Bus akan masuk halte dan berhenti.
Penumpang yang terperangkap di bus ganjil ini yang sudah dilanda kepanikan dan ketakutan luar biasa, semula ingin kabur dari tempat ini. Tapi setelah beberapa kali mencoba, mereka sadar hanya bisa tetap di bus, dibawa mobil tak terkendali ini ke tempat tak dikenal.
Tapi sekarang, mereka menyadari bus ini ternyata sedang melambat memasuki halte.
Tak ada yang menginjak rem atau mengendalikan setir. Mobil ini seperti kendaraan tanpa awak yang perlahan merapat ke tepi jalan.
“Mobil mau berhenti!” teriak seseorang dengan gugup.
Semua orang tanpa disadari telah mempersiapkan diri untuk memburu keluar dari mobil.
Meski situasi di depan mata ini tidak bisa dipahami, sebagai orang normal, menghadapi hal aneh seperti ini, keinginan pertama untuk kabur tentu bukanlah hal yang salah.
"Seberapa mudahnya turun dari mobil ini?" Berbeda dengan yang lain, justru hati Yang Jian dipenuhi kekhawatiran.
Seiring suara rem yang jelas terdengar.
Bus ini akhirnya berhenti setelah berjalan begitu lama.
Sesaat kemudian.
Pintu depan terbuka.
Aura dingin yang menyeramkan menyusup masuk ke gerbong bersama angin sepoi-sepoi luar, suhu sekitar langsung turun beberapa derajat membuat bulu kuduk berdiri.
Di luar mobil, suasana remang-remang.
Sunyi senyap, seolah telah memasuki dunia misterius tak dikenal, sama sekali bukan halte pinggir jalan biasa.
"Cepat turun!"
Para penumpang mulai berhamburan keluar bagai orang gila, berusaha menjauh sejauh mungkin dari bus menyeramkan ini.
Yang Jian mengerutkan alis, dengan kewaspadaan maksimal memperpanjang Wilayah Hantu melalui pintu depan ke luar gerbong, melakukan ujian eksploratif.
Karena dia telah menyadari: daerah di luar bus ini tampaknya bukan lagi dunia normal yang mereka kenal.
Namun berbeda dengan kewaspadaannya, para penumpang biasa lainnya sama sekali tidak ragu. Dalam sekejap, mereka semua berhamburan keluar gerbong. Zhang Hao dan Zheng Yaowen yang sebelumnya duduk di sebelah, serta tiga perempuan yang ikut dalam rombongan, juga bergegas menyusup keluar mobil. Seketika itu, lebih dari separuh penumpang di dalam gerbong telah turun.
"Situasi di luar sepertinya tidak normal."
Meski Yang Jian bangkit mengikuti di barisan paling belakang, dia tidak terburu-buru. Asalkan dia mau, dia bisa segera turun melalui Wilayah Hantu.
Hanya saja lingkungan di luar mobil terasa semakin ganjil.
"Ini tempat apa?" seru seorang pria paruh baya yang turun pertama kali dengan wajah bingung.
Ini sama sekali bukan halte bus, melainkan sebuah persimpangan jalan. Di sampingnya berdiri tiang listrik yang menggantung papan pemberhentian, sepertinya jenis halte bus sementara ala pedesaan.
Namun yang aneh bukanlah halte tersebut. Jika sudah ada halte di sini, seharusnya ada permukiman atau wilayah sekitar.
Tapi yang terlihat hanyalah hutan sepi di sekeliling, terasa sangat asing.
Melihat penumpang lain turun tanpa masalah, Yang Jian pun memutuskan untuk turun dan melihat-lihat.
Tiba-tiba suara dari kursi paling belakang gerbong berseru: "Kulihat kau mungkin anggota Interpol. Sebagai Pengendali Hantu, mestinya kau lebih waspada. Kusarankan kau sebaiknya jangan turun. Begitu keluar dari pintu depan, entah sarang hantu seperti apa yang akan kau masuki. Nyatanya, selama beberapa hari ini tak kulihat seorang pun yang kembali hidup-hidup."
