Jiang Yan masih mempertahankan posisi mengemudi.
Di matanya, sekeliling gelap gulita hanya ada jalan tak berujung. Tak peduli seberapa cepat dia mengemudi atau berapa lama waktu berlalu, jalan ini tetap tak ada akhirnya.
Pinggir jalan juga tak terlihat secercah cahaya.
Ditambah kesadaran bahwa hantu sejati bisa muncul kapan saja di sini.
Meski duduk di dalam mobil, seluruh tubuhnya masih diselimuti ketakutan.
Jika Jiang Yan tidak tahu bahwa Yang Jian sudah datang untuk menyelamatkannya, dan masih memiliki secercah harapan di hati, mungkin dia sudah hancur berantakan, bahkan bisa saja sudah gila saat ini.
"Sudah lama berlalu, apakah pacarmu mungkin tidak akan datang?" Di kursi penumpang depan, sales wanita itu wajah pucat, bertanya dengan gagap.
Dia belum mati, pada serangan sebelumnya, keberuntungannya masih cukup baik. Mobil yang digaspol sepertinya berhasil melepaskan diri dari Hantu itu. Setelah itu, pintu mobil dikunci rapat, setang kemudi ditarik mati-matian sehingga dia bisa bertahan sampai sekarang.
Tapi di pergelangan tangan sales wanita ini terdapat bekas telapak tangan yang terbentuk dari darah beku.
Itu adalah bekas cengkraman tangan yang sebelumnya menyusup dari luar.
Telapak tangan itu dingin, kaku, namun mengandung kekuatan mengerikan yang hampir mematahkan pergelangan tangannya.
"Aku mana tahu."
Jiang Yan mengeluarkan air mata: "Dia bagaimanapun sudah datang, apakah akan menyelamatkanku atau tidak, aku juga tidak tahu. Jangan terus tanya aku. Pokoknya jika Yang Jian tidak datang kita pasti mati."
"Sekarang kita diam saja menunggu di sini. Bertahan hidup selama mungkin. Selebihnya aku juga tidak tahu harus bagaimana."
Namun tepat saat berbicara, ponselnya berdering.
Jiang Yan seperti orang gila langsung melihatnya. Setelah memastikan itu panggilan dari Yang Jian, dia segera mengangkat.
"Buka pintu mobil."
"Kau, ada di mana?"
Yang Jian berkata: "Jangan banyak omong, kubilang buka pintu mobil."
“Ta-tapi aku sedang menyetir, di luar ada hantu, aku takut. Barusan ada hantu yang membuka pintu mobil dan hampir masuk.” Jiang Yan berkata: “Kamu di mana? Cepat selamatkan aku.”
“Kalau masih bicara omong kosong, aku pergi.” Yang Jian berkata.
“Jangan, aku akan nurut. Aku buka pintu mobil.” Jiang Yan ketakutan dan buru-buru membuka pintu mobil.
Pintu mobil terbuka.
Cahaya lilin yang ganjil menerobos masuk, terlihat Yang Jian memegang lilin berdiri di luar mobil.
“Kau ini perempuan benar-benar cerewet. Lain kali sebaiknya aku tidak perlu menyelamatkanmu.”
“Yang, Yang Jian, kenapa kamu di sini?” Mata Jiang Yan membelalak, tapi kemudian wajahnya berseri-seri: “Aku sangat senang kamu datang, tadi aku hampir mati, kamu tahu tidak!”
Setelah berkata demikian, dia langsung menerjang keluar dan memeluk Yang Jian.
“Kamu masih menyetir lho.” Sales wanita di sebelahnya kaget.
Tapi ketika dia melihat kondisi di luar, situasinya telah berubah.
Entah sejak kapan mobil sudah berhenti. Kegelapan di sekitar terdorong mundur oleh cahaya lilin. Jelas terlihat mobil ini sejak tadi berhenti di pinggir jalan, sama sekali tidak bergerak.
Dikacaukan oleh hantu?
