“Tidak ada situasi aneh terjadi, semuanya tenang. Kau benar, di distrik timur tidak ada kejadian khusus. Sepertinya kita harus lihat laporan dari wilayah lain dulu.”
Yang Jian sama sekali tidak tahu peristiwa yang dialami Ye Feng. Setelah mengelilingi kota berkali-kali tanpa hasil menemukan bayi hantu, akhirnya dia menyerah.
Menurutnya ini hanya membuang-buang waktu.
“Lebih baik waktu ini digunakan untuk hal lain,” gumamnya.
“Sudah jam pulang, pulang tidur saja. Untuk hari ini cukup sampai sini. Urusan lain bicara besok,” kata Yang Jian.
Zhang Han menyahut: “Kalau pulang begitu saja, nanti sulit memberi laporan bukan?”
"Apa susahnya melapor? Sekarang sudah pukul 10 malam, menurut jam kerja berarti saya sedang dalam status kerja lembur. Kalau tidak menemukan bayi hantu ya tidak ada cara. Kota sebesar ini, butuh waktu lebih dari satu dua hari untuk mengungkap penyebabnya," kata Yang Jian.
Sun Yi berkata: "Tapi sikapmu terlalu santai. Lagipula ini situasi khusus, kita sedang berada dalam peristiwa supranatural. Meski belum menemukan petunjuk, tidak semestinya pulang tidur."
Yang Jian berkata: "Kamu pasti tidak punya pacar."
"Hmm, bagaimana kamu tahu?" tanya Sun Yi.
"Orang yang punya pacar mana mungkin tidak pulang tidur?" Senyum khas Yang Jian terlihat, seolah berkata 'kau paham maksudku'.
Sun Yi berkata: "......"
"Bahkan jika jam kerja sudah selesai, lebih baik tetap bersama. Tiga orang jika terisolasi, siapa tahu masih ada kesempatan bertemu lagi?" Zhang Han menambahkan: "Kita dapat pelajaran berdarah-darah dari Peristiwa Desa Huanggang lalu."
Dalam peristiwa sebelumnya, justru karena terpisah satu per satu mereka disiksa sampai mati oleh hantu.
Jika bukan karena Feng Quan dari peti mati hantu yang menyumbang angka di akhir, Yang Jian dan Zhang Han sudah tewas.
"Peristiwa kali ini berbeda dengan sebelumnya, terisolasi tidak terlalu mengerikan."
Yang Jian menjelaskan: "Aksi kita mulai besok saja. Hari ini cukup sampai di sini. Mustahil menyelesaikan semuanya dalam satu hari. Tanpa informasi intelijen yang cukup, kita cuma seperti AFK di sini - tidak ada gunanya."
"Sampai di sini dulu. Besok kita kumpul di stadion."
Sun Yi dan Zhang Han akhirnya tidak menolak. Penjelasan Yang Jian memang logis. Sekalipun mereka jaga 24 jam di distrik timur, tidak ada situasi ya tetap tidak ada.
Tapi kepergian Yang Jian bukan karena benar-benar ingin pulang tidur.
Melainkan dia masih punya hal lain yang harus dilakukan.
Meski menyelesaikan peristiwa supranatural ini adalah misi utama, hal yang harus dilakukan sendiri juga sangat penting.
Setelah kembali ke kompleks perumahan, Yang Jian melihat petugas keamanan bank mengawal koper-koper yang dipindahkan ke dalam vila.
Jiang Yan tidak pergi bekerja, hanya memerintah di sebelah: "Barang-barang dipindahkan ke dalam, semuanya ditaruh di ruangan itu, jangan sembarangan. Kelihatannya berat, nanti aku tidak mau memindahkannya lagi."
"Yang Jian, kamu kembali tepat waktu. Paketmu sudah sampai."
Yang Jian mendekat dan berkata: "Bantu hubungi Direktur Zhang, aku ada hal yang ingin kuminta."
"Ada apa? Bolehkah aku tahu?" tanya Jiang Yan.
"Kau akan tahu saat waktunya tiba," kata Yang Jian.
"Baiklah." Jiang Yan segera menghubungi Zhang Xiangui, lalu berkata: "Direktur Zhang sedang di gedung penjualan properti sana, dia akan segera datang."
