“Adik, terima kasih banyak. Kau benar-benar penyelamat kami. Aku minta maaf atas kejadian sebelumnya. Semoga kau tidak menyimpan dendam. Kalau ada kesempatan bertemu lagi, pasti akan kutunggu makan.”
Direktur Qin berdiri di gerbang kompleks perumahan, menggenggam tangan Yang Jian sambil berkata dengan penuh rasa syukur.
“Aku merasa malu karena sebelumnya meragukanmu. Ini sedikit kompensasi dariku, semoga kau berkenan menerimanya. Password tertulis di kartu ini.”
Direktur Qian lebih langsung, dia menyelipkan sebuah kartu ke saku Yang Jian sebagai ungkapan terima kasih.
Setelah selamat dari maut, kedua direktur ini telah melupakan kerugian bisnis sebelumnya, hanya merasakan sukacita dan keharuan.
Yang Jian, orang yang luar biasa.
Hanya pikiran ini yang ada di benak mereka.
Yang Jian memandangi sikap bersyukur mereka dengan ekspresi aneh di wajahnya.
Untungnya mereka tidak tahu yang sebenarnya. Kalau tahu, mungkin sudah melompat mencabut pedang untuk menyerangku.
Setelah perbincangan singkat, kedua direktur meninggalkan kartu nama. Yang Jian yang tak tahan dengan sambutan hangat ini juga memberikan nomor ponselnya, sebelum akhirnya melihat mereka pergi.
“Lebih baik mereka tetap dibodohi,” gumam Yang Jian sambil melihat kartu di sakunya.
Kira-kira isinya minimal beberapa juta.
Direktur level ini pasti tidak pelit dalam menyumbang.
Pikirnya.
Dengan perasaan senang, dia kembali ke kantor penjualan properti.
“Masalah sudah teratasi.” Yang Jian meletakkan kontrak di meja: “Sekarang kompleks perumahan ini sepenuhnya milik Paman Zhang.”
Zhang Xiangui yang sedang menunggu jawaban di kantor penjualan langsung tersenyum senang. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa hal yang sebelumnya dianggap mustahil ternyata bisa diselesaikan dengan mudah oleh Yang Jian, bahkan berhasil mendapatkan kontrak transfer dengan lancar.
"Aku akan segera menyusun kontrak transfer baru, memindahkan beberapa kompleks properti atas namamu," kata Zhang Xiangui.
Yang Jian menggelengkan kepala sambil tersenyum, "Urusan bisnis ini Paman Zhang lebih paham daripada saya. Saya hanya ingin keuntungan di akhir. Kalau kompleks properti dialihkan ke saya, saya juga tidak mungkin duduk di sini menjualnya. Jadi tidak perlu repot-repot seperti itu, cukup sisakan beberapa gedung dan vila untuk saya, sisanya biarkan tetap di tangan Paman."
"Tidak masalah, nanti bagi keuntungan juga sama saja," Zhang Xiangui mengangguk setuju.
"Tapi untuk uang hasilnya, bisakah Paman Zhang membayar saya dalam bentuk emas?" tanya Yang Jian.
Zhang Xiangui tertawa, "Kau memang tertarik dengan emas. Belakangan harga emas memang sedang naik drastis. Kalau uangmu dikonversi ke emas, risiko kerugiannya besar jika suatu saat harganya turun."
"Tidak apa, uang sebanyak apapun tidak terlalu berguna bagi saya. Emas punya manfaat besar untukku."
Yang Jian melanjutkan, "Dan saya rasa harga emas akan terus naik. Paman Zhang lebih baik juga mengkonversi dana berlebih ke emas untuk disimpan, tidak akan rugi di kemudian hari."
"Saya seorang pebisnis, dana harus berputar. Menukarnya dengan emas itu investasi paling merugi," Zhang Xiangui menggelengkan kepala menolak.
Melihat ini, Yang Jian tidak melanjutkan pembicaraan. Bagaimanapun keluarga Zhang yang besar dan usahanya yang luas tidak akan terganggu meski tidak beli emas. Anggap saja sedikit mengurangi keuntungan.
“Masalah kontrak sudah teratasi, lalu bagaimana Kakak Kaki menyelesaikan urusan Zhang Wei?” Zhang Xiangui mengubah sebutan, memanggil Yang Jian dengan akrab sebagai Kakak Kaki.
“Ayah, kau masih ingat saya? Saya pikir saya anak pungutmu. Sepanjang sore membahas bisnis, tidak peduli keadaan saya yang sedang dikejar hantu. Kapan saja bisa mati. Apa Ayah berencana punya anak lagi dengan Tante Huang setelah saya mati?”
Zhang Wei meletakkan ponselnya, berkata dengan kesal.
“Apa yang kau pikirkan? Mana mungkin Ayah tidak peduli.” Zhang Xiangui batuk-batuk palsu.
Sebelumnya dia memang terlalu sibuk sampai lupa.
“Sekarang sudah agak malam. Saya perlu menyelidiki seluruh kompleks untuk mencari sumber kemunculan hantu. Waktunya kurang. Mulai besok saja. Sebelum itu, pastikan Zhang Wei menjauhi semua cermin dan benda yang memantulkan cahaya. Untuk sementara tidak akan bahaya. Begitu juga yang lain.” Kata Yang Jian.
“Benar tidak akan terjadi apa-apa?” Tanya Zhang Xiangui.