"Siapa itu?"
Yang Jian dengan cepat menoleh, tatapannya tertuju pada pria berbaju trench coat yang sebelumnya tidur di sudut gerbong.
"Siapa saya tidak penting. Karena kau sudah naik, berarti nasib kita sama. Mobil hantu ini mudah ditumpangi tapi sulit ditinggalkan. Kau akan segera paham. Jika tidak percaya, silahkan turun dan buktikan sendiri." Pria di belakang gerbong berkata dingin.
"Apa yang kau ketahui?" Yang Jian tidak bertindak gegabah, langsung bertanya.
Pria itu menjawab: "Tidak banyak. Saya hanya tahu setelah jam 6, setiap kali bus ini berhenti di halte, pasti ada hantu gentayangan yang naik. Kadang satu, kadang dua. Jumlah penumpang di layar elektronik itu sebenarnya mencatat jumlah hantu, bukan orang hidup."
"Saat ini jumlah hantu di gerbong adalah... 1. Keberuntungan baik, satu hantu sudah turun."
Orang itu mengangkat kepala dan melihat angka di layar elektronik: 1.
Berkurang satu dari angka 2 sebelumnya.
Mendengar ini, raut wajah Yang Jian langsung tegang. Perkataan pria ini sesuai dengan dugaannya sendiri.
Dirinya juga menduga bahwa angka penumpang di bus ini merujuk pada jumlah hantu, bukan manusia.
Dari lebih 20 penumpang, dua di antaranya adalah hantu.
"Bagaimana kau bisa memastikan ini jumlah hantu?" tanya Yang Jian.
Pria itu tertawa pendek: "Jika bisa bertahan 7-8 hari di sini, kau juga akan tahu."
"7-8 hari? Apakah kau Xu Feng, polisi kriminal dari Kota Xiaochun yang hilang?" Mata Yang Jian berkedip, langsung menebak.
"Oh, kau mengenal saya?"
“Xu Feng perlahan menengadah, wajahnya kurus kering, kedua matanya dipenuhi darah seolah belum tidur selama berhari-hari, dengan paksa bertahan sampai sekarang. Penampilan seperti ini kapan saja bisa tiba-tiba meninggal mendadak.”
Yang Jian berkata: "Kau sudah lama hilang, markas berusaha mencari tapi akhirnya malah membuatku melacak sinyalmu hingga sampai ke bus ini."
Xu Feng berpikir sejenak lalu berkata: "Kalau begitu nasibmu sial sekali. Saat musibah terjadi, ponsel positioning satelitku sudah tercecer di dalam bus. Meski kemudian kucari, tetap tidak ketemu. Jika sinyal ponsel masih di bus, berarti situasinya jadi rumit."
“Maksudmu, ponsel itu jatuh ke tangan Hantu tertentu?” Alut Yang Jian berkerut dalam-dalam.
Xu Feng ada di dalam bus, tapi ponselnya tidak. Namun sinyal ponsel masih terdeteksi.
Lalu di mana ponsel itu disembunyikan?
“Kemungkinannya ada, dan cukup tinggi. Setidaknya menurutku di bus ini tidak ada tempat untuk menyembunyikan barang.” Mata lelah Xu Feng berkedip: “Bus akan segera berangkat. Putuskan sendiri mau naik atau turun.”
“Kau tahu jadwal keberangkatan?” tanya Yang Jian.
Xu Feng menjawab: “Sudah lama kuperhatikan, selalu lima menit tepat. Tidak kurang tidak lebih. Setelah lima menit, tidak peduli ada yang turun atau tidak, berapa penumpang yang ada, bus ini akan jalan lagi. Begitu menurut pengamatanku.”
“Kau terjebak di sini begitu lama tapi tidak bisa kabur?” kata Yang Jian: “Sebelumnya di Kota Xiaochun kesempatan turun sebenarnya ada.”
