Sebuah lorong beton yang belum selesai dituang, langsung menuju ruang bawah tanah vila mentah.
Sekitarnya bertebaran material bangunan.
Di bawah vila yang tak mencolok ini terdapat ruang aman yang baru saja diselesaikan terburu-buru.
Sebuah ruangan yang dibangun dari emas, pelat baja, dan beton. Meski tidak besar, bisa memuat 19 orang.
Saat ini daftar 19 orang sudah dikonfirmasi. Zhang Xiangui membawa beberapa anggota keluarga mulai memasuki ruang aman satu per satu. Selain keluarganya, ada juga keluarga Zhang Han, dua polisi bersenjata, Wang Xiaoming, Jiang Yan, dan lainnya.
"Zhang Wei, kemarilah. Simpan barang ini untukku. Jika aku mati kali ini, berikan kepada Wang Xiaoming." Yang Jian menekan suaranya sambil menyodorkan kotak berisi kertas kulit manusia ke tangan Zhang Wei.
“Apa ini?” Zhang Wei tertegun.
Yang Jian berkata: “Kau pernah lihat, kertas kulit manusia yang di sekolah waktu itu.”
“Oke, baik.” Zhang Wei mengangguk dengan khidmat.
Yang Jian melanjutkan: “Jika tidak yakin apakah aku sudah mati, berikan benda ini padanya di hari kesembilan setelah kau masuk ruang aman. Jika aku masih hidup, aku akan kembali.”
“Ini kunci vila pusat kota milik keluargaku, kau tahu lokasinya.” Zhang Wei menyodorkan sebuah kunci: “Teman sekelas kita tinggal tersisa beberapa orang. Jangan sampai kau mati, nanti aku ingin ajakmu main game PUBG lagi.”
“Akan kucoba. Aku pergi dulu.”
Yang Jian menerima kunci itu, lalu pergi dari Kompleks Perumahan Guanjiang mengendarai pick-up milik perusahaan Zhang Xiangui.
Dia tidak berencana melakukan hal berbahaya di sini. Jika gagal, seluruh penghuni kompleks ini bisa mati. Karena itu dia memilih melakukannya di rumah pusat kota milik Zhang Wei dulu.
Tempat itu sudah pasti sepi, tidak ada orang yang akan mengganggu.
“Yang Jian... dia pergi...”
Di lantai tinggi salah satu gedung kompleks, keluarga Wang Bin berdiri di dekat jendela menyaksikan lampu mobil yang menjauh.
“Harusnya kita menyuruh Shanshan minta beberapa kuota ke Yang Jian. Mereka semua bisa masuk ruang aman, sementara keluarga kita tertinggal di luar. Ini tidak adil!” Wang Haiyan di sebelahnya menyesal.
Wang Bin menjawab: “Kita tidak memenuhi syarat. Tidak kau lihat siapa saja yang masuk ruang aman? Orang kaya beraset miliaran, kontraktor pembangun ruang aman, profesor internasional berpengaruh, talenta yang dilindungi negara, dan Pengendali Hantu seperti Yang Jian...”
“Kami orang biasa mana bisa ikut campur, bisa ditahan di kompleks perumahan saja sudah bagus.”
“Kenapa Jiang Yan bisa masuk? Bukankah karena dia berhubungan dengan Yang Jian? Shanshan kami juga tidak kalah darinya?” kata Wang Haiyan.
Wang Shanshan yang berdiri di samping dengan wajah dingin dan kulit pucat berkata: “Jika dia mati, saya juga akan mati. Saya tidak perlu masuk ke ruang aman.”
“Kalau mati biarlah seluruh keluarga mati bersama. Jika benar Shanshan memohon kuota dari Yang Jian, nanti siapa yang akan masuk?” Wang Bin menghela napas.
Tapi di kompleks, bukan hanya keluarga mereka yang ditahan di luar. Banyak kerabat Zhang Xiangui juga tertinggal. Zhang Han hanya memilih anak yang baru lahir dari keluarganya untuk dibawa masuk. Dari begitu banyak pejabat penting di Kota Dachang, Yang Jian hanya memberikan tiga kuota.
Dua dari kuota itu diberikan kepada dua polisi bersenjata yang bertekad kuat dan kemampuan fisik luar biasa.
Alasan membawa dua polisi bersenjata, selain untuk melindungi Wang Xiaoming, juga untuk mempertahankan keamanan di ruang aman.
Singkatnya, setiap pihak harus berkorban.