“Sudah lebih dari seminggu tidak ada masalah. Hari ini juga pasti aman. Jangan panik. Saya yang akan menyelesaikan ini. Lagipula saya akan tinggal di sini.” Jawab Yang Jian.
“Oh ya, 50 juta untuk pembelian gedung penjualan bisa dipotong dari keuntungan saya. Hari ini harap Paman Zhang mengatur pemindahan staf penjualan dan barang-barang di sini. Mulai sekarang tempat ini akan menjadi rumah saya.”
“Ini tidak masalah, meski harganya agak mahal, tapi gedung penjualan properti ini memang bagus. Sudah banyak usaha dikeluarkan untuk renovasinya. Karena ini pertama kali kau datang dan belum paham tata letak gedung penjualan properti ini, akan kujelaskan secara singkat. Di lantai satu gedung penjualan properti ada aula utama, sebelumnya merupakan area kerja karyawan. Setelah karyawan pindah, bisa kau jadikan ruang tamu. Lantai dua ada ruang istirahat dengan gym, ruang biliar, dan kolam renang. Lantai tiga ada ruang tamu, kedai teh, dan bar kecil. Lantai empat adalah kantor dan ruang istirahatku. Lantai lima saat ini masih kosong, nanti bisa kau atur sesukamu.”
“Karena sebelumnya sudah mempertimbangkan akan tinggal lama di lokasi konstruksi, semua fasilitas penting sudah ada di gedung penjualan properti ini. Kau bisa langsung pindah masuk. Hanya saja jumlah ruangannya sedikit, hanya lima kamar tamu di lantai empat plus kamar utamaku.”
Dengan antusias dia menjelaskan situasi di sini kepada Yang Jian.
“Ruangan ini sudah cukup.” Yang Jian mengangguk, “Tapi Paman Zhang berbaik hati menyerahkan ini, aku jadi agak merasa tidak enak.”
Gedung yang dipersiapkan dengan sangat baik ini jelas menunjukkan betapa Zhang Xiangui sangat menyukainya.
“Ini bukan masalah. Kau sudah membantuku menyelesaikan transaksi bisnis besar ini. Satu gedung penjualan properti tidak berarti apa-apa. Lagipula ini kubeli dengan uangmu. Selain itu, masih banyak rumah di kompleks ini. Aku bisa menyiapkan gedung penjualan properti baru dalam hitungan menit. Hanya urusan Zhang Wei, kuharap Kakak Kaki bisa lebih memperhatikannya.” Zhang Xiangui sama sekali tidak keberatan, lalu melanjutkan dengan nada berwibawa.
Yang Jian berkata, “Paman Zhang tidak perlu khawatir. Urusan Zhang Wei akan kuselesaikan.”
"Tapi sekarang saya masih ada urusan, perlu pergi ke pusat kota. Besok minta Zhang Wei menunggu di sini, baru bertindak nanti."
"Baik, tidak masalah. Terima kasih atas kerja keras Kakiku." kata Zhang Xiangui.
"Paman Zhang yang lebih berjasa."
Yang Jian tersenyum, lalu melirik Zhang Wei: "Kau hati-hati."
Zhang Wei berkata: "Hati-hati apa? Aku tidak berniat pergi. Hari ini aku menginap di sini. Bagaimana kalau malam nanti kutunggumu tidur bersama?"
"... Lebih baik kau mati saja. Tapi aku tidak yakin perubahan tak terduga apa yang akan terjadi jika hantu itu berhasil. Menurutku akar masalahnya ada padamu, jadi sebaiknya jangan sampai kau jadi korban hantu itu." kata Yang Jian.
"Oke, aku mengerti." Zhang Wei mengangguk khidmat.
"Kalau begitu aku pergi dulu."
Yang Jian tidak berlama-lama. Ia segera menyetir meninggalkan kompleks perumahan, kembali ke pusat kota.
Ia juga harus memindahkan emasnya dari apartemen Jiang Yan ke sini, sekaligus memeriksa seberapa parah peristiwa supranatural di Bar Mawar itu.
Meski tidak terlibat, tetap perlu memahami situasi.
Mercedes-nya melesat di jalan raya. Tak lama kemudian sudah memasuki pusat kota. Tiba-tiba Yang Jian melihat helikopter berputar-putar di atas Kota Dachang, dalam status siaga.
"Helikopter? Jangan-jangan Zhao Jianguo memindahkan Pengendali Hantu dari daerah lain sebagai bantuan?"
Yang Jian mengerutkan alut bergumam.
Sangat mungkin, karena selain itu tidak ada kemungkinan lain.
Zhao Kaiming terjebak dalam insiden Hantu Mengetuk Pintu. Dalam kondisi menolak bantuan, satu-satunya cara Zhao Jianguo adalah memindahkan personel dari tempat lain.
Sedangkan alat bantu tercepat yang bisa dikerahkan tentu adalah helikopter.
"Datang pun hanya akan mati. Aku yang sudah mengendalikan dua hantu saja tidak berani menghadapi Hantu Ketuk Pintu itu, apalagi Pengendali Hantu lainnya." Yang Jian menarik kembali pandangannya, memutar setir untuk menghindari arah putaran helikopter.
Dia tidak ingin terlibat.
Selain itu, dibandingkan kematian orang lain, dia lebih berharap Zhao Kaiming yang mati dalam peristiwa kali ini.
