“Kau mau ke mana sekarang?” Tong Qian melihat Yang Jian setelah menutup telepon, ternyata sedang mencari sepeda di pinggir jalan.
Bahkan memindai kode untuk membuka kunci dan bersiap mengendarainya, membuatnya tak tahan bertanya: “Apa rencanamu?”
“Mencari seseorang.” Jawab Yang Jian.
“Sangat penting?” Tanya Tong Qian.
Yang Jian berkata: “Bagiku lebih penting dari kalian.”
“Lalu para korban selamat ini tidak kau urusi?” Desak Tong Qian.
Yang Jian menjawab: “Merawat mereka seharusnya mampu kau lakukan.”
“Tapi menghadapi hantu itu aku tidak yakin. Jika kau pergi dan hantu itu datang, mereka pasti mati tanpa ampun.”
"Saya sarankan kau membawa mereka. Jika ingin bertindak, seharusnya kita bergerak bersama. Dengan kemampuan kita berdua, seharusnya bisa menyelamatkan korban selamat ini," kata Tong Qian.
"Tidak, untuk sementara saya rencana bertindak sendirian. Jangan terlalu memikirkan hantu itu. Kalian sudah menghindari satu kali serangan, jadi serangan berikutnya mungkin akan jeda beberapa waktu. Untuk sementara kalian aman," jawab Yang Jian.
"Tapi..." Alis Tong Qian berkerut.
"Tidak ada 'tapi'. Satu-satunya cara kalian bisa pergi dari sini adalah dengan mengikuti arahan saya," kata Yang Jian memotong pembicaraannya. "Tunggu di sekitar sini sampai saya kembali."
"Jika kau tidak kembali?"
Yang Jian berkata: "Maka bisa diumumkan kalian semua mati bersama-sama."
"Ini tidak bisa! Kau tidak boleh mengorbankan banyak orang hanya untuk menyelamatkan satu orang. Saya harap kau segera mencari cara mengantar mereka pergi dari sini!" Tong Qian memegang sepeda Yang Jian, menghalanginya.
Yang Jian menatapnya sesaat, tiba-tiba melompat dan mencekik lehernya, lalu menjatuhkannya ke tanah.
"Kau..." Wajah Tong Qian berubah drastis, sama sekali tidak menyangka Yang Jian akan tiba-tiba menyerangnya.
Tapi sebelum sempat bicara, sebuah pistol sudah menempel di dahinya.
"Cukup! Cara saya bertindak tidak perlu kau atur. Kau ingin menyelamatkan orang, saya tidak halangi. Tapi kalau saya mau bertindak, jangan kau halangi juga. Berani tambah satu kata, saya tembak kepalamu. Mari kita lihat apakah wajah hantu di belakang kepalamu bisa melindungi kepala cantikmu ini."
Wajah Yang Jian dingin. Pistol emas di tangannya sudah terisi peluru dan membuka asuransi.
"Jari berada di pelatuk, hanya perlu satu kali tekan, kepala Tong Qian bisa meledak."
"Kau ini orang gila." Mata Tong Qian membelalak.
"Dunia ini memang mudah membuat orang menjadi gila." Yang Jian menatapnya tajam: "Jadi, mau menghalangi atau tidak?"
Sambil berkata begitu, jarinya perlahan mulai menekuk.
Tong Qian bahkan bisa melihat tanda-tanda pelatuk yang mulai tertekan.
Yang Jian ini benar-benar berani menembak mati dirinya.
Zhao Jianguo, sebenarnya meminta orang seperti apa datang sebagai bantuan?
Apakah orang seperti ini nantinya akan menjadi polisi kriminal Kota Dachang?
Tong Qian tidak berpikir panjang. Dia tetap diam, tak berani mengucapkan kata-kata yang mungkin memprovokasi orang ini.
Setiap tindakannya bisa membuat Yang Jian langsung membunuhnya di tempat.
Setelah keheningan sejenak.
"Bagus, kau belum terlalu bodoh." Yang Jian perlahan menyimpan pistolnya, lalu tanpa bicara lagi, berbalik dan mengayuh sepeda pergi dari tempat ini.