Dia tidak sepenuhnya percaya ucapan Xu Feng, tapi juga tidak menolak mentah-mentah. Yang Jian merasa banyak celah dalam penjelasan pria itu.
“Jika Xu Feng sudah tinggal di sini selama 7-8 hari, tidak mungkin dia tidak tahu kesempatan untuk pergi. Bagaimana mungkin dia terus terjebak di sini?”
“Aku sudah bilang sebelumnya, turun dari mobil tidak semudah itu. Butuh waktu yang tepat, dan saat ini aku belum mendapatkannya,” kata Xu Feng.
Waktu yang tepat?
Waktu seperti apa?
Keraguan di hati Yang Jian semakin bertumpuk.
Masalah yang tampak sederhana justru menjadi semakin rumit setelah penjelasan Xu Feng.
Awalnya dia berencana turun, tapi sekarang malah ragu-ragu.
Tiba-tiba, dari dunia redup di luar, terdengar suara tangisan yang sunyi seolah berasal dari hutan belantara yang terpencil, memancarkan kesan hantu.
Wajah Yang Jian berubah drastis. Daripada langsung turun, dia memilih berdiri di pintu mobil sambil menatap ke arah sumber tangisan.
Samar-samar, di kejauhan padang liar yang redup, terlihat sebuah makam.
Di depan makam tanpa nisan itu, sosok berbaju jubah kebaktian putih yang tidak jelas jenis kelaminnya bersujud kaku seperti patung. Tangisan ambigu itu berasal dari sosok tersebut.
“Kapan makam itu muncul? Sebelumnya tidak ada saat aku melihat ke luar,” sorot mata Yang Jian berkilat.
Sebelumnya dia sudah mengamati area luar yang terkesan ganjil tapi tidak ada keanehan khusus.
Namun tak lama setelah tangisan itu terdengar, banyak penumpang yang sudah turun tiba-tiba mulai menangis mengikuti suara tersebut.
Suara mereka mulai dari kecil lalu berangsur menyatu dengan tangisan misterius itu.
Kemudian tangisan penumpang menghilang, mereka bersujud di tanah menghadap arah makam itu, tak bergerak sedikitpun.
"Kau, kalian kenapa?" Seseorang memberanikan diri mendorong dengan gemetar.
Tapi para penumpang yang bersujud di tanah itu terjatuh dengan aura vitalnya lenyap, wajah dingin mereka masih membekas bekas air mata, raut sedih terpateri kaku.
Mati, mati~!
Dan bukan cuma satu, beberapa orang mengalami hal sama - bersujud mulai menangis, lalu setelah beberapa saat langsung mati di tempat, mayatnya membeku tak bergerak.
"Cepat, larilah! Tempat ini angker!" Terdengar jeritan histeris sambil mereka berlarian seperti lalat busuk tanpa arah.
Zhang Hao, Zheng Yaowen dan yang lain langsung ketakutan dan ingin kabur.
Yang Jian melirik, untuk yang sebelumnya pernah berbincang bersama, dia mengingatkan: "Yang tidak ingin mati segera masuk kembali ke mobil! Dunia luar itu berasal dari Hantu. Di luar sana, ke mana pun kalian lari hanya jalan menuju kematian."
Sekarang dia baru paham.
Mengapa Xu Feng bilang turun mobil sangat berbahaya.
Ini adalah dunia milik seekor Hantu, mirip Wilayah Hantu. Memasuki tempat ini sama dengan langsung berhadapan dengan serangan Hantu.
Ingin bertahan hidup? Sangat sulit.
Apalagi belum pasti apakah dunia luar ini sama dengan konsep Wilayah Hantu dalam kognisi Yang Jian. Bisa jadi ini tempat gaib yang lebih mengerikan dari Wilayah Hantu.
Menginjakkan kaki di sini, begitu mobil pergi, hanya mengandalkan diri sendiri hampir mustahil bisa keluar hidup-hidup.
