Dulu Yang Jian selalu ingin punya keluarga, keluarga miliknya sendiri. Bukan sekadar ikut ibu menyewa rumah dan terus pindah-pindah. Dulu dia sering berpikir, harus cepat bekerja keras cari uang untuk beli rumah, semakin besar semakin baik.
Tapi sekarang untuk pertama kalinya dia sadar, ternyata rumah yang terlalu besar juga tidak baik.
Apalagi tempat ini punya lima lantai. Mencari seseorang bukan lagi mencari per lantai, tapi harus berteriak tiap lantai. Jika seseorang bersembunyi di sini dan tidak merespons, akan sangat sulit ditemukan.
Pada saat ini.
Zhang Liqin tidak berada di lantai empat, juga bukan di lantai tiga.
Setelah tiba di sini dan melihat seluruh gedung sunyi sepi, untuk tidak mengganggu kehidupan orang lain, dia pergi ke lantai dua yang kosong.
Lantai dua adalah ruang tamu.
Tapi ada juga ruang istirahat.
Di dalam ruang istirahat terdapat kamar tidur, toilet, dan kamar mandi.
Namun setelah masuk, Zhang Liqin menemukan sesuatu yang aneh di sini.
Semua cermin, termasuk kaca dan area reflektif lainnya, ditutupi kain hitam.
Tidak ada satu pun yang terkecuali.
Bahkan cermin di toilet pun sama.
Zhang Liqin samar-samar merasa, ini mungkin juga terkait dengan tempat angker, jadi dia tidak membuka kain hitam manapun, lagipula peristiwa yang terjadi beberapa jam sebelumnya masih jelas terbayang.
Bahkan orang paling bodoh sekalipun seharusnya sudah belajar menjadi lebih bijak.
"Mandi, tidur lebih awal, lebih baik jangan memikirkan kejadian sebelumnya."
Meski ketakutan masih membekap hati Zhang Liqin, namun dengan mengingat Yang Jian masih ada di sini, hatinya sedikit menjadi tenang.
Lagipula orang yang bisa menghadapi hantu tinggal di sini, bagaimanapun juga pasti tidak akan terjadi masalah.
Melepas seragam kerja yang mengeluarkan bau mayat samar.
Zhang Liqin masuk ke kamar mandi dan menyiram diri dengan air panas.
Siraman air hangat di tubuhnya memberinya kehangatan, hawa dingin di badan berkurang, tapi rasa dingin di hati masih tetap ada.
Meski secara logika tahu tempat ini mungkin aman.
Tapi mengingat kejadian sebelumnya dan semua kain hitam yang menutupi ruangan ini dengan cara yang ganjil.
Zhang Liqin masih merasa sangat cemas, dia menepuk wajahnya agar tidak berpikir kacau.
Hantu, begitu konsep ini muncul di hati manusia, akan seperti belatung yang menempel di tulang, tidak bisa dihilangkan lagi.
Ketakutan dalam hati mungkin bukan berasal dari kematian, tapi dari kata 'Hantu' itu sendiri.
Kata ini sejak awal memang memiliki kemampuan untuk menimbulkan ketakutan, seolah memiliki daya magis tertentu.
Buru-buru mandi, lalu menahan aroma aneh sambil mencuci baju dan pakaian dalam. Jika memungkinkan, dia sama sekali tidak ingin memakai baju yang memancarkan bau mayat ini lagi. Aroma ini hanya mengingatkannya pada ketakutan.
Jemur pakaian di luar.
Dengan cuaca seperti ini, sepanjang malam pasti sudah kering.
Mencari-cari.
Dia menemukan handuk mandi di lemari kamar mandi, lalu membungkus tubuhnya.
Begitu keluar dari kamar mandi.
Zhang Liqin merasakan angin dingin berhembus di sekitarnya. Angin ini membawa hawa dingin yang menembus kulit, masuk sampai ke tulang, membuatnya gemetar tak tertahan. Bau mayat di udara juga terasa semakin menyengat.
