendalikan saya?
Secara normal.
Seharusnya yang terakhir, Yang Jian tak mungkin merebut kendali tubuh dari sesosok hantu.
"Pasti ada metodenya."
Dengan cepat ia berbalik menghampiri kertas kulit manusia itu.
Tulisan di atasnya kembali menghilang.
Metode mengendalikan bayangan hantu tanpa kepala muncul.
"Apa... ini bisa berhasil?" Wajah Yang Jian mengeras, ragu-ragu.