"Ngomong-ngomong, barang apa yang kau beli ini? Kelihatannya sangat berharga."
"Tidak ada apa-apa, hanya sekumpulan emas. Semua stok terakhir dari berbagai bank besar Kota Dachang ada di sini."
"Hm?" Mata Jiang Yan langsung membelalak.
Tak lama kemudian, setelah barang-barang selesai dipindahkan dan pegawai pergi, Zhang Xiangui buru-buru datang.
"Kakak Kaki, dengar-dengar dari Nona Jiang kau mencari aku. Ada apa?" kata Zhang Xiangui.
Yang Jian berkata: "Direktur Zhang, silakan duduk dulu. Memang ada hal yang ingin kuminta tolong pada Anda."
"Kalau ada sesuatu, langsung saja bilang. Tidak perlu meminta tolong, jangan sungkan," kata Zhang Xiangui sambil tersenyum.
Yang Jian berkata: "Omong-omong, tadi saat aku datang melihat banyak truk penganggut keluar masuk kompleks perumahan, Direktur Zhang membeli barang apa?"
Zhang Xiangui menjawab: "Biasa saja, cuma persediaan kebutuhan hidup biasa. Sekarang bahan makanan di toko-toko besar Dachang pada dijarah habis. Untung aku cepat menghubungi beberapa supermarket besar milikku untuk tutup lebih awal dan mengangkut persediaan dari gudang ke sini. Kakak Kaki juga tahu, tidak takut sepuluh ribu, tapi takut satu. Lebih baik siap-siap barang dulu, toh harganya tidak seberapa."
"Memang benar. Tapi dibanding persediaan hidup, yang paling penting adalah jaminan keselamatan. Direktur Zhang mau bantu aku membuat ruang aman?"
Yang Jian berkata: "Aku tidak bisa mengerjakan ini. Hanya Direktur Zhang yang punya sumber daya dan tenaga kerja konstruksi."
"Ruang aman? Untuk kompleks ini ada beberapa ruang bawah tanah yang sedang kubangun di depan sana," kata Zhang Xiangui.
"Itu cuma bisa untuk mengungsi, bukan menghindari hantu. Yang kumaksud adalah ruang aman yang bisa melindungi dari peristiwa supranatural," tegas Yang Jian.
Zhang Xiangui tertegun: "Kakak Kaki punya rencana bagaimana?"
"Kekuatan hantu tidak bisa menembus emas. Aku ingin menggunakan seluruh emas yang kumiliki sekarang untuk membangun ruang kecil kedap hantu. Ruang itu harus benar-benar tertutup rapat dan kokoh."
Yang Jian menarik sebuah koper dari ruang sebelah. Saat dibuka, terlihat penuh berisi emas batangan.
"Jumlahnya tidak banyak, cuma sedikit lebih dari dua ton. Masih harus kusisakan sebagian untuk cadangan. Direktur Zhang ada rencana bagus?"
Dua ton lebih emas?!
Meski Zhang Xiangui dikenal kaya raya, ulah tangan Yang Jian ini membuatnya terperangah.
Sekarang pasar emas sedang gila-gilaan, berbagai investor membanjiri, harga emas fisik berubah setiap hari.
Tak perlu diragukan lagi, Yang Jian dengan lebih dari dua ton emas sudah menjadi miliarder terkaya di Kota Dachang.
Tak lama kemudian tersadar dari keterkejutannya, Zhang Xiangui merenung sejenak lalu berkata: "Dua ton emas sebagai material bangunan sejujurnya masih sangat kurang, tapi kalau untuk membuat sebuah ruangan kecil masih bisa. Saya bisa melebur emas ini menjadi pelat-pelat baja, lalu menyatukannya dengan las. Tapi ini tidak bisa, terlalu tipis, tidak cukup kuat. Mungkin lebih baik digunakan sebagai lapisan sandwich di antara dua pelat baja..."
Setelah berpikir sejenak, dia mengusap kepalanya: "Saya perlu mencari desainer untuk merancangnya di komputer, termasuk luas ruang aman, kapasitas pengungsi, dan semua syarat untuk mempertahankan hidup harus memenuhi standar."
