Efektivitas lilin hantu telah sangat jelas bagi Yang Jian.
Seperti yang dikatakan Wang Xiaoming, area yang ditutupi cahaya api setelah Lilin Hantu dinyalakan tidak bisa didekati oleh hantu gentayangan, manusia berada dalam keadaan benar-benar aman.
Namun ada satu hal yang perlu sangat diperhatikan.
Semakin mengerikan hantu yang didekati, semakin cepat Lilin Hantu terbakar. Dalam kondisi khusus, satu batang lilin bahkan bisa habis terbakar dalam beberapa menit, bahkan puluhan detik, sehingga waktu aman menjadi sangat singkat.
Saat Yang Jian berhadapan dengan Hantu Ketuk Pintu sebelumnya, kecepatan pembakaran lilin tidak secepat ini.
Tapi saat mendekati hantu di bawah lampu jalan itu.
Kecepatan pembakarannya sudah beberapa kali lipat dibandingkan Hantu Ketuk Pintu.
Sinyal ini hanya mewakili satu hal—bahaya, bahaya yang sangat ekstrem.
Hampir tanpa ragu, Yang Jian langsung mundur ke belakang.
Setelah mundur cukup jauh.
Kecepatan pembakaran Lilin Hantu jelas menurun, nyala api yang sebelumnya goyah dan terlihat akan segera padam itu kembali normal.
Keresahan akan krisis dengan cepat menghilang.
Tapi perasaan waspada di hati Yang Jian tidak berkurang sedikit pun.
Sebelumnya dia selalu mengira itu hanya budak hantu di dalam Wilayah Hantu, meski memiliki tingkat bahaya, tapi bagi dirinya sekarang ini tidak sebanding.
Mengingat tindakan ceroboh Tong Qian sebelumnya, Yang Jian diam-diam merasa bersyukur, kewaspadaan dan kehati-hatiannya sebelumnya telah menyelamatkan nyawanya. Kalau tidak, upaya menyelamatkan orang kali ini mungkin malah akan menjerat dirinya sendiri.
"Artinya, tingkat hantu ini lebih tinggi daripada Hantu Ketuk Pintu?"
“Tapi ini tidak mungkin, kalau level bahaya Hantu ini benar-benar mencapai tingkat seperti ini, mengapa dia muncul di dalam Wilayah Hantu si hantu ketuk pintu?”
Mata Yang Jian berkedip-kedip tak menentu, menatap jauh ke arah lentera jalan tempat sosok hantu itu berdiri membelakangi dirinya dengan tubuh kaku.
Seketika.
Lentera jalan yang menyala terang itu membuatnya paham situasinya.
Hantu ini sama sekali tidak berada di dalam wilayah hantu.
Dia tetap berada dalam kondisi dunia nyata.
Karena itulah lentera jalan tidak padam, tetap menyala, dan area sekitar hantu itu tidak terpengaruh oleh wilayah hantu.
Sebaliknya.
Karena tidak memasuki wilayah hantu, seharusnya hantu itu juga tidak bisa melihat Yang Jian.
Apakah ini berarti justru wilayah hantu si hantu ketuk pintu yang melindungi mereka, mencegah kontak antara kelompoknya dengan hantu itu?
“Apa yang sebenarnya terjadi di Kota Dachang belakangan ini? Selain hantu ketuk pintu yang kubawa sendiri, hantu-hantu lain yang muncul memiliki tingkat keganasan yang semakin tinggi. Kukira itu hanya musuh kecil, ternyata level bos!” Tatapan Yang Jian mencekam: “Mungkinkah Kota Dachang memiliki keunikan tertentu? Atau kondisi kota-kota besar lain juga serupa?”
“Lupakan dulu. Untuk keamanan, mulai sekarang kita harus langsung menjauhi hantu ini tanpa alasan apapun.”
Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan gejolak hatinya.
Bagaimanapun ini hanyalah alarm palsu.
Hantu di bawah lentera jalan itu tidak menunjukkan tindakan berbahaya.
Posisinya masih aman.
Memutar lewat gang kecil, Yang Jian berhasil mencapai ujung lain wilayah hantu.
"Jika di sini masih tidak bisa menemukan Jiang Yan, maka dia juga harus menyerah."
Dan pada saat ini.
Di dunia nyata di luar Wilayah Hantu.
Sebelumnya di sebelah lampu jalan yang pernah dilewati Yang Jian.
Karena blokade, beberapa jalan di sini sudah tidak ada orang, sekelilingnya sunyi senyap, toko-toko juga sementara tutup.
Seorang pria sedang duduk bersandar di dinding dengan kepala tertunduk, wajahnya terluka mengucurkan darah busuk yang menetes-detes. Tapi dibanding luka fisiknya, tampaknya pukulan psikologis lebih parah, seluruh tubuhnya terlihat lesu.
"Sekarang aku sudah kehilangan segalanya kecuali nyawa ini. Mengapa kau masih membuntuti dan tidak mau pergi?" Pria itu menengadah memandang lampu jalan di sampingnya.
Lampu jalan berkedip-kedip seolah kabelnya mengalami gangguan kontak.
Tapi dalam pandangannya.
Dia melihat. Di bawah lampu jalan, berdiri sesosok hantu.
Hantu yang membelakangi dirinya, tak pernah mau menampakkan wajah dan rupa.
Orang yang sedang berdialog dengan hantu ini tak lain adalah Zhao Kaiming.
Dia selamat keluar dari Wilayah Hantu, menghindari insiden hantu mengetuk pintu yang mematikan, tapi dengan pengorbanan yang tak ingin dia tanggung.
"Kau tak mau pergi, apakah masih ada sesuatu dari diriku yang belum kau hisap?" Zhao Kaiming tak lagi penuh vitalitas, hanya tersenyum getir yang dingin.