Memandangnya menghilang perlahan dalam kegelapan di depan, barulah ekspresi Tong Qian berubah-ubah saat berdiri.
Orang ini benar-benar tidak punya pantangan sama sekali.
Apakah semua Pengendali Hantu lain juga seenaknya seperti ini?
Atau hanya orang ini yang seperti itu?
Tong Qian jarang berinteraksi dengan Pengendali Hantu lain. Kota yang dia tangani hanya kota kecil, bahkan tidak masuk kategori empat garis, dengan kasus supernatural yang sangat jarang. Selain kontak dengan atasan, hampir tidak ada interaksi dengan anggota lingkaran sosial ini.
Tindakan dan perilaku Yang Jian memberinya guncangan emosional yang tak terduga.
Seolah mengungkap sisi kejam dari dunia ini.
"Orang ini bagaikan serigala yang berjuang bertahan hidup dalam kegelapan, meski terkadang menunjukkan secercah kebaikan, tapi tak bisa menutupi sifat asli serigalanya." Lin Xian berpikir dalam hati: "Orang ini sangat berbahaya, ke depannya wajib menjaga jarak darinya."
Tapi yang belum dia sadari adalah, dunia ini sedang mengalami perubahan, suatu tatanan sedang runtuh.
Cara hidup ala Zhou Zheng tidak bisa dijalankan.
Talenta seperti Yang Jian lebih cocok untuk lingkungan bertahan hidup di masa depan.
"Polisi kriminal macam apa kau ini? Mengusir orang sampai pergi, kalau dia sudah pergi nanti siapa yang akan melindungi kita? Diri sendiri juga nggak punya keahlian. Dari tadi sikapmu sudah salah. Paling tidak pemuda itu sudah menyelamatkan kita, tapi kau malah langsung membombardir dengan omelan panjang lebar. Kalau ganti saya juga nggak nyaman."
Seorang ibu paruh baya dari para korban selamat memicingkan mata sambil menuding.
"Di saat penting, perempuan memang nggak bisa diandelin, entah apa yang ada di kecerdasannya."
"Hancur! Sekarang kita semua bakal mati di sarang hantu ini setelah si jagoan naik sepeda pergi."
Mendengar komentar para korban selamat, wajah Lin Xian berubah tapi tak bisa membantah.
Dia benar-benar tidak mampu menangani situasi ini.
"Meski Tong Qian punya integritas yang baik, tapi dia terlalu idealis dalam hidup. Dia belum memahami betapa kejamnya dunia nyata. Polisi kriminal seperti ini bahkan tidak layak menjadi anggota tim. Bekerja sama dengannya hanya akan menjadi beban. Menurutku, mustahil dia bisa melewati dua kali peristiwa supranatural sendirian tanpa mengandalkan orang lain."
Yang Jian mengayuh sepeda di jalan sambil mengamati sekeliling, berpikir dalam hati.
Karena Tong Qian memiliki kelemahan fatal: ketidakmampuan menilai situasi secara rasional.
Ini tidak masalah bagi orang biasa, apalagi wanita dengan penampilan menarik.
Tapi tidak bisa diterima bagi Pengendali Hantu.
Saat berurusan dengan hantu gentayangan, yang terpenting adalah pikiran dingin dan kemampuan menilai situasi. Tahu kapan bisa bertindak dan kapan harus mundur.
Karena satu langkah salah berarti mati, tanpa kesempatan kedua.
Menurutnya, Zhao Kaiming adalah yang terbaik dalam hal ini.
Meski musuh, Yang Jian harus mengakui gaya kerja Zhao Kaiming yang benar-benar perhitungan sempurna. Jika bukan karena kutukan hantu mengetuk pintu yang menyebar lewat telepon, memaksanya terlibat dalam peristiwa ini dengan nasib tak jelas,
Maka Yang Jian akan terus berada dalam posisi terpojok.
Yang paling parah, dia bahkan tidak menemukan celah untuk melawan balik.
