Saat ini, di Kompleks Perumahan Guanjiang.
Vila tempat tinggal Yang Jian berpenerangan terang. Sebelum dia pulang, Jiang Yan yang pengecut telah menyalakan semua lampu.
Bahkan lampu toilet tak luput.
Setiap sudut bersinar terang, memberinya rasa aman. Bagaimanapun, tempat seluas ini hanya dihuni satu dua orang membuatnya sangat takut.
Tapi hari ini, datang seorang tamu.
Di aula lantai satu.
“Nona Zhang, saya lihat hari ini Yang Jian akan pulang sangat malam, lebih baik Nona tidak perlu menunggu. Plat nomor bisa ditaruh di sini, nanti saya pasangkan untuknya.” Jiang Yan berkata sambil tersenyum, matanya penuh kewaspadaan memandangi Zhang Liqin.
Sejak menginap semalam itu, dia merasa ada yang tidak beres dengan wanita ini.
Jangan-jangan dia ngejar-ngejar Yang Jian.
Ini tidak boleh! Yang datang lebih dulu berhak dapat tempat. Sudah kuambil posisi ini, mana mungkin kuizinkan rival muncul.
Zhang Liqin hari ini sengaja berdandan rapi. Riasan wajahnya tipis alami, rambut yang dikepang tertata rapi tanpa sehelai pun terlepas. Meski memakai kostum profesional, kemeja ketatnya menonjolkan lekuk dada yang menggoda. Entah disengaja atau tidak, dua kancing di dadanya sengaja dibiarkan terbuka, memperlihatkan leher yang dalam. Di balik rok pendek profesionalnya, sepasang kaki jenjang berkaus kaki hitam terlihat seksi dan memikat.
Bisa dibilang ini adalah wanita yang memancarkan aura kewanitaan dari seluruh tubuhnya.
“Tidak apa, saya tunggu saja. Masih ada beberapa dokumen yang belum selesai. Kebetulan sudah ke sini, sekalian saja diselesaikan bersama agar tidak tertunda lagi. Saya takut mengganggu urusan Direktur Yang.” Senyum tipis mengembang di wajahnya, menunjukkan kesabaran yang luar biasa.
“Kau sengaja ingin ngekost di sini ya?” Ekspresi Jiang Yan berubah aneh, tapi tak berani mengatakannya keras-keras.
Jika sampai Yang Jian tahu dia mengusir Nona Zhang yang bertugas mengurus dokumen dan plat nomornya, bisa-bisa nanti dia dimarahi habis-habisan.
"Tapi melihat situasi hari ini, Yang Jian mungkin tidak akan pulang. Hari ini dia mulai bertugas, katanya ada misi. Saya juga sebentar lagi mau istirahat, besok harus bekerja. Tidak bisa terus menemani Nona Zhang di sini." Jiang Yan berkata.
Zhang Liqin menjawab: "Kalau begitu Nona Jiang tidur dulu saja. Saya akan menunggu Tuan Yang sendirian di sini. Jika benar-benar sudah terlalu malam, mungkin harus menginap satu hari lagi."
Dari nada bicaranya, jelas dia bertekad untuk menginap hari ini.
Jiang Yan yakin, Zhang Liqin ini pasti ingin mencari sugar daddy. Paha emas yang susah payah dipeluknya sekarang hendak direbut orang.
Ini tidak bisa dibiarkan.
Yang Jian hanya punya dua paha. Satu untuknya, satu untuk teman dekatnya Zhang Wei. Sudah tidak ada jatah untuk wanita ini.
"Kalau Yang Jian tidak pulang, beberapa hal tidak bisa saya putuskan. Lagi pula dia tidak suka orang asing menginap di sini. Jika Nona Yang memang perlu menginap semalam karena urusan pekerjaan, bagaimana kalau saya antar ke gedung penjualan properti di sana? Tempat kami memang kurang praktis."
Setelah berkata demikian, Jiang Yan menekan suaranya dengan nada menyeramkan: "Dua hari ini di luar sudah lebih dari dua puluh orang mati. Mayat berserakan di mana-mana. Menurut Yang Jian, di kompleks ini ada peristiwa gaib. Lantai lima kami bahkan punya pantangan yang tidak boleh disentuh. Tahukah kenapa villa ini sebelumnya ditutupi kain hitam?"
