Pusat Kota Dachang.
Langit di sini gelap gulita tanpa sedikitpun cahaya, suasana sekitar sunyi senyap. Segala jejak aktivitas manusia seolah lenyap dalam sekejap, membuat seluruh kota berubah menjadi kota mati.
Waktu menunjukkan pukul 6 sore.
Tapi di musim panas, pukul 6 belum masuk waktu malam. Di luar seharusnya masih terang benderang, namun di sini kegelapan sudah mulai menyelimuti hingga sulit melihat tangan sendiri.
Namun kegelapan ini sama sekali tidak mempengaruhi Yang Jian.
Mata hantunya terbuka.
Dunia yang gelap pekat ini seketika diselimuti cahaya merah, memungkinkan pemandangan sekitar terlihat jelas melalui mata itu.
Kegelapan sangat mempengaruhi manusia, tapi tidak berpengaruh pada hantu.
Fungsi mata hantu ini sudah cukup dipahami oleh Yang Jian.
Saat dia mengemudi masuk ke wilayah hantu ini,
ada sebuah Bentley mewah senilai lebih dari 4 juta yuan yang juga melintas di jalan.
Mobil itu hanya memiliki plat nomor sementara. Dari kondisi mobil, sepertinya baru saja dibeli langsung dari dealer 4S.
Pengemudinya adalah seorang wanita berbaju gaun merah muda dengan riasan segar. Meski bertubuh mungil di balik kemudi, posturnya proporsional dengan kaki ramping putih bersembunyi di balik gaunnya - penampilan yang pasti sering membuat orang menoleh saat dia lewat.
Tapi saat ini kedua kaki yang semula ramping itu karena terlalu panik, otot menegang, urat pelipus pun terlihat jelas. Satu kaki yang sudah melepas sepatu menekan gas mati-matian, tak berani menghentikan mobil.
"Pacarmu bilang apa, apakah dia akan datang menyelamatkan kita?" Di kursi penumpang depan, seorang sales wanita memeluk kontrak dengan wajah penuh kecemasan.
"Aku, mana aku tahu. Kalau dia mau menyelamatkan, pasti akan datang sendiri." Jiang Yan tak bisa menangis, terus menyetir mobilnya.
Sebelumnya Yang Jian memberinya lima juta untuk beli mobil. Hari ini dia pergi mengambil mobil dengan gembira, mengajak sales untuk menandatangani kontrak. Tak disangka semakin jauh dikendarai, keadaan sekitar semakin tak beres. Langit semakin gelap, sebelumnya masih ada beberapa orang dan mobil, tapi sekarang sudah sama sekali sepi.
Seluruh kota sunyi sepi, seolah berubah menjadi kota hantu.
Jiang Yan baru menyadari situasi tidak normal, buru-buru menelepon Yang Jian.
"Menurutku lebih baik kita mengaktifkan alarm," kata sales wanita itu.
Suara Jiang Yan terdengar merintih: "Mengaktifkan alarm percuma! Kita sedang bertemu Hantu. Selain Yang Jian, tak ada yang bisa menyelamatkan kita, Yesus pun tak bisa. Aku pernah mengalami kemalangan seperti ini sebelumnya, tanpa dia pasti sudah mati. Kali ini juga sama. Aku tak mau mati! Nasib baikku baru saja dimulai. Mati sia-sia di sini terlalu merugikan."
"Jangan menakuti diri sendiri. Belum tentu benar-benar angker." Sales wanita itu tidak terlalu takut, masih ada perasaan untuk menghibur pelanggan besar ini.
Jiang Yan menggigit bibirnya, jari-jarinya memutih karena menggenggam setir dengan kencang: "Tidak, pasti ini angker, sudah pasti. Dan situasi kali ini berbeda dengan sebelumnya, kalau tidak, Yang Jian pasti akan menyuruhku berbaring diam di lantai, bukan menyuruhku terus bergerak tanpa henti."
"Kamu dan pacarmu pasti suka bermain-main," ujar sales wanita itu.
"Bukan itu yang kumaksud, maksudku soal bertemu Hantu. Aku pernah mengalami ini sebelumnya," kata Jiang Yan. Ia tak berani berhenti, juga tak berani ngebut.
Lampu mobil hanya menerangi area beberapa meter ke depan.
Ia mengemudi dalam kegelapan, khawatir tak sengaja masuk ke tempat-tempat aneh.
"Ding ding ding~!"
Tiba-tiba, notifikasi berbunyi di dalam kabin.