Entah karena belum beradaptasi setelah keluar tiba-tiba, atau angin dingin AC dari ruangan yang ikut terbawa.
Tidak berani berpikir lebih jauh.
Dia hanya ingin bersembunyi di balik selimut dan tidur sampai subuh.
Setelah subuh, mimpi buruk hari ini akan berakhir.
Tiba-tiba.
Zhang Liqin samar-samar mendengar suara memanggil namanya, sepertinya suara Yang Jian itu.
"Saya di sini." Setelah berpikir sejenak dan memastikan tidak ada kesalahan, dia menjawab.
Tak lama kemudian, terdengar langkah kaki di luar.
Yang Jian bergegas menaiki tangga ke lantai dua.
Begitu masuk ke ruang tamu, dia langsung melihat Zhang Liqin yang sedang bersiap kembali ke kamar untuk tidur.
Seketika, dia tertegun.
Bukan karena menemukan situasi khusus, melainkan tidak menyangka bahwa Zhang Liqin ini ternyata cukup cantik. Tidak, tidak bisa dibilang cantik, tapi dari segi wajah bahkan kalah dengan Jiang Yan. Hanya bisa disebut cantik sederhana namun memikat. Yang membuat orang tak henti memandang adalah tubuhnya yang matang dan berisi, dengan ciri khas wanita dewasa, sehingga memancarkan pesona menggoda dari dalam dan luar.
Terutama lekuk samar-samar di balik handuk mandi di bagian dada yang membuat Yang Jian sejenak meragukan keasliannya.
Mengapa sebelumnya tidak kulihat keistimewaan Zhang Liqin ini?
"Ada, ada apa?"
Zhang Liqin merasakan tatapan Yang Jian. Sebagai wanita, dia secara alami menyadarinya. Matanya mulai menghindari tatapan saat bertanya.
Yang Jian berkata: "Banyak cermin di sini yang ditutupi kain hitam. Kau belum membukanya kan?"
"Tidak. Aku merasa tempat ini agak aneh jadi tidak menyentuhnya." Jawab Zhang Liqin.
Yang Jian mengangguk: "Bagus. Ada hantu di sini. Jika sembarangan menggerakkan cermin bisa melepaskannya. Hindari saja, tidak ada pantangan lain. Aku sengaja mengingatkanmu agar kau tidak tertipu dengan bodoh."
"Apa? Ada hantu di sini?" Zhang Liqin terkejut.
"Jangan berlebihan. Selama tidak main-main, tidak akan ada masalah. Lagipula, di tempat sebesar ini punya satu hantu bukan masalah. Di Kota Dachang juga banyak hantu, tapi penghuni pusat kota tidak ketakutan. Beberapa hal yang tidak terlihat dan tidak diketahui secara alami tidak terlalu menakutkan." Kata Yang Jian.
"Lagipula masalah ini akan kuselesaikan, tidak ada hubungannya denganmu. Kau tinggal semalam saja lalu pergi."
"Memang juga begitu." Zhang Liqin mengangguk.
Meski berkata demikian, mengetahui ada hantu di sini membuat seluruh tubuhnya gemetar tak tertahan. Matanya tak bisa tidak melirik ke sekeliling.
Takut tiba-tiba ada orang asing muncul tanpa sebab di sudut manapun.
"Tidur lebih awal, aku pergi dulu." Yang Jian berbalik hendak pergi, tapi baru beberapa langkah, tiba-tiba berputar cepat: "Ngomong-ngomong, kamu... bukankah hantu?"
Zhang Liqin terkejut: "Kenapa kau bertanya begitu?"
"Beberapa hantu menyamar sebagai manusia, biasanya sulit dibedakan. Demi keamanan, lebih baik kita uji saja." Yang Jian mendekat.
"Bagaimana caranya diuji?"
"Sederhana." Tiba-tiba Yang Jian meraih lehernya.
Jelas terasa, dia merasakan kehangatan tubuh Zhang Lili, bulu kuduk yang merinding di belakang kepala, dan detak jantung yang panik.