Sales wanita itu gemetar seluruh tubuhnya, hampir roboh di dalam mobil.
Mungkinkah sejak awal kami berdua tidak pernah menyalakan mobil? Semua yang dilihat sebelumnya hanyalah halusinasi?
Ini... ini benar-benar menyeramkan.
“Aku tahu kamu pasti akan menepati janji untuk menyelamatkanku. Benar-benar tidak mengecewakan. Senang sekali kamu datang, aku sangat mencintaimu.” Jiang Yan memeluk leher Yang Jian dengan penuh semangat, ingin menciumnya berkali-kali.
“Jangan terlalu mesra.”
Yang Jian menekan wajahnya dengan telapak tangan, menatap wanita di kursi penumpang depan: "Dia siapa? Kautemui di pinggir jalan?"
"Dia sales mobil, Bukannya kemarin kau yang suruh saya beli mobil? Ada urusan administrasi yang harus kau urus, jadi saya sengaja bawa salesnya mencarimu. Mana tahu di jalan ada kejadian tak terduga." Jiang Yan yang tak bisa mencium Yang Jian, langsung memeluknya erat tak mau melepaskan.
Sambil berusaha melepaskan lengan Jiang Yan, Yang Jian bertanya: "Dia terlihat pucat, apa diserang hantu?"
"Iya." Jawab Jiang Yan.
"Kalau tidak mati, keberuntunganmu memang luar biasa." Mata Yang Jian beralih fokus.
Memastikan sales wanita ini tidak bermasalah.
"Duduk di belakang, saya yang akan menyetir. Sekarang waktunya pergi dari sini. Sudah terlalu lama kita di sarang hantu ini. Kalau lama-lama, hantu itu akan datang menyusul." Akhirnya Yang Jian berhasil mendorong Jiang Yan.
Jiang Yan merengek: "Jangan, saya mau duduk sama kau."
"Omong kosong! Kau pikir ini sofa bisa diduduki berdua? Jangan buang waktu." Sahut Yang Jian.
"Saya bisa duduk di pangkuanmu. Tubuh saya ramping, tidak akan mengganggu kau menyetir." Balas Jiang Yan.
Yang Jian berkata: "Tapi kau akan mengganggu perasaan saya. Kau sudah membuat saya kesal. Kalau bukan untuk menyelamatkanmu, mana mungkin saya mau jalan-jalan ke sarang hantu ini? Pulang nanti gaji dipotong setengah, pekerjaan digandakan."
Dengan paksa mengusir si manja ini ke kursi belakang.
Ia meniup lilin hantu sampai padam, langsung duduk di kursi kemudi dan menjalankan mobil meninggalkan tempat itu.
Cahaya lampu berkedip.
Sales wanita di sebelahnya secara tidak sengaja melihat sekilas ke luar jendela mobil, seekor mayat yang sudah mulai membusuk sedang berjalan perlahan ke arah mereka, membuatnya berteriak histeris.
"Di, di luar, di luar ada..."
"Cuma ada hantu, ngapain heboh begitu? Bukannya sebelumnya kau sudah pernah bertemu? Kalau terus teriak sembarangan, kusuruh turun dari mobil." Yang Jian melotot padanya dengan wajah dingin.
Seluruh tubuh sales wanita itu gemetar, dia buru-buru menutupi mulutnya.
"Jangan menakut-nakuti orang, kalau kau usir dia siapa lagi yang mau mengurus urusan administrasimu." Jiang Yan bangkit dari kursi belakang, menyondongkan kepalanya ke depan sambil memeluk leher Yang Jian dengan wajah berseri.
"Duduk manis, atau kau juga sama." kata Yang Jian.
Senyum di wajah Jiang Yan sedikit kaku, kemudian dia menyusut kembali dengan cepat, duduk tegak di kursi belakang seperti para gadis yang patuh pada guru.
Sekarang Yang Jian berniat mampir mencari Tong Qian yang sangat tidak disukainya.
Hari ini statusnya sebagai komandan tim penyelamatan sudah pasti melekat.