"Meski proyek ini tidak besar, tapi terlalu banyak hal yang harus dipertimbangkan. Saya punya usulan, tapi tidak tahu apakah Kakak Kaki setuju."
Yang Jian bertanya: "Usulan apa?"
"Bukankah saya sedang membangun bunker bawah tanah akhir-akhir ini? Skema konstruksi dan desain sudah selesai, bahkan sudah mulai dikerjakan. Karena hanya renovasi, progresnya cepat, mungkin selesai dalam satu bulan. Daripada membangun ruang aman terpisah yang tidak memenuhi syarat bertahan hidup, lebih baik menyekat sebuah ruangan di bunker saya sebagai ruang aman?"
Yang Jian memicingkan matanya: "Membangun ruang aman di dalam bunker Direktur Zhang?"
"Saya hanya memberi usulan." Zhang Xiangui tersenyum canggung, dia tentu tahu Yang Jian sudah melihat tujuan sebenarnya.
"Ruang aman seharga miliaran, bahkan dia sendiri tidak sanggup membangunnya. Pasti ada alasan Yang Jian ingin membangunnya. Jika tidak mengambil sedikit imbalan di saat seperti ini, maka seumur hidup bisnisnya sia-sia belaka."
Yang Jian merenung sejenak. Meski Zhang Xiangui punya sedikit keinginan pribadi, kerja sama ini memang benar-benar konsep menang ganda.
Mustahil baginya membangun ruang aman dengan tangan kosong. Dia juga kekurangan tenaga kerja. Dalam situasi seperti ini, tidak ada perusahaan yang mau mengambil proyek ini. Kalaupun ada, Yang Jian tidak akan tega mempercayakan semua emasnya ke pihak lain.
Selain itu, ruang aman bukan sekadar sebuah ruangan. Masih diperlukan berbagai fasilitas pendukung seperti ventilasi, pasokan air bersih, penyimpanan logistik, dan aspek-aspek lainnya.
Zhang Xiangui bisa menyelesaikan berbagai masalah teknis dengan sempurna, dan juga merupakan pihak yang bisa dipercaya.
"Baik, bangun saja di bunker bawah tanah milik Direktur Zhang. Tapi ruang aman tidak mungkin terlalu besar. Kapasitas penampungannya terbatas. Bagaimana rencana distribusi tempatnya?" kata Yang Jian.
Alokasi kuota pengungsi pada dasarnya bisa dianggap sebagai pembagian saham.
Setelah bunker selesai dibangun, berapa persen saham Yang Jian dan Zhang Xiangui masing-masing dapat.
Sekarang Zhang Xiangui mulai merasa sulit. Di hatinya tentu ingin bagi hasil 50:50, tapi mengingat Yang Jian telah mengeluarkan emas senilai miliaran, pembagian setengah-setengah itu sama saja menganggap Yang Jian bodoh.
Urusan bisnis penting, tapi hubungan pribadi juga tak kalah vital.
"Bagaimana kalau 70:30? Jika material kurang, saya bisa menyumbangkan sebagian emas tambahan." Setelah ragu-ragu, Zhang Xiangui mengajukan harga tawarannya.
Yang Jian berpikir sejenak lalu berkata: "Setuju."
Zhang Xiangui lega dan tersenyum: "Terima kasih banyak, Kakak Kaki."
Dari harga yang ditawarkan kedua pihak, dia jelas mendapat keuntungan. Lagipula, untuk mengumpulkan emas sebanyak ini, bahkan jika semua aset di bawahnya dijual, belum tentu bisa terkumpul.
"Direktur Zhang, cepatlah mulai pengerjaan. Untuk emasnya, besok suruh orang ambil di sini. Jangan sampai karena perluas ruang aman, ketebalan emas dikurangi. Kalau terlalu tipis seperti kertas, sobek sedikit langsung rusak, jadi tidak berguna," kata Yang Jian.
"Kakak Kaki tidak perlu khawatir, soal ketebalan saya akan perhitungkan," kata Zhang Xiangui. "Kualitas tidak akan dikurangi."
