Sedetik sebelumnya Yang Jian dan Xu Feng masih saling bersitegang, saling melototi dengan ekspresi ingin berkelahi.
Namun saat tangisan melengking dari arah hutan dekat jalan raya itu terdengar, keduanya serentak berhenti berselisih. Refleks syaraf mereka menegang sambil menatap ke arah sumber suara.
Makna di balik tangisan itu sama-sama mereka pahami.
Hantu Makam masih di sekitar sini.
Dan sangat mungkin sudah mengawasi gerak-gerik mereka.
Dari percakapan Xu Feng dengan pria topi baseball tadi bisa dianalisa: meski Hantu yang turun dari bus punya kemungkinan pergi, tapi bisa juga masih berkeliaran di sekitar.
Situasi saat ini adalah skenario kedua.
"Jangan cari masalah sekarang. Urusan kita selesaikan di bus nanti."
Xu Feng berkata dingin. Ia tak lagi menghiraukan Yang Jian, fokusnya beralih ke arah tangisan misterius itu.
“Itu juga tergantung apakah kau bisa hidup sampai kembali ke bus.” Yang Jian tersenyum tipis, tidak menghiraukan ancamannya.
Menghadapi hantu dia sangat waspada, tapi menghadapi manusia, dia merasa sekarang punya modal untuk bertindak arogan.
Sayangnya, dia lebih sering berhadapan dengan hantu daripada manusia, sulit mendapatkan kesempatan untuk berlaku sombong.
“Benar-benar tidak tahu dari mana pendatang baru sepertimu dapat keberanian. Kau juga pernah jadi polisi kriminal, pasti paham pembagian tingkat hantu gentayangan. Barang ini bisa membunuh hanya dengan tangisan, ditambah kemampuan bergerak mandiri. Jika dilepas di luar, langsung bisa diklasifikasikan sebagai Tingkat A. Hantu tingkat segini jumlah arsip di markas pun jarang, Pengendali Hantu yang bisa menyelesaikan kasus tingkat ini sendirian, di dalam negeri bisa dihitung pakai jari.”
Xu Feng yang berpengalaman langsung mengklasifikasikan Hantu Menangis ini sebagai Tingkat A.
Selain peristiwa gaib Tingkat S yang jarang terjadi, sejauh ini peristiwa gaib Tingkat A sudah termasuk yang tertinggi.
“Sebagai pendatang baru, mustahil bagimu menghadapi kasus seperti ini. Mau bicara besar, kau belum layak.”
Yang Jian berkata tenang: “Merendahkan pendatang baru seperti ini, apa kau merasa hebat karena bisa hidup sampai sekarang? Terkadang kekuatan Pengendali Hantu tidak diukur dari lamanya bertahan hidup. Kalau memang mampu, kau sudah turun dari mobil ini, ngapain terjebak di mobil hantu terus?”
“Berhenti bicara! Masih sempat berdebat, tidak lihat situasi? Tangisan sudah mendekat, cari cara menyelamatkan diri! Bertahan dari serangan ini, tunggu sampai bus menyala lagi baru kita aman.” Pria topi baseball kali ini berbicara sangat tegas.
Sekarang hal yang paling tidak ingin dia lihat adalah dua orang tiba-tiba terpancing emosi dan mulai bertengkar.
Jika tidak, jika terjadi kecelakaan, bisa saja semua orang mati di sini.
"Huu～!"
Tangisan itu terus bergema di sekitar, suaranya kering, parau, tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, memancarkan keanehan yang tak terjelaskan. Awal mendengarnya belum terasa apa-apa, tapi seiring terusnya suara itu, Yang Jian mulai merasakan dorongan aneh untuk ikut menangis.
Matanya sudah mulai berkaca-kaca.
Ekspresi wajahnya yang tegas mulai menunjukkan kesedihan yang tak terkendali.
Yang Jian menyadari perubahan dalam dirinya ini, meski berusaha menahan, tubuhnya bergerak sendiri melakukan hal seperti ini.
Jika terus berlanjut, dia akan segera menangis mengikuti suara itu seperti penumpang sebelumnya, lalu mati dalam tangisan.
Tanpa pikir panjang.
Dia mundur selangkah, langsung masuk ke dalam Wilayah Hantunya, berusaha mengisolasi suara tangisan itu.
Tangisan itu tidak hilang sepenuhnya, tapi volumenya turun drastis hingga nyaris tak terdengar kecuali disimak dengan saksama.
