“Halo, halo, bisa dengar?”
Di ruang boks KTV, Zhang Wei mengambil mikrofon sedang menguji suara.
Sebagai anggota paling aktif, tanpa ragu ia langsung menjadi Raja Mikrofon.
Situasi ganjil di boks sebelumnya tidak terlalu dipedulikan kerumunan, lagipula tidak ada kejadian aneh sehingga tidak menakutkan. Ditambah lagi mereka berkumpul di tempat hiburan yang ramai, keramaian orang berhasil mengusir rasa takut akan hantu.
Semua melakukan aktivitas seperti biasa.
“Kau benar-benar baik-baik saja sekarang?” Yang Jian menatap Wang Shanshan di sebelahnya.
Dari awal sampai sekarang ia hampir tak bicara. Dimanapun berada, dia selalu menempel di sampingnya. Kadang saat tak sengaja bersentuhan, ia bisa merasakan kesejukan kulit Shanshan.
Baru saja ia duduk, Shanshan langsung merapat.
Seperti keintiman pasangan yang sedang dimabuk cinta.
Tapi dari wajahnya yang datar tanpa ekspresi, tak terlihat sedikitpun maksud seperti itu.
“Aku baik-baik saja, memang selalu seperti ini,” kata Wang Shanshan.
“Yang kumaksud bukan gejala fisikmu, tapi perubahan dalam aspek spiritual,” kata Yang Jian.
Wang Shanshan memandangnya dengan sedikit kebingungan: "Perubahan spiritual? Tidak, aku merasa sangat normal, bahkan lebih normal dari sebelumnya."
Justru ucapanmu itu yang terdengar tidak normal.
Yang Jian bergumam dalam hati.
Dia paham, dampak paling mengerikan dari hantu gentayangan terhadap manusia bukan pada tubuh, melainkan spiritual. Dia sendiri bisa merasakan perbedaan besar dibanding masa lalu, namun perubahan itu terasa begitu alami tanpa kesan dipaksakan.
"Yang Jian, bisakah aku terus bersamamu di masa depan?" Tiba-tiba Wang Shanshan mengucapkan kalimat itu.
"Hm?"
Mata Yang Jian membelalak penuh keheranan: "Apa maksudmu?"
"Aku juga tidak tahu. Hanya ingin bersamamu. Rasanya sangat nyaman saat dekat denganmu... Tapi saat jauh, tubuhku terasa tidak beres, seolah tak bisa dikendalikan sendiri. Aku juga jadi agak aneh." Wang Shanshan berbisik pelan.
"Ucapanmu terdengar agak mencurigakan."
Yang Jian berkata: "Tapi kurasa ini pengaruh dari 'barang' itu, bukan keinginanmu sendiri."
"Tapi apa bedanya?" Wan Shanshan menyahut.
"Entah tubuh yang mengontrol pikiran, atau pikiran yang memengaruhi tubuh, yang jelas aku tetap diriku sendiri. Aku sadar apa yang kulakukan... Apa kau tidak menerima diriku yang sekarang?"
Yang Jian tertegun, bingung menjawab: "Aku tidak masalah dengan kondisimu. Tapi bersamaku hanya membawa dampak buruk. Seharusnya kau lebih berbakti pada orangtua. Mereka telah berkorban banyak untukmu."
"Ya."
“Wang Shanshan mengeluarkan suara ‘Hm’ pelan, kemudian kembali tercekam dalam keheningan.”
“Masih tetap dengan penampilan yang dingin itu.”
“Status sebagai budak hantu perlahan-lahan semakin mempengaruhinya. Awalnya hanya fisik, tapi kini sudah merambah ke kesehatan mental.”
“Dan ini tidak dapat dipulihkan.”
“Hari ini, di momen langka kita berkumpul ini, saya Zhang Wei ingin mempersembahkan sebuah lagu untuk kalian, mengenang masa-masa gemilang tiga tahun kebersamaan kita.” Saat itu Zhang Wei mulai berbicara sambil menggenggam mikrofon.
“Zhao Lei, lebih baik kau hentikan dia bernyanyi.” Yang Jian teringat sesuatu, langsung berseru.
