Tong Qian telah mempersiapkan diri untuk pertarungan hidup-mati.
Ia paham dirinya sulit keluar dari sini. Di hatinya, ia hanya ingin membeli waktu bagi korban selamat, berharap mereka beruntung menunggu kedatangan tim penyelamat.
Namun kemunculan tiba-tiba Yang Jian membuatnya curiga.
"Kau... Polisi Mata Hantu, Yang Jian?" Tong Qian memandangi pria di sudut yang memegang lilin dengan mata hantu mengerikan di dahinya.
“Kau sudah membaca arsip saya?” Yang Jian tidak merasa aneh.
Arsip polisi kriminal dibagikan, setiap polisi kriminal berhak mengakses arsip rekan sejawat untuk saling memahami dan mengontrol.
Tong Qian berkata: "Sebelum datang, saya melihat arsip beberapa Pengendali Hantu di Kota Dachang termasuk milikmu. Karena kaulah satu-satunya Pengendali Hantu yang selamat dari insiden Hantu Mengetuk Pintu, apa kau datang sebagai bala bantuan?"
"Bukan sepenuhnya bala bantuan. Ada yang menyetujui syaratku untuk menyelamatkan orang di sini. Sepertinya polisi kriminal tolol yang nekat menerobos Wilayah Hantu itu adalah kau."
Yang Jian menjawab: "Awalnya aku tak ingin muncul. Biarkan kalian mati di dalam Wilayah Hantu. Lapor ke Zhao Jianguo nanti juga tak ada yang bisa membuktikan aku tidak menolong. Tapi tindakanmu tadi... terasa familiar. Kupikir lebih baik kuselamatkan kau."
Perilaku Tong Qian yang mengorbankan diri untuk menyelamatkan orang itu mengingatkannya pada Zhou Zheng.
Karena itulah Yang Jian akhirnya mau menampakkan diri untuk membantunya.
"Bagaimana bisa kau seperti ini?" Tong Qian kesal.
"Kenapa tidak boleh?"
Yang Jian berkata tenang sambil berjalan mendekat dengan lilin: "Peristiwa supranatural tak bisa diselesaikan dengan heroisme. Siapa pun yang terlibat akan mati, termasuk aku. Aku bisa jamin tidak berbuat jahat, tapi tak bisa jamin menyelamatkan orang. Aku akui tindakanmu tadi sangat mulia, agung, layaknya pahlawan wanita."
"Tapi setelah ini?"
"Kau akan mati. Mereka juga mati. Ditambah lagi ada hantu perempuan baru di sini. Ini hasil terburuk."
"Menyelesaikan peristiwa supranatural itu sendiri adalah urusan mempertaruhkan nyawa. Menjadi polisi kriminal harus siap berkorban kapan saja," kata Tong Qian.
Yang Jian berkata: "Bicara padaku tak ada gunanya. Kau harus bicara dengannya."
Dia menunjuk ke arah orang tua yang sedang mengetuk pintu di luar.
"Brak, brak~!"
Suara ketukan terus berlanjut, korban selamat terus berjatuhan.
Dengan kecepatan seperti ini, semua orang di sini termasuk Tong Qian akan tewas dalam sekejap.
Jika sekelompok orang menghadapi hantu pengetuk pintu, ada unsur acak - akan memilih satu orang secara random untuk mati. Tapi kemungkinan terpilihnya Pengendali Hantu sangat kecil.
"Cukup! Jangan bicara lagi! Selamatkan orang sekarang! Jika terus begini, semua akan mati. Bicaralah nanti setelah kita pergi dari sini!" Ekspresi panik mulai terlihat di wajah Tong Qian.
"Menyelamatkan orang bukan dengan berdiri di pintu menjual senyuman. Tapi dengan koneksi. Perhatikan dan pelajari caraku." Langkah Yang Jian mantap mendekat sambil berbicara.
Wajah Tong Qian langsung berubah hitam.
Dia berani bilang aku menjual senyuman?
Tapi ucapan Yang Jian membuatnya bingung.
Koneksi?
Apa maksudnya?
"Kakek, kita orang sendiri. Jangan diketuk lagi. Beri aku sedikit muka, lepaskan orang-orang ini." Yang Jian memegang Lilin Hantu mendekati pintu kaca sambil berbicara.
Api hantu di lilin itu memancarkan cahaya hijau jernih.
Menyelimuti area sekitar tiga meter.
Saat cahaya lilin menyentuh orang tua itu, telapak tangan kaku dan kurus kering itu berhenti mengetuk. Tubuh kaku itu perlahan mulai mundur.
Hantu ini dipaksa mundur oleh cahaya lilin.
"Ini juga bisa?"
Mata Tong Qian membelalak, wajahnya dipenuhi ekspresi tak percaya.
Apakah hantu ini adalah kakek Yang Jian yang sudah meninggal? Benarkah hubungan darah membuatnya tidak menyakiti kita?
Tidak, tidak.