Dashboard tiba-tiba menunjukkan pintu kursi penumpang depan terbuka.
"Apa?!"
Jiang Yan membelalakkan matanya, menatap penuh horor ke arah kursi sales wanita itu.
Di luar jendela yang gelap gulita, samar terlihat bayangan manusia terpantul di kaca, menampakkan lekuk tubuh buram yang tak bisa dibuang betapapun kencangnya mobil melaju.
Padahal pintu sudah dikunci, tapi kini seperti tertera di dashboard, perlahan terbuka.
Sebuah celah mulai terlihat.
Aura dingin menusuk menerobos masuk, suhu dalam gerbong langsung turun beberapa derajat.
Telapak tangan kaku, pucat tanpa setetes darah merayap masuk lewat celah pintu, hendak mencengkeram sales wanita di kursi penumpang.
"Cepat, tutup pintunya!" teriak Jiang Yan histeris.
“Sales wanita belum mengerti situasi apa, hanya secara naluriah menarik pintu mobil karena dia benar-benar melihat pintu tiba-tiba terbuka.”
Seketika, telapak tangan pucat itu terjepit di pintu mobil, segera berubah bentuk. Kulit dan dagingnya terbelah, bau busuk menyengat menyusup masuk.
“Ah～！”
Sales wanita yang baru saja memegang pintu mobil itu menjerit ketakutan saat melihat tangan itu, kontrak di tangannya terlempar. Seluruh tubuhnya mengkerut ketakutan.
Semua pintu mobil terbuka.
Kegelapan seperti tinta pekat mulai menggerogoti gerbong.
Penerangan di dalam kereta berkerlip-kerlip dengan suara creek, seolah ada masalah pada sirkuit listrik.
Jeritan sales wanita tak kunjung reda.
Jiang Yan menggigit bibirnya sendiri sampai berdarah, menahan diri untuk tidak bersuara. Tanpa sadar kaki kanannya semakin dalam menginjak pedal gas.
Saat ini, di jalan raya lain.
“Wilayah Hantu semakin meluas.” Yang Jian mengemudikan Mercedes di jalan, tapi tiba-tiba menghentikan laju mobilnya.
Jalan di depan terblokir.
Dipenuhi mobil-mobil yang parkir di persimpangan.
Di tepi jalan, papan nama bertuliskan "Jalan Kemenangan" berdiri dengan cat mengelupas dan besi berkarat.
Kalau bukan karena pernah datang ke sini sebelumnya, Yang Jian hampir tidak mengenali tempat ini.
“Bar Mawar?” Saat mobilnya berhenti, matanya menatap ke arah samping.
Sebuah bar yang kumuh muncul di depan mata, papan nama jatuh, empat huruf "Bar Mawar" sudah terlepas, hanya tersisa satu huruf "Hantu", masih tergantung setengah udara, berkelip-kelip menyala. Di lantai dua bar, melalui kaca yang pecah, dia samar-samar melihat sesosok mayat tergantung di sebuah boks lantai dua. Mayat itu bergoyang-goyang lemah, lehernya terikat erat oleh seutas tali, kepala miring ke samping.
Melalui mata hantu, Yang Jian masih bisa melihat mulut mayat itu menggigit sebuah cerutu, mengeluarkan asap tipis, seolah baru saja mati.
"Hantu sudah tidak di sini lagi. Sekarang prioritas utama adalah mencari Jiang Yan. Menyelamatkan orang lain tidak sepenting menyelamatkan orang sendiri." Pandangan Yang Jian segera ditarik kembali.
Pedal gas diinjak.
Dia langsung menyerbu trotoar, memaksa menghindari persimpangan ini, melanjutkan ke area lain.
Tak lama setelah mobilnya pergi.
Mayat yang tergantung di lantai dua bar tiba-tiba membuka mata.
Cerutu di mulutnya tiba-tiba memancarkan seberkas cahaya merah, seolah sedang dihisap.
Saat sampai di ruas jalan lain, Yang Jian tiba-tiba mendengar jeritan histeris. Bersamaan itu, mata hantu seolah terprovokasi sesuatu, tak terkendali menatap ke satu arah.
Sebuah restoran hotpot.
Itupun di lantai dua.
"Ada hantu di sana."
Gerakan aneh mata hantu ini membuat Yang Jian langsung memahami situasi di depan.
Tapi keberadaan hantu juga berarti ada anggota di sana.
Hanya manusia yang bisa mengeluarkan jeritan histeris.