Sementara itu di dalam vila.
Penerangan padam, hanya menyisakan Zhang Liqin yang tertahan di bangunan kosong berlantai ini.
Dia berdiri di pintu memandangi kepergian Yang Jian, tertegun cukup lama dengan kekhawatiran dan kebingungan di matanya.
Seolah setelah kepergian Yang Jian, dia kini tak tahu lagi apa yang harus dilakukan.
Tanpa sadar, Zhang Liqin sudah terlalu sering mengandalkan pria ini. Di kedalaman hatinya, Yang Jian telah dianggap sebagai satu-satunya cahaya dalam keputusasaan, bagai orang tenggelam yang mencengkeram tali penyelamat terakhir. Tak ada yang mau melepaskannya.
Bukan soal perasaan, hanya naluri bertahan hidup makhluk hidup yang mendorongnya mengambil keputusan.
Mungkin Jiang Yan juga demikian.
Untuk aksi kali ini, Yang Jian hanya membawa Tali Hantu dan Cermin Hantu di bak belakang truk pick-up.
Ini memang keputusan "semua atau tidak sama sekali". Bahkan Kertas Kulit Manusia pun ditinggalkannya. Jika ia mati, benda itu akan jatuh ke tangan Wang Xiaoming. Dengan kecerdasannya, mungkin dia bisa mendapatkan lebih banyak informasi berguna dari kertas itu. Tapi yang pasti, Wang Xiaoming akan menggunakan Kertas Kulit Manusia dengan lebih radikal dan berani.
Tapi hal itu tak ada hubungannya dengan Yang Jian sekarang.
Di jalan, mobil terguncang menabrak beberapa siluet mengerikan hingga terlempar.
Tapi wajah Yang Jian tetap datar. Sama sekali tak berniat berhenti. Bahkan saat mendengar teriakan minta tolong penuh keputusasaan, ia mengabaikannya. Tak sekalipun melirik.
Tak lama kemudian, ia tiba di kompleks perumahan mewah yang sunyi senyap ini.
Mobil langsung menerobos masuk ke pekarangan rumah Zhang Wei, sampai pintu gerbangnya hancur tertabrak.
Yang Jian langsung turun, mengangkat Cermin Hantu dari bak truk, lalu bergegas masuk ke dalam rumah.
Cermin Hantu tertutup kain hitam yang tak tembus cahaya. Ia menaruh cermin ini di sebuah ruangan kosong di lantai dua rumah Zhang Wei, ditempatkan rapi menempel tembok untuk mencegahnya jatuh tak sengaja.
Dia memindahkan sebuah lemari lagi, meletakkan ponsel dengan baterai penuh di sini. Karena kamera ponsel memiliki fungsi penglihatan malam, meski gambarnya tidak terlalu jelas, situasi Yang Jian dan seluruh isi ruangan masih bisa terlihat.
Ponsel berhasil terhubung.
Saat ini.
Di dalam ruang aman, Wang Xiaoming duduk bersandar di tembok. Dia merasakan getaran dari ponselnya, wajahnya langsung tegang dan segera menundukkan kepala untuk melihat.
Dia melihat siluet Yang Jian di sebuah ruangan kosong. Kamera bergoyang-goyang, sepertinya masih menyesuaikan sudut. Setelah sudut kamera pas, dia melihat sebuah cermin.
Cermin bergaya era Republik itu diselimuti kain hitam, hanya sebagian rangkanya yang terlihat.
"Apa sebenarnya yang ingin kau lakukan?" Pertanyaan itu muncul di hatinya.
Setelah memastikan kamera tidak akan tumpang tindih dengan cermin, barulah Yang Jian merasa lega.
Dia menutup gorden ruangan, mengeluarkan semua barang yang tidak diperlukan, lalu mengunci pintu dengan sistem pengamanan ganda.
Duduk menghadap Cermin Hantu yang tertutup kain hitam, Yang Jian terdiam lama. Akhirnya, dia mengeluarkan objek terbungkus kertas emas dari sakunya.
Di dalamnya terdapat tali jerami tua.
Ini adalah Tali Hantu yang diambil dari tubuh Wang Yue. Orang biasa sudah tidak bisa mengendalikan benda ini karena sudah mencapai ambang kebangkitan.
Dibandingkan hantu lain, Tali Hantu ini relatif mudah ditangani asal segera dibatasi. Tapi jika dibiarkan, bisa saja menggantung seluruh penduduk kota.