Kalau tidak menyelamatkan beberapa orang, Zhao Jianguo mungkin akan kesulitan memberikan pengakuan.
Jika hanya membawa Jiang Yan dan sales wanita ini pergi, mungkin paru-paru Zhao Jianguo akan meledak marah begitu melihatnya.
Demi hak kepolisian kriminal, peran "orang baik" palsu ini harus tetap dimainkan.
Tapi ketika Yang Jian tiba di persimpangan yang pernah dia tinggalkan sebelumnya, dia menemukan bukan hanya Tong Qian yang hilang, para korban selamat sebelumnya juga lenyap semuanya.
"Mereka bersembunyi?"
Yang Jian melirik sekeliling, malas mencari, langsung berteriak ke luar: "Tiga menit. Siapa yang bisa sampai di sini dalam tiga menit boleh keluar hidup-hidup. Kalau tidak, silakan mati menganggur di Wilayah Hantu."
Sebelumnya dia sudah memerintahkan mereka untuk menunggu di sekitar sini bersama Tong Qian.
Kalau mereka kabur sembarangan, itu salah mereka sendiri.
Yang Jian tidak punya stamina untuk mencari satu per satu, menyelamatkan satu per satu.
Dia yakin masih ada korban selamat lain di wilayah hantu ini, bukan hanya kelompok yang dikumpulkan Tong Qian. Kalau tidak, hantu ketuk pintu itu pasti sudah datang sejak lama seperti biasanya.
Suaranya tidak keras.
Bergema di jalanan sepi, yakin bisa didengar oleh semua korban selamat yang bersembunyi di sekitar.
Cepat sekali.
Tong Qian muncul dari pintu toko di mal, rambut dikuncir tinggi yang bergoyang-goyang saat berjalan, seragam polisi kriminalnya membuatnya tampak gagah, meski raut wajahnya pucat.
"Kupikir kau hanya bicara iseng, tidak akan kembali. Kau benar-benar mau menyelamatkan kami?"
Yang Jian membuka jendela mobil, menatapnya: "Kalau kau mati di Kota Dachang, akan ada hantu baru di sini. Nanti aku yang harus membereskan kekacauanmu."
"Apapun alasannya, selama kau mau kembali menyelamatkan orang, aku harus berterima kasih. Bukan hanya untuk para korban selamat, tapi juga untuk diriku sendiri." Tong Qian kali ini tidak marah, malah menunjukkan tanda terima kasih pada Yang Jian.
Yang Jian tertegun sejenak, lalu berkata dengan tenang: "Sepertinya kau mulai memahami kenyataan. Ini bagus. Peristiwa supranatural memang paling efektif membuat seseorang berkembang pesat. Aksi nekatmu kali ini juga tidak sepenuhnya sia-sia."
"Bisakah kau tidak bicara dengan nada mendidik seperti ini?" kata Tong Qian.
"Bukankah sebelumnya kau juga mengomeliku seperti ini?" Yang Jian tersenyum: "Manusia sering tanpa sadar menjadi tipe orang yang paling dibencinya sendiri."
Saat mereka berbicara, para korban selamat mulai berkumpul di belakang Tong Qian satu per satu.
"Tinggal semenit lagi," kata Yang Jian sambil menatap jam di ponselnya.
"Semuanya berkumpul! Kita akan segera pergi dari sini," perintah Tong Qian sambil bertanya: "Apa caramu untuk keluar dari sini?"
"Itu urusanku. Kau tak perlu ikut campur. Cukup tahu bahwa aku bisa membawa kalian keluar," jawab Yang Jian.
Tong Qian menatap Yang Jian beberapa saat. Meski tidak mempercayai integritasnya, dia sangat mengagumi kemampuan pria ini.
Tidak semua Pengendali Hantu berani bersepeda seenaknya di Wilayah Hantu seperti ini.
Yang dibutuhkan di sini bukan sekadar keberanian, tapi keyakinan penuh pada kemampuan diri sendiri.