Hantu tak punya begitu banyak tanda vital.
Sekalipun hantu yang paling sempurna penyamarannya takkan memiliki ini.
"Sepertinya kau belum disentuh hantu itu, ini kabar baik. Jangan keluar malam ini, awasi diri." Yang Jian menarik kembali tangannya.
"A-Aku mengerti." Zhang Liqin mengangguk cepat.
Tiba-tiba Yang Jian bertanya lagi: "Ngomong-ngomong, ini... asli atau palsu?"
"Apa?" tanya Zhang Liqin.
"Ini... dada. Orang normal tak mungkin sebesar ini. Di mana kau operasi plastik?"
Zhang Liqin menunduk melihat dadanya, wajahnya memerah: "Ini... ini asli, bukan dibuat."
"Cuma bertanya, jangan tersinggung." Kata Yang Jian.
“Ti-Tidak, saya tidak keberatan.”
Zhang Liqin merapikan rambut indah di dekat telinganya, melirik Yang Jian dengan tatapan yang tak sengaja memancarkan pesona.
Melihat tatapan itu, Yang Jian tertegun sejenak.
Untuk sesaat, tatapan keduanya saling berpapasan, memicu percikan kimia yang tak terduga di antara mereka.
Sebagai wanita matang, Zhang Liqin menyadari ini tidak pantas - seorang perempuan tak seharusnya memandangi pria dengan cara seperti itu.
Namun saat ia menundukkan pandangan, Yang Jian justru mendekat dan bertanya: "Apa maksud tatapanmu tadi? Apakah kau sedang menyiratkan sesuatu padaku?"
“Ti-Tidak!” Zhang Liqin buru-buru menyangkal.
“Aku tak percaya. Tatapanmu jelas-jelas provokatif. Sebagai pria, kupikir inilah saatnya bertindak.” Ujar Yang Jian.
“Lalu apa yang kau inginkan?”
Jari-jemarinya kembali merapikan rambut, matanya menghindari kontak langsung sambil berusaha menyembunyikan gejolak hatinya.
Tanpa berkata-kata, Yang Jian langsung menyentuhkan bibirnya pada bibir lembut wanita itu.
Zhang Liqin segera menyadari niat Yang Jian. Sebagai sales mobil mewah yang mengandalkan profesionalisme dan etika kerja, nalurnya ingin melawan, menolak - bukan seperti sales murahan yang mudah menjalin hubungan intim dengan klien.
Tapi anehnya, tubuhnya tak bergerak menghindar. Bahkan saat ciuman itu terjadi, alih-alih menolak, dengan mata terpejam ia justru menengadah lembut merespons.
Ya Tuhan.
Apa yang terjadi denganku? Mungkinkah aku tergoda oleh orang ini?
Yang tidak diketahui Zhang Liqin adalah, setelah mengalami kematian, ketakutan, dan keputusasaan, dengan akal sehatnya di ambang kehancuran, Yang Jian - pria yang memberinya harapan dan menariknya dari tepi jurang tak berdasar - secara tidak sadar hanya akan menuruti keinginan dalam hati, tanpa sedikitpun pemikiran untuk melawan.
Seperti halnya Jiang Yan yang memaksakan diri untuk terus menempel pada Yang Jian.
Ketergantungan psikologis lebih dominan daripada kebutuhan materi.
Namun kepasrahan ini justru memicu dorongan yang telah lama hilang dalam diri Yang Jian.
Dengan cepat.
Yang Jian tiba-tiba merangkul pinggang rampingnya, mengangkat tubuh perempuan dewasa itu secara horizontal, lalu berjalan menuju ruangan sebelah.
"Hm~!" Zhang Liqin mendengus pelan.
Ia paham apa yang akan terjadi berikutnya. Wajahnya memerah, tanpa mengucap sepatah kata pun atau perlawanan, hanya menutup mata perlahan sambil membiarkan pria yang baru dikenalnya sehari ini membawanya masuk ke kamar.