Itu karena lilin itu.
Tatapan Tong Qian kembali tertuju pada lilin merah darah di tangannya.
Cahaya lilin yang ganjil berkedip-kedip dalam kegelapan, seakan memantulkan bayangan ribuan hantu jahat.
"Barang Profesor Bruce Pi memang manjur, bahkan Hantu Ketuk Pintu pun bisa dipaksa mundur. Tapi lilin ini terbakar lebih cepat." Yang Jian menatap Lilin Hantu di tangannya.
Sebelumnya, lilin ini seperti tak pernah habis terbakar, sama sekali tak menunjukkan perubahan. Tapi sekarang...
Ia melihat lilin jelas-jelas menyusut, dan semakin dekat dengan orang tua itu, kecepatan pembakarannya semakin tinggi.
"Semenit! Aku hanya memberi kalian semenit untuk pergi dari sini. Ini batas maksimumku. Berapa banyak yang bisa diselamatkan, itu tergantung kalian." Yang Jian menoleh: "Pintu ada di sana, tempatku muncul tadi. Banyak hal di Wilayah Hantu sudah berubah. Apa yang mata lihat belum tentu nyata."
"Aku mengerti."
Tong Qian memanfaatkan masa aman ini, berteriak: "Yang mau bertahan hidup, ikuti aku! Pintu keluar di sini!"
Tapi banyak korban selamat yang mentalnya sudah runtuh. Tidak diketahui berapa banyak yang mendengar teriakannya, atau mau menurut perintah.
Tapi semua ini bukan urusan Yang Jian.
Ia memandangi orang tua yang berdiri di luar cahaya lilin, di balik bayang-bayang itu dengan tatapan serius.
Ini sudah kedua kalinya bertemu dengan orang tua ini.
Pertemuan kembali ini tetap membuat merinding, namun terhadap hantu ini Yang Jian menyimpan permusuhan mendalam, bahkan bisa disebut kebencian.
Makhluk itu telah membunuh terlalu banyak teman sekelasnya, dan hampir membunuhnya sendiri.
"Bagaimana caranya mengurung orang tua kolot sepertimu ini?" gumam Yang Jian.
"Tak apa, masih banyak kesempatan. Selama aku punya Wilayah Hantu dan tetap waspada, aku takkan mati di tanganmu. Lagipula kau adalah pedang bermata dua bagiku, masih akan kupergunakan di masa depan."
"Waktunya hampir habis, Kakek. Selamat tinggal."
Ia mengecek ponsel - waktu sudah berlalu satu menit lebih belasan detik.
Bisa dibilang melebihi batas waktu.
Tanpa ragu, ia mengangkat Lilin Hantu dan berbalik badan pergi.
Persis saat ia berbalik, cahaya lilin itu mulai surut.
Orang tua itu kembali mendekat.
"Jangan meringkuk di sini, cepat pergi! Bangun dan ikut aku pergi dari sini."
"Berhenti menangis! Kalau tidak segera pergi kita tidak akan sempat."
"Apa yang kau lakukan tengkurap di tanah? Cepat bangun!"
Kepanikan memenuhi hati Tong Qian.
Serangan mengerikan ini membuat orang-orang kota yang mentalnya rapuh histeris - ada yang menjerit-jerit, ada yang meringkuk di sudut gemetar ketakutan, bahkan ada yang lemas tak berdaya terkapar di lantai.
"Yang Jian, tunggu sebentar! Masih ada yang tertinggal!" teriaknya gusar saat melihat Yang Jian mengangkat lilin hendak pergi.
“Tidak masalah, saya akan menunggu di luar.” Yang Jian menyetujui dengan sigap.
Tong Qian merasa kesal dan panik.
Jika kau pergi, mereka akan tersesat lagi di Wilayah Hantu, pasti mati tanpa ampun nanti.
“Mau tinggal menemani mereka?” tanya Yang Jian lagi.
Tong Qian terus mendesak, hanya dua-tiga orang yang berhasil bangun, tapi masih banyak yang tak bisa ditangani semua.
Melihat cahaya lentera hijau semakin menjauh, jelas Yang Jian takkan berlama-lama untuk korban selamat ini.
Begitu dia pergi, bukan hanya sisa korban selamat, bahkan Tong Qian sendiri akan tewas di sini.
“Jika tidak segera pergi, kalian semua akan mati. Silakan pilih!” teriak Tong Qian marah sebelum berbalik dan menarik beberapa korban selamat menyusul.
Begitu mereka pergi.
Cahaya lilin menjauh.
Kegelapan kembali menyelimuti area ini.
Suara ketukan pintu bergema lagi di toko, tangisan dan jeritan perlahan menghilang hingga akhirnya senyap total, semua kembali ke keheningan kematian.
Bahkan suara ketukan pun akhirnya lenyap.
Orang tua yang terselubung kegelapan di luar pintu pun berbalik perlahan pergi.
Tapi Wilayah Hantu tetap bertahan.
