Di dalam ruang tahanan.
Zhang Wei dengan raut wajah muram duduk menyilangkan kaki di sebelah, alut berkerut sementara otaknya terus memikirkan suatu masalah.
Apa sebenarnya kesalahan yang telah kuperbuat?
Dia mengingat kembali segala kejadian kemarin dengan cermat, tapi bagaimanapun juga tidak bisa menemukan kesalahan apa yang telah dilakukan. Hingga akhirnya, dalam hatinya mulai muncul sebuah kesimpulan.
Aku pasti diperlakukan tidak adil!
Di ruang tahanan itu, tidak hanya dia seorang. Ada beberapa orang lain yang juga diburu karena terlibat masalah.
Mereka tidak seperti Zhang Wei yang menjadi seorang perenung, malah saling mengobrol.
"Saudara, bagaimana kau bisa masuk sini? Terlibat masalah apa?" seseorang bertanya.
"Aku juga tidak tahu. Entah bagaimana tak sengaja terjerat."
"Tak sengaja seperti apa?"
"Begini ceritanya. Kemarin aku tak sengaja minum alkohol, tak sengaja bertemu cewek cantik yang juga mabuk, tak sengaja kubawa dia ke penginapan. Lalu karena merasa gerah, tak sengaja kulepas bajunya. Yang paling parah, tak sengaja aku terjatuh dan... melakukan itu pada si cewek. Akhirnya tak sengaja tidur sampai subuh. Si gadis itu setelah bangun tak sengaja menekan ponselnya, tak sengaja melapor ke polisi. Alhasil, tak sengaja aku masuk sini."
Seorang pemuda belasan tahun yang jongkok di sana dengan wajah tak bersalah berkata: "Menurut kalian, apakah ini tidak adil?"
"Memang benar-benar serangkaian ketidaksengajaan."
Sang pemuda bertanya: "Lalu bagaimana denganmu, kenapa kau bisa masuk sini?"
“Saya bahkan lebih tak bersalah lagi, saya cuma seorang penjual motor listrik. Kemarin lusa ada pelanggan yang mau beli motor listrik dari saya. Akhirnya saya bangun pagi-pagi untuk pergi ke jalan cari stok. Kebetulan nemu motor baru yang terparkir di depan sebuah toko. Saya langsung membuka kuncinya untuk diangkut. Tapi belum sempat dikirim ke pelanggan, sudah ditangkap. Mereka memarahi saya mencuri, ini kan omong kosong? Saya jujur dan terhormat dalam cari stok, bisnis yang sah, kok bisa disebut pencuri?”
“Sungguh keterlaluan.”
“Kau juga sial banget, teman. Kalau kamu, gimana bisa masuk sini?” Si pemuda bertanya pada Zhang Wei.
Zhang Wei menjawab: “Tadi malam saya tersesat, entah kenapa masuk ke gang asing. Ketemu seorang tante tua nawarin pijat plus-plus. Saya pasti menolak, tapi dengar ada yang bisa main PUBG, saya setuju. Tapi waktu di ruang VIP, ada tante tua tak dikenal langsung buka celana saya. Tentu saja saya tak mau jadi korban, langsung saya tendang. Akhirnya dibawa ke sini.”
“Coba kalian nilai, saya kan sudah dewasa. Main game PUBG salah apa? Ada salahnya? Pasti tidak! Jadi saya yakin betul ini tuduhan palsu.”
“Kau yang paling sial. Kerjaan polisi sekarang memang kurang teliti, ini saya pernah mengalaminya langsung.” Seorang pria kekar di sebelah menggelengkan kepala.
Zhang Wei bertanya: “Kalau kamu gimana bisa masuk sini?”