"Karena tempat ini angker. Hantu itu masih ada di dalam villa. Sampai sekarang saya tidak yakin apakah makhluk itu sudah pergi. Mungkin saat ini sedang duduk di sebelah sofa mendengarkan pembicaraan kita."
“Saya pernah mendengar dari Pak Yang, tapi soal ini saya memang harus berterima kasih padanya. Kalau bukan karena dia, waktu itu kami tidak akan bisa keluar dari pusat kota.” Zhang Liqin masih merasa ngeri, tapi tidak terlihat terlalu ketakutan.
Namun ekspresi wajahnya masih terlihat dipenuhi kegelisahan.
Sial, ini saja tidak bisa mengusirnya?
Andai saja Zhang Wei ada di sini, pasti dia punya cara untuk mengusir Zhang Liqin ini.
Sayangnya talenta kompeten itu sudah dibawa pergi oleh ayahnya.
Saat Jiang Yan sedang merenungkan berbagai cara untuk mengusir Zhang Liqin yang dirasanya sebagai ancaman dan memperkuat posisinya sebagai Nyonya Istana Timur, terdengar suara rem darurat mobil dari luar.
"Tidak mungkin, datangnya terlalu cepat?" Jiang Yan terkejut.
Zhang Liqin langsung lega mendengar suara mobil itu. Sebagai sales, dia mudah mengenali suara mobil Bentley milik Yang Jian.
Tak lama kemudian.
Yang Jian masuk sambil membawa dua koper besar yang terlihat berat.
"Kamu gila ya? Sendirian di rumah tapi menyalakan lampu empat lantai sekaligus, bahkan lampu toilet pun dinyalakan. Sepertinya yang bayar listrik bukan kamu ya? Sekarang tarif listrik mahal, tidak bisa hemat dikit? Memang yang bukan kepala keluarga tidak mengerti kesulitan kepala keluarga. Aku di luar harus kerja keras memeras uang!"
Begitu masuk pintu, Jiang Yan langsung dimarahi.
Jiang Yan mengembungkan pipi: "Orang yang sudah punya miliaran kok masih pelit soal listrik. Aku di sini sendirian takut-takut, tahu tidak!"
"Coba lihat ke luar, baru kamu akan sadar di luar lebih mengerikan. Benar-benar tidak bisa menghargai keberuntungan sendiri," kata Yang Jian.
“Tuan Yang, selamat siang.” Zhang Liqin menyapa.
Alis Yang Jian berkerut: “Kau datang sejak kapan?”
“Sejak siang tadi, terus menunggu Tuan Yang.” jawab Zhang Liqin.
Jiang Yan mencibir: “Dia datang untuk memasang plat nomor dan mengurus STNK, pelayanannya sangat baik. Sudah menunggumu setengah hari.”
Zhang Liqin tersenyum canggung: “Tuan Yang, bisakah menyita waktumu beberapa menit? Ada hal yang ingin kubicarakan secara pribadi.”
Setelah berpikir sejenak, Yang Jian menjawab: “Boleh.”
Lalu menambahkan: “Kakak Jiang, tolong simpan barang-barang ini dengan rapi. Jangan main-main.”
“Mengerti.” Jiang Yan mengangguk sambil memandangi Zhang Liqin dengan curiga.
Intuisi perempuan ini mengatakan, pasti ada urusan terselubung dalam kunjungan Zhang Liqin hari ini.
Bukan pertama kali Zhang Liqin datang. Dengan familiar, dia membawa Yang Jian ke ruangan tempat hubungan terlarang mereka terjadi sebelumnya.
“Kukira kau takkan datang lagi. Rupanya mulut dan hati tak sejalan.” Yang Jian bercanda: “Rindu padaku?”
Zhang Liqin ragu sejenak sebelum membuka suara: “Yang Jian, dua hari ini tubuhku terasa aneh. Sepertinya... aku hamil. Aku tak berani memberitahu siapa pun, jadi datang padamu.”