Tidak langsung melepaskan kertas emas yang melilit Tali Hantu, dia pertama-tama mengikat salah satu ujung benda ini di lentera kristal ruangan.
Menguji beratnya, masih bisa ditahan.
Kualitas renovasi rumah Zhang Wei yang kokoh seharusnya tidak akan membuatnya jatuh.
Kemudian, Yang Jian mengalungkan ujung tali lainnya ke lehernya sendiri, memastikan dirinya akan menjadi target serangan pertama Tali Hantu ini. Jika tidak dilakukan, bagaimana jika benda ini dilepaskan dan kabur, itu akan sangat memalukan.
"Urutan seharusnya sudah benar." Gumam Yang Jian dalam hati, kemudian berjalan mendekati Cermin Hantu ini.
Cermin Hantu yang tertutup kain hitam terlihat tidak berbahaya.
Tapi hanya Yang Jian yang tahu betapa anehnya benda ini.
Memiliki kemampuan menghidupkan orang mati kembali, dengan pengorbanan harus melepaskan satu hantu tingkat tidak diketahui dari dalam cermin.
Sebagai benda yang diduga ditinggalkan Pengendali Hantu seratus tahun lalu, kemunculannya di era modern ini mengandung makna apa tidak ada yang tahu.
Saat ini, meski jantungnya berdebar, Yang Jian tidak mundur selangkah pun.
Sudah sampai di titik ini, hanya bisa mengeraskan hati dan melanjutkan.
Memberikan gestur OK ke kamera ponsel, lalu mengangkat jari bersiap menghitung mundur.
"Tiga~!"
"Apakah Yang Jian ingin bunuh diri gantung diri?"
Wang Xiaoming memperhatikan rangkaian gerakan aneh Yang Jian. Saat melihatnya mengalungkan benda mirip tali di kepala, bahkan orang paling bodoh pun akan paham maksudnya.
“Tidak, ini bukan sekadar bunuh diri biasa. Tali itu dibungkus dengan kertas emas, itu adalah Hantu yang sedang dalam keadaan terkurung. Cermin yang tak terlihat bagian depannya itu juga mencurigakan, pasti bukan cermin biasa. Kalau tidak, Yang Jian tidak akan sengaja meletakkannya di depan.”
“Apakah cermin itu Hantu? Tidak seperti itu. Yang Jian tidak mengurung cermin itu, dan selama ini cermin itu tetap diam.”
Wang Xiaoming secerdas apapun tetap tak bisa menebak maksud sebenarnya dari semua persiapan Yang Jian ini.
Jika hanya sekadar gantung diri biasa, tentu tidak perlu persiapan sebanyak ini.
“Dua～！”
Yang Jian kembali membuat gestur tangan.
Namun tiba-tiba gerakannya terhenti, sepertinya ponsel positioning satelitnya berdering.
“Yang Jian, ini saya, Liu Xiaoyu. Atasan sudah menyetujui aksimu. Wakil Menteri Cao Yanhua bilang, apapun hasilnya nanti—gagal atau berhasil—semua konsekuensi akan ditanggung negara. Kau bisa bertindak leluasa tanpa tekanan psikologis. Oh ya, perlu hubungi ibumu? Saya bisa sambungkan sekarang.” Suara Liu Xiaoyu terdengar.
“Saya paham. Tolong sampaikan ke ibu bahwa saya baik-baik saja. Dan setelah telepon ini ditutup, jangan hubungi saya kecuali saya yang memulai. Satu panggilan saja bisa membinasakan saya.”
Yang Jian menekan suaranya, karena tidak yakin apakah ada bayi hantu fase tiga di sekitarnya.
“Baik. Semua urusan Kota Dachang kami serahkan padamu.” Liu Xiaoyu berkata dengan nada berat penuh hormat.
Yang Jian tidak membalas dan langsung mematikan telepon, lalu melempar ponsel satelitnya ke belakang.
“Satu～！”
Menghadap ke arah kamera, dia menyelesaikan angka terakhir dengan gerakan tangan, kemudian menarik kain hitam yang menutupi Cermin Hantu ini dengan cepat.
"Ayo, biarkan aku melihat apakah aku bisa merangkak keluar dari neraka dan berubah menjadi hantu jahat."
Di dalam hati Yang Jian bergemuruh suara geram, matanya hanya memancarkan kegilaan seperti sedang bertaruh dengan takdir.
Saat Cermin Hantu yang licin dan bercahaya itu memantulkan seluruh tubuhnya.
Kengerian itu benar-benar dimulai.