“Saya lebih tidak bersalah daripada kau. Saya hanya meminta beberapa dompet dari beberapa nona di jalan. Perlu ditegaskan, itu semua diberikan secara sukarela oleh mereka. Saya tidak memaksa. Saya baru mengambilnya setelah mereka tidak mau mempertahankannya. Eh, begitu berbalik badan langsung ketahuan polisi patroli yang langsung menghampiri menanyakan situasi. Takut terjadi salah paham, saya membentuk angka delapan dengan tangan di dalam saku, maksudnya minta mereka melepas saya. Eh, malah ada polisi yang berteriak saya membawa pistol berbahaya, langsung menindih saya ke tanah. Menurut kalian, ini bukan fitnah?” Pria kekar itu sangat kesal.
“Begitu masuk sini, entah kapan bisa keluar. Beberapa dompet itu masih saya simpan di tempat sampah. Mungkin siang nanti sudah dibawa petugas kebersihan. Padahal itu kan wujud ketulusan hati beberapa nona.”
“Dompetmu itu apa? Skuter listrik saya belum sempat dikirim ke pembeli. Bisnis yang sudah pasti ini malah digagalkan. Pelanggan mungkin masih menunggu balasan informasi saya. Kalau barang tidak sampai, bisnis jujur yang sudah saya bangun bertahun-tahun ini pasti bangkrut.”
“Jangan pesimis. Tenang, ini cuma salah paham kecil. Begitu semuanya jelas pasti baik-baik saja. Tidak akan ditahan lama, paling cuma puluhan jam penahanan.”
Mereka saling berdiskusi sekaligus saling menghibur.
Di ruang tahanan ini setiap orang punya talenta, bicaranya juga enak didengar. Saya jadi agak menyukai tempat ini.
Zhang Wei berpikir dalam hati.
Tapi ngomong-ngomong, apa Kak Kaki benar-benar akan datang menyelamatkan saya?
Pada saat ini.
Di kantor polisi.
Setelah bertelepon dengan Liu Jianguo dan Komandan Liu, Yang Jian sepakat untuk bertemu.
Ketika dia datang, dia melihat seluruh kantor polisi sedang sibuk, sepertinya sedang menangani berbagai kasus besar kecil. Ada yang berupa kasus kriminal serius, ada juga pertengkaran tetangga sepele, pasangan suami istri berkelahi, tentu saja ada juga beberapa peristiwa supranatural yang tergolong khusus. Hal-hal seperti ini harus segera membangun arsip, lalu melaporkan, dan memindahkan kasusnya.
Komandan Liu sebagai pimpinan tim merasakan tekanan terbesar.
Saat ada kejadian darurat, dia perlu memimpin tim ke lokasi. Saat tidak ada, dia harus menangani urusan administratif.
"Xiao Zhang, dokumen itu sangat penting, segera kirimkan ke atas."
"Jangan tanya saya harus bagaimana, tangkap dulu orangnya! Apa? Kabur? Cek CCTV, segera tangkap dan bawa ke pengadilan. Mutlak tidak boleh dibiarkan lepas!"
"Situasi di kompleks perumahan itu agak rumit, menyangkut kejadian khusus. Pertama stabilkan situasi, jangan biarkan kepanikan menyebar. Pada momen genting ini mutlak tidak boleh kacau. Atasan sudah memberikan perintah tegas, bagaimanapun juga harus mempertahankan keamanan Kota Dachang, melindungi nyawa dan harta warga. Pemblokiran ini juga untuk kebaikan penduduk sekitar. Jika mereka tidak memahami, jelaskan dengan sabar."
"Hasil! Saya mau hasil, bukan laporan! Buat apa kamu menulis laporan sebanyak ini? Lanjutkan interogasi, jangan menarik-narik omongan tidak berguna!"
Komandan Liu sibuk di aula kantor, banyak kasus yang membutuhkan konsultasi dengannya. Ini membuatnya merasa 24 jam kerja sehari pun tidak cukup.
Tapi wilayahnya memang seperti ini, wilayah lain pun tidak jauh lebih baik.
Masa-masa khusus ini.