“Kenapa? Apakah suaranya sangat buruk?”
Yang Jian berkata: “Bukan itu masalahnya… Cara dia belajar menyanyi dulu memang sangat salah.”
“Dia sangat suka menyanyikan lagu Kanton, tapi karena tidak bisa bahasa Kanton, dia menggunakan pelafalan Mandarin yang mirip bunyinya.”
“Akhirnya bisa menyanyi, tapi pengucapan bahasa Kantonnya kacau sehingga terdengar aneh.”
“Menurutnya ini disebut Metode Bernyanyi ala Zhang.”
“Zhong sheng hou qi gui jia die sheng hao, zai ta shen ming nei…” Diiringi musik pembuka, Zhang Wei mulai bernyanyi dengan penuh perasaan menggunakan mikrofon.
“Benar-benar aneh.” Zhao Lei merasakan bulu kuduknya merinding.
Yang Jian sudah menyiapkan diri secara mental.
“Ngomong-ngomong, aku sudah lama ingin bertanya. Apa sebenarnya Pengendali Hantu itu?” Tiba-tiba Zhao Lei mendekat dan berbisik: “Apakah mereka sama dengan polisi kriminal Zhou Zheng? Dan bagaimana caramu membawa kami keluar dari sekolah waktu itu? Jangan-jangan kamu juga seorang Pengendali Hantu?”
“Mendengar pertanyaan ini, alut Yang Jian berkerut, terlihat agak terkejut.”
“Apakah Zhao Lei yang menyelidiki peristiwa supranatural ini sudah mulai berinteraksi dengan Pengendali Hantu?”
“Harus diakui, selama ada kemauan, pasti bisa mencapai beberapa keberhasilan. Ingat, dia hanyalah seorang murid biasa yang melakukan penyelidikan.”
“Jika kau tidak nyaman mengatakannya, tidak usah dipaksakan.”
Yang Jian menggelengkan kepala: “Bukan tidak nyaman, hanya saja beberapa hal sengaja tidak disebarluaskan. Semakin banyak yang kau tahu, semakin sedikit manfaatnya bagimu. Tapi karena kau bertanya, tidak apa aku beri tahu. Pengendali Hantu adalah orang yang bisa menguasai hantu gentayangan. Orang seperti mereka biasanya berperan sebagai penghubung dengan peristiwa supranatural.”
“Ke depannya, lebih baik menjauh jika bertemu orang seperti mereka... mereka sangat berbahaya.”
“Hantu, tidak sesederhana yang dibayangkan. Kebenaran di sekolah jauh lebih mengerikan dari yang pernah kalian alami. Keberhasilan kami bertahan hidup murni karena keberuntungan.”
“Berinteraksi dengan hantu gentayangan?” Zhao Lei menyimak dengan serius, tiba-tiba bertanya lagi: “Lalu, adakah cara menjadi Pengendali Hantu?”
“Mengapa kau ingin menjadi Pengendali Hantu?” Yang Jian memandanginya dengan heran.
“Tidakkah lebih baik hidup dengan tenang?”
Zhao Lei menjawab: “Akhir-akhir ini sering mimpi buruk. Sepertinya hantu bisa muncul di mana saja. Jika jadi Pengendali Hantu, mungkin bisa terbebas dari bayang-bayang ini.”
“Kau salah. Justru menjadi Pengendali Hantu akan membuatmu terjebak dalam mimpi buruk seumur hidup. Jangan penasaran mengejar hal itu... sangat menyakitkan.” Kata Yang Jian.
“Kurasa aku bisa menanggungnya.”
Yang Jian berkata: "Ini bukan soal apakah kau bisa menanggungnya, tapi apakah kau bisa tetap hidup. Mengendalikan hantu jahat memiliki risiko sangat besar. Apa kau yakin bisa bertahan hidup sebagai orang biasa dalam peristiwa supranatural? Jika tidak, lebih baik urungkan niatmu ini."
"Ini akan kuperhatikan. Apa kau tahu cara menjadi Pengendali Hantu?" Zhao Lei terus mengejar.
"Menurut pengetahuanku sekarang, menjadi Pengendali Hantu tidak ada metodenya, hanya kebetulan."