Karena Zhao Kaiming sangat paham, dia tidak bisa menghadapi Yang Jian yang sekarang telah mengendalikan dua hantu. Sekalipun sebagai polisi kriminal Kota Dachang, dia terpaksa bersembunyi.
“Tapi kali ini dia juga berada di Wilayah Hantu ini, dan peristiwa ini muncul karena dirinya. Jika semua berjalan lancar, Zhao Kaiming seharusnya sudah mati di suatu tempat... Jika Zhao Kaiming benar-benar tewas, maka seharusnya di sini tidak hanya ada satu hantu, melainkan dua hantu.”
“Saya harus lebih memperhatikan.”
Memikirkan hal ini.
Yang Jian menjadi semakin berhati-hati.
Dia memutuskan untuk berkeliling di area ini. Jika tidak menemukan Jiang Yan, dia akan menyelamatkan beberapa orang lalu pergi dari sini sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada Zhao Jianguo.
Nyawa Jiang Yan terpaksa dikorbankan.
Meskipun wanita ini memang banyak membantu dirinya, tapi dia juga tidak pernah mengecewakannya. Saat menghadapi peristiwa supranatural pun dia sudah memberikan bantuan. Tapi jika nasibnya benar-benar sial, apa lagi yang bisa dilakukan?
Jika tetap bertahan di sini, Yang Jian hanya akan mengalami kerugian lebih besar.
Begitulah.
Dia mengendarai sepeda menyusuri jalanan yang gelap gulita.
Seberapa pekat pun kegelapan di sekitarnya, mata hantunya tetap bisa melihat dengan jelas.
Jika semua orang di sini harus mati, Yang Jian yakin dirinya pasti bukan termasuk salah satunya.
“Wilayah Hantu di sini sepertinya ada yang tidak beres.”
Setelah beberapa saat mengayuh sepeda, tiba-tiba Yang Jian melihat sebuah lampu jalan yang masih menyala di pinggir jalan.
Semua lampu jalan lain sudah padam, hanya lampu itu yang masih bercahaya.
Di bawah lampu jalan itu, sosok kaku berdiri membelakangi Yang Jian - persis seperti pemandangan yang dia lihat sebelumnya.
Tak perlu diragukan lagi, sosok yang berdiri di bawah sinar lampu jalan itu adalah seorang hantu.
Tersesat?
Halusinasi?
Yang Jian menghentikan sepedanya, mengerutkan alutnya.
Tapi mata hantu di dahinya mengatakan ini bukan halusinasi, juga bukan tersesat.
Karena dia melihat jalan bukan dengan matanya sendiri, melainkan mengandalkan mata hantu. Beberapa hal di wilayah hantu tidak bisa mengelabuinya.
Kecuali... hantu ini telah mengubah posisi, dan dirinya hanya bertemu lagi.
"Aku harus periksa, memastikan apakah aku yang tersesat atau hantu ini yang tidak beres." Yang Jian ragu sejenak, tak ingin membuang waktu berputar-putar, memutuskan untuk melewatinya dengan sepeda.
Jika itu budak hantu, hanya alarm palsu.
Tapi untuk berjaga-jaga, dia kembali menyalakan lilin hantu.
Api hantu yang menyeramkan memancarkan cahaya ganjil.
Cahaya ini menyelimuti Yang Jian, memberinya rasa aman di hati.
Api lilin hantu yang bahkan bisa memaksa mundur hantu ketuk pintu, tak mungkin takut pada budak hantu.
Tapi saat dia mengayuh sepeda dengan lilin hantu menyala, perlahan mendekat...
Hal tak terduga terjadi.
Api lilin hantu tiba-tiba seperti disiram bensin, berkobar dahsyat.
Cahaya lilin bergoyang tanpa angin, berguncang hebat.
Bersamaan itu, kecepatan pembakaran lilin meningkat drastis.
Hanya dalam hitungan detik, lilin hantu sudah terbakar 5 cm.
"Ini mustahil." Yang Jian menghentikan sepedanya dengan kasar, bola matanya menyipit, segera mundur.