Senyum di wajah Yang Jian perlahan mengeras. Di otaknya muncul kata-kata: penerima barang bekas, ingin jadi ayah, padang hijau, terima kasih, topi ini sangat kusukai...
“Pasti bukan anakku. Aku yakin 100%. Jangan harap kau mau kujadikan ayah pengganti. Maaf, aku tak mau menerima 'barang' semacam ini.”
“Aku tidak bermaksud begitu, aku sama sekali tidak hamil, bahkan jika waktu itu tidak sengaja hamil, tidak mungkin secepat ini. Tapi lihat perutku.” Zhang Liqin malu dan panik.
Sambil berkata demikian, tanpa sungkan dia langsung mengangkat bajunya, memperlihatkan perut putih bersihnya.
Dibandingkan sebelumnya, perutnya kini sedikit membuncit, seolah benar-benar seperti sedang hamil.
“Yang Jian, dasar brengsek, kau berani selingkuh di luar!” Suara Liu Xiaoyu yang geram terdengar dari ponsel positioning satelit.
Dalam kondisi komunikasi 24 jam terjaga, dia juga mendengar percakapan sebelumnya.
“Siapa? Siapa yang bicara?” Zhang Liqin kaget setengah mati.
Yang Jian berkata: “Mungkin hati nuraniku yang mengecamku, abaikan saja.”
“Jangan-jangan aku sakit?”
Zhang Liqin menjawab: “Tidak, bukan sakit. Di dalam perutku benar-benar ada bayi. Coba kau raba.” Dia menarik tangan Yang Jian dan menaruhnya di perutnya.
Alis Yang Jian langsung berkerut. Benar, dia merasakan janin yang bergerak-gerak gila di dalam.
Janin itu sangat kecil, mungkin hanya sebesar kepalan tangan orang dewasa.
Tapi tiba-tiba, telapak tangannya merasakan sesuatu dan langsung ditarik kembali.
Di atas perut Zhang Liqin, wajah bayi mengerang menerobos kulit perut, mulutnya menganga hendak menggigit Yang Jian.
“Ah~!”
Refleks Zhang Liqin menutupi perutnya, merasakan sakit yang luar biasa.
“Baru segede ini sudah seganas ini?” Alis Yang Jian berkedut: “Berani-beraninya menggigit ayahmu? Awas kubunuh kau.”
"Yang, Yang Jian, ini, apa yang sebenarnya terjadi?" Zhang Liqin bertanya dengan panik.
Mata Yang Jian menyipit, ia berkata dengan suara berat: "Ini bayi hantu... Bagaimana kau bisa memiliki barang ini?"
Zhang Liqin menggelengkan kepala: "Tidak, tidak tahu, sepertinya tiba-tiba saja ada. Saat kusadari, bayi dalam kandunganku sudah berbentuk, tumbuhnya terlihat agak cepat."
"Ini justru pertumbuhan yang lambat. Kau beruntung menemukanku. Jika tidak, dalam beberapa waktu benda di perutmu ini akan melahap semua organ dalammu, lalu merobek perutmu dan kabur. Pada akhirnya, Selamat, kau telah melahirkan seekor hantu sejati dengan nyawamu sendiri." Kata Yang Jian.
"Tidak, ini mustahil! Bayi hantu seharusnya milik Zhou Zheng. Bagaimana mungkin perempuan ini memilikinya? Yang Jian, apa kau keliru?" Teriak Liu Xiaoyu dari ponsel positioning satelit dengan terkejut.
Yang Jian berkata: "Mungkin justru karena tidak keliru ini bisa terjadi. Pernahkah ada Pengendali Hantu yang berhubungan dengan orang biasa lalu melahirkan bayi hantu?"
"Sama sekali tidak mungkin! Kau pikir diri ini Shangdi? Bisa membuat orang hamil lalu melahirkan bayi hantu?" Liu Xiaoyu menjawab dengan sangat yakin: "Ini pasti tidak ada hubungannya denganmu!"
Yang Jian berkata: "Kupikir juga begitu. Jika benar demikian, terlalu mengada-ada. Karena bukan kesalahanku, maka kebenarannya hanya satu..."