"Kau benar-benar hantu jahat. Karena kau, berapa banyak yang telah hilang dariku. Jika kau begitu mengerikan, mengapa tidak langsung bunuh saja aku?"
Zhao Kaiming memandang pistol khusus yang tergenggam di tangannya.
Tanpa berpikir panjang, langsung mengarahkan pistol ke pelipisnya sendiri dan menembak.
Dia memilih untuk bunuh diri.
Tapi suara tembakan tidak terdengar.
Pelurunya macet.
Zhao Kaiming mengisi magazen dan mengeluarkan peluru, sebuah peluru emas jatuh ke tanah, lalu melanjutkan menembak kepalanya sendiri.
Masih macet.
Mengeluarkan peluru lagi, menembak.
Tetap macet.
Seluruh peluru di magazen habis, tapi tidak satu pun tembakan yang berhasil.
"Sialan kau!" Wajah Zhao Kaiming menjadi garang, seperti orang gila melemparkan pistolnya ke arah hantu di bawah lampu jalan.
Pistol itu menghantam tubuh hantu tersebut, tapi tidak menyebabkan kerusakan apapun, hanya jatuh ke tanah.
Situasi seperti ini bukan pertama kalinya terjadi.
Dia tidak bisa melakukan bunuh diri.
Karena hantu yang selalu mengikutinya tidak mengizinkan.
Dia pernah mencoba bangkit, tapi realitas terus menjatuhkannya berulang kali, membuatnya kehilangan semakin banyak hal.
"Kau tetap tidak mau aku mati ya? Baiklah, aku akan hidup. Aku akan mengubah semua ini. Akan kulawan lagi kalian para hantu sialan ini, lihat siapa yang menang."
Zhao Kaiming berjuang berdiri, melangkah dengan kaki palsu yang patah, pincang berjalan ke depan.
Saat dia pergi, ponsel di sakunya berdering.
"Halo, Zhao Kaiming? Ayahmu baru saja mengalami musibah, cepat pulang..." Suara seorang kerabat terdengar dari telepon.
Zhao Kaiming sepertinya sudah mempersiapkan diri, dengan nada tenang menjawab: "Paman, saya tahu. Hari ini ada urusan, dua hari lagi akan pulang untuk mengurus pemakaman ayah."
Setelah selesai bicara, dia langsung mengakhiri panggilan, namun ekspresi wajahnya terlihat sangat mengerikan.
Ia menoleh sebentar untuk melihat ke belakang.
Hantu yang tadi berdiri di bawah lampu jalan itu entah sejak kapan telah menghilang tanpa bekas.
Tepat saat dia berhasil keluar dari sana dengan selamat.
Saat ini Yang Jian masih berada dalam wilayah hantu.
Dengan mengendarai sepeda sambil memegang Lilin Hantu yang menyala, ia terlihat santai berkeliling di jalan-jalan dan gang-gang. Namun sebenarnya semua mata hantu di tubuhnya telah terbuka, waspada terhadap setiap gerakan di sekitarnya sekaligus mencari posisi Jiang Yan.
Tiba-tiba...
Mata hantu di belakang kepalanya menangkap pandangan sebuah mobil yang parkir di sebelah toko pakaian dengan lampu yang masih menyala.
Mobil mewah baru itu terlihat memiliki sosok duduk di kabin pengemudi melalui jendela yang samar.
Namun di antara deretan kendaraan di pinggir jalan, ini tidak terlalu mencolok.
"Apa ketemu?"
Yang Jian menduga itu adalah mobil Jiang Yan.
Sebelumnya dia telah mengingatkan Jiang Yan untuk terus bergerak dan jangan mematikan mesin atau berhenti.
Tujuannya agar Jiang Yan tidak terjebak terlalu lama di satu tempat dan pasrah menunggu kematian, sekaligus memberi sinyal penanda untuknya.
Dengan mesin yang terus hidup, mobil akan lebih mudah dikenali.
Sayangnya, dia tetap berhasil dikelabui.
Entah kapan mobil itu akhirnya dihentikannya.
Di samping mobil itu...
Yang Jian melihat sosok familiar yang berdiri tak bergerak.
Teman sekelasnya... Qian Wanhao.
Saat ini, Qian Wanhao sudah kehilangan separuh kepala, tubuhnya menghitam dan membusuk, memancarkan bau mayat, tapi masih mengenakan baju yang sama seperti dulu.
Ketika Yang Jian mengayuh sepeda mendekat, Qian Wanhao perlahan menengadah, mengarahkan mata yang sudah membusuk itu padanya.
"Jadi budak hantu?" Alutnya berkerut dalam-dalam.
Sebenarnya, dulu di sekolah Qian Wanhao punya kesempatan untuk keluar hidup-hidup bersama dia, Zhang Wei, dan yang lain.
Sayangnya dia menerima telepon yang tidak seharusnya diangkat, akhirnya ditemukan oleh Hantu Ketuk Pintu.
"Kalau sudah jadi budak hantu, ancamannya tidak besar, apalagi dia juga hampir habis membusuk," batin Yang Jian.
Saat dia mendekat.
Cahaya lilin dari Lilin Hantu memaksa Qian Wanhao mundur.
Dalam area yang diterangi cahaya lilin, Qian Wanhao terpaksa mundur, tidak berani mendekat.
Melalui jendela mobil, Yang Jian melihat Jiang Yan masih dalam posisi mengemudi panik, jelas masih terbuai dalam halusinasi. Dari penampilannya, tidak tahu sudah berapa lama perempuan ini bertahan dalam keadaan seperti ini.
"Ini aku, buka pintu mobil."
Dia menelepon, langsung memberi tahu Jiang Yan melalui ponsel.