Komandan Liu mengusap kepalanya. Dia merasa lelah, tetapi juga menyadari tanggung jawab besar yang diembannya. Tak boleh ada sedikit pun kelalaian, mengingat posisinya saat ini.
"Komandan Liu, kau terlihat sangat sibuk." Yang Jian berkata: "Sepertinya waktu kedatanganku tidak tepat, sampai mengganggu waktumu."
Komandan Liu menengadah. Melihat Yang Jian, dia menggelengkan kepala dengan senyum getir: "Tidak, kau salah. Justru dengan kedatanganmu aku bisa istirahat. Lagi pula ada peraturan dari atas, urusan polisi kriminal harus diprioritaskan. Sekecil apapun itu adalah hal besar. Yang lain bisa ditunda dulu. Bagaimanapun juga, setiap gerak-gerik kalian - sedikit lebih serius bicara - menyangkut kelangsungan hidup Kota Dachang."
"Kasus apa yang lebih besar daripada keselamatan jutaan warga?"
Yang Jian menjawab: "Jangan berlebihan. Aku tidak punya hak menilai nyawa jutaan orang. Itu urusan negara. Kedatanganku kali ini hanya untuk urusan pribadi."
"Seperti yang sudah kusebutkan lewat telepon, kau ingin menemui Zhao Kaiming, Kriminal Zhao kan?"
Komandan Liu berdiri. Memanfaatkan jeda ini, dia menyeduh secangkir teh: "Kau mau minum teh?"
"Tidak perlu, terima kasih." Jawab Yang Jian.
Komandan Liu menjelaskan: "Aku memang punya kontak Kriminal Zhao, tapi hanya untuk kejadian khusus. Jika tidak ada urusan penting, aku tak berani sembarangan menelepon. Dia bukan tipe orang yang mudah diajak kerja sama. Tapi bisa dimaklumi, talenta yang mendapat perlakuan khusus pasti punya beberapa kekurangan. Kesadarannya... kurang tinggi."
"Ngomong-ngomong, jangan sampai kau ceritakan ini ke Kriminal Zhao. Aku bisa kena hukuman lagi nanti."
Yang Jian tertawa: "Tenang saja, mana mungkin. Saya bukan tipe orang yang suka banyak bicara, lagipula saya juga tidak menyukai Zhao Kaiming itu."
"Ada keperluan apa mencari dia?" Komandan Liu bertanya.
Yang Jian menjawab: "Cuma ingin memastikan beberapa hal saja."
"Begini saja, saya beri nomor ponsel positioning satelitnya. Kau bisa telepon dia langsung. Tapi bukannya informasi ini juga bisa kamu tanyakan ke operatormu? Kenapa harus repot-repot datang ke sini?" Komandan Liu menyeringai.
Yang Jian menjelaskan: "Sekalian ada urusan pribadi, ingin mengeluarkan seseorang. Apakah Komandan Liu bisa memberi kelonggaran?"
"Terlibat kasus apa? Kalau menyangkut perkara pidana, maaf saya tidak bisa membantu," jawab Komandan Liu.
"Seharusnya tidak. Mungkin ini cuma salah paham biasa," kata Yang Jian.
Komandan Liu berkata: "Sebutkan namanya, akan saya suruh orang periksa. Jika benar hanya masalah kecil, bisa dilepas lebih cepat. Tapi kalau terkait kasus berat, sekalipun kamu yang meminta, saya tidak akan mengizinkan. Ini masalah hukum, harap maklum."
"Tentu, saya tidak akan mempersulit Komandan Liu," kata Yang Jian sambil mengangguk. "Teman saya itu bernama Zhang Wei, seusia saya. Pasti bukan tipe yang suka berurusan dengan hukum."
"Baik, ini nomor ponsel satelit penyidik Zhao. Kamu bisa menghubunginya."
Komandan Liu kemudian memerintahkan salah satu anggotanya untuk memeriksa latar belakang Zhang Wei.