"Baiklah. Selain itu, Direktur Zhang sebaiknya cari dokter baru-baru ini untuk periksa setiap penghuni kompleks setiap hari, terutama kandungan. Jika ada yang hamil, langsung beri tahu saya," kata Yang Jian.
Meski Zhang Xiangui tidak sepenuhnya paham, dia tahu pasti ada alasannya. Ia mengangguk menyetujui.
Setelah membicarakan hal-hal lain, keduanya berpisah.
"Membangun rumah emas, benar-benar mewah. Ulah tangan anak muda ini luar biasa besar, puluhan miliar dikeluarkan tanpa berkedip. Zhang Wei itu dibandingkan Yang Jian benar-benar shabi. Selain main game, live streaming, main pistol, tidak ada gunanya. Sekarang bahkan tidak mau belajar, nanti mungkin tidak bisa masuk kampus."
Di perjalanan pulang, Zhang Xiangui masih takjub dengan keputusan Yang Jian, sekaligus malu melihat jarak kemampuan anaknya.
"Tidak bisa, semakin dipikir semakin kesal. Pulang nanti pukul si bocah biar puas."
Zhang Xiangui mengangguk, lalu perasaannya menjadi riang.
Saat ini, di dalam vila.
"Yang Jian, ini membosankan banget. Kalau begini terus aku bisa gila. Kita harus cari kegiatan buat ngabisin waktu. Gimana kalau main peran?" Setelah orang-orang pergi, Jiang Yan duduk manja di sebelah Yang Jian sambil memeluk lengannya.
"Misalnya?" tanya Yang Jian.
Jiang Yan menjawab: "Misalnya aku jadi perawat yang nyuntik kamu? Atau aku jadi guru dan kamu murid? Oh iya, aku jadi ibu rumah tangga, kamu jadi kurir gimana?"
Yang Jian berpikir sejenak: "Apa kamu mainin komputer Zhang Wei diam-diam? Dan buka folder bernama 'Pertarungan Sesungguhnya di Gunung Akina' itu?"
"Kok kamu tahu?" Jiang Yan membelalakkan matanya.
Yang Jian berkata: "Apa aneh kalau aku tahu?"
"Jadi masih mau main nggak?" Jiang Yan mendekatkan telinganya dengan suara manja.
"Mendingan pakai waktu itu buat hitung berapa gram total emas kita. Besok waktu serahin ke Zhang Xiangui jangan sampai salah. Jangan lupa catat di laporan keuangan. Meski ini urunan pribadi, pembukuan harus jelas. Dan awasi baik-baik prosesnya, biar dia tenang aku juga tenang," kata Yang Jian.
"Sekarang?" wajah Jiang Yan langsung berubah: "Besok boleh nggak?"
"Boleh. Tapi hari ini kamu siapin laporan pengunduran diri. Besok aku cari akuntan baru," jawab Yang Jian.
"Tunggu ya, aku langsung urus pembukuan!" Jiang Yan langsung melompat berdiri dan berlari pergi.
Tiba-tiba suara Liu Xiaoyu terdengar dari ponsel positioning satelit Yang Jian: "Yang Jian, ada situasi. Ye Feng dan He Chuan menghilang."
"Dua pria dewasa malem-malem mungkin lagi ke tempat pedang besar. Ngapain heboh. Aku mau tidur nih," sahut Yang Jian.
“Menurut informasi dari Zhao Kaiming, mereka bertemu peristiwa supranatural. Kau harus pergi ke stadion lebih awal besok, Profesor Wang akan mengadakan rapat penting.” Liu Xiaoyu berkata.
“Rapat lagi?”
Yang Jian bertanya: “Apakah pegawai pemerintah harus rapat setiap hari? Menurutku ini lebih lama dari jam kerja.”
“Kali ini ada petunjuk penting, harap Anda harus hadir langsung.”
“Saya mengerti.” Yang Jian merenung.
Ternyata, dugaan sebelumnya benar. Wilayah timur yang menjadi tanggung jawabnya aman, anggota dari wilayah lain yang sial.
He Chuan yang berpenampilan figuran itu mungkin sudah mati.
Sedangkan Ye Feng, orang ini sangat tangguh, tidak mudah mati.
Tapi dua orang menghilang bersama, pasti ada kecurangan di balik ini.