Yang Jian menjelaskan: "Orang seperti mereka tercipta secara tak sengaja. Dengan populasi global miliaran dan kemunculan peristiwa gaib, meski kemungkinannya sangat kecil, dalam basis populasi sebesar ini pasti ada yang kurang beruntung menjadi Pengendali Hantu."
Dia sendiri juga penasaran dengan proses terciptanya Pengendali Hantu.
Hantu yang terlalu mengerikan tidak bisa dikendalikan manusia – langsung akan terbunuh. Hanya dengan menguasai hantu yang belum sepenuhnya bangkit dan masih berkembang, seseorang bisa menjadi Pengendali Hantu.
Tapi hantu jenis itu mustahil ditemukan sebelum benar-benar matang.
Jadi untuk saat ini, hanya ada faktor kebetulan dan ketidaksengajaan.
Meski dengan rasio satu dari sepuluh ribu, di kota berpenduduk satu juta saja akan ada sekitar sepuluh Pengendali Hantu.
Tapi Yang Jian yakin, seiring meningkatnya peristiwa supranatural, jumlah Pengendali Hantu yang tercipta secara tak sengaja juga akan bertambah.
"Mengapa menjadi Pengendali Hantu dianggap sial? Bukankah mereka punya kekuatan luar biasa seperti tokoh utama novel? Sebenarnya aku agak iri padamu," kata Zhao Lei.
“Tokoh utama dalam novel mendapatkan kekuatan terlalu mudah, seolah-olah sudah diatur oleh langit. Tentu ini patut diiri, tapi kenyataannya, hal semacam ini harus ditebus dengan nyawa, dan belum tentu berhasil. Bahkan jika kau berhasil mendapatkannya, setiap hari kau harus mondar-mandir di tepi kematian dan teror. Pengorbanannya terlalu besar.” Kata Yang Jian.
Dia mulai sedikit memahami pemikiran Zhao Lei.
Kekuatan misterius selalu menarik bagi sebagian orang untuk diperoleh.
Orang seperti ini hanya melihat imbalan memadai yang didapat, sama sekali tidak melihat konsekuensi dari kekuatan tersebut.
“Meski kau bilang begitu, jika ada kesempatan di kemudian hari, aku pasti juga ingin menjadi Pengendali Hantu. Aku tidak ingin mati seperti semut kecil seperti orang lain di sekolah. Aku ingin hidup dengan cara yang lebih bernilai.”
Zhao Lei mengambil sebotol bir di meja, membukanya lalu menenggak habis.
“Aku tidak bisa bilang pilihanmu salah, tapi aku tidak bisa membantumu.” Kata Yang Jian dengan tenang.
“Aku tahu.”
Saat itu Zhang Wei masih bernyanyi dengan penuh perasaan: “Baru saja menjilat cangkang sisa teman dekat, menyambut cahaya yang ingin terbang tidur, dalam hujan dan angin menerjang teman dekat...”
Lirik lagu itu membuat bulu kuduk Yang Jian merinding.
“Kau benar, seharusnya tidak membiarkan Zhang Wei terus bernyanyi.” Zhao Lei menyetujui perkataannya sebelumnya.
Tapi ketika Yang Jian melihat tujuh botol bir di meja, dia kembali tertegun.
Dia ingat acara KTV ini memberikan satu botol bir gratis per orang.
Jumlah anggota grup mereka termasuk kakak sepupu Shangguan Yun total enam orang. Kenapa ada tujuh botol?
Seolah-olah tiba-tiba muncul orang tambahan yang tidak eksis.
"Sebelumnya di restoran ada satu set mangkuk dan sumpit ekstra, di sini ada sebotol bir tambahan. Hal seperti ini pasti bukan sekadar kebetulan." Wajah Yang Jian berubah drastis, dia langsung berdiri dengan cepat.
Kebetulan sekali saja sudah cukup.
Muncul dua kali berarti ada sesuatu yang menyusup di antara kelompok kami.
Yang mengerikan, kami semua tidak menyadarinya.
Kesadaran tajam seorang Pengendali Hantu membuatnya menjadi yang pertama bereaksi.