"Wilayah Hantu berfungsi. Meski tak sepenuhnya memblokir suara, tapi bisa mengurangi sebagian besar pengaruhnya..." Yang Jian menghela napas lega.
Kemampuan bertahan hidupnya sangat bergantung pada Wilayah Hantu. Berkat ini, dia berkali-kali selamat dari peristiwa supranatural.
Tapi isolasi Wilayah Hantu pun tidak sepenuhnya efektif.
Baru terisolasi belum semenit, Yang Jian langsung menemukan bahwa tangisan di Wilayah Hantu mulai membesar dengan cepat. Entah apakah dirinya menjadi target Hantu Penangis Makam itu, atau semua orang mengalami hal yang sama. Tangisan ganjil itu memang semakin menguat seiring berjalannya waktu.
"Ka-Kakak, tadi kenapa kau tiba-tiba menghilang? Tempat ini di mana? Aku mau pulang! Aku tidak mau mati di sini! Tangisan itu muncul lagi, sekarang harus bagaimana?"
Zhang Hao di dalam Wilayah Hantu masih belum bisa beradaptasi dengan situasi ini. Mendengar tangisan mengerikan itu, wajahnya berubah karena ketakutan.
Setelah mengalaminya sendiri, baru tahu betapa mengerikannya tangisan ini.
Dua perempuan lainnya hanya saling berpelukan sambil gemetar ketakutan, menunduk dan terisak-isak. Kondisi mental mereka yang belum benar-benar hancur sudah bisa dianggap luar biasa.
"Sepertinya kalian sulit keluar hidup-hidup dari sini. Kalau ada wasiat, segera rekam di ponsel. Di titik kritis ini, nyawa kalian bisa melayang kapan saja. Aku juga tak bisa banyak membantu." Yang Jian melirik sebentar lalu tak menghiraukan lagi.
Tiga orang biasa bisa bertahan sampai sekarang sudah seperti keajaiban.
Setelah menolong sekali pun, beginilah akhirnya.
Tanpa menjadi Pengendali Hantu, sungguh sulit bertahan menghadapi peristiwa supranatural seperti ini. Mungkin mati cepat lebih membebaskan daripada terus-menerus diteror ketakutan dan ancaman.
Tak peduli dengan kondisi mereka, Yang Jian tak sengaja mengusap wajahnya.
Entah sejak kapan, setetes air mata mengalir di pipinya.
Dia menangis.
Pengaruh Hantu Menangis di Makam terhadapnya semakin dalam, bahkan seseorang seperti dia yang mampu mengendalikan bayangan hantu tanpa kepala dan memiliki mata hantu pun tak bisa sepenuhnya menghilangkan efek dari hantu tersebut.
"Lantai kedua Wilayah Hantu."
Yang Jian sama sekali tidak panik. Dia langsung menutupi mata hantu dengan satu telapak tangan, membuat dua mata hantu bertumpuk, lalu mengaktifkan Wilayah Hantu lapis kedua.
Tangisan yang sebelumnya semakin keras kini kembali melemah ke tingkat terendah, suaranya perlahan nyaris tak terdengar, seolah-olah kembali menghilang.
Namun Wilayah Hantu lapis kedua masih belum sepenuhnya mengisolasi, suara tangisan tetap bisa menembus masuk.
Dan tak lama kemudian, situasinya persis seperti saat di lapisan pertama Wilayah Hantu.
Tangisan itu perlahan mulai mengeras lagi.
Seperti kutukan bagaikan jimat pemanggil nyawa, kau bisa melemahkannya dengan berbagai strategi, tapi takkan pernah benar-benar terbebas.
Namun melalui perbandingan antara lapisan pertama dan kedua Wilayah Hantu, Yang Jian menemukan beberapa ciri khusus dari tangisan ini.
"Suara yang mengeras ini disebabkan oleh gaung... Tangisan Hantu Makam tak bisa lenyap secara alami. Ia akan terus-menerus berputar di suatu wilayah, bergema semakin kuat dan mengerikan. Awalnya orang biasa masih bisa bertahan, tapi ketika mencapai ambang batas tertentu, bahkan Pengendali Hantu termasyhur pun tak akan sanggup menahan."
Tatapannya bergetar lemah. Melalui perbandingan suara di dua lapis Wilayah Hantu, dia mulai memahami suatu aturan yang belum terpecahkan.
"Artinya, jika ingin tidak terbunuh oleh tangisan seperti ini, satu-satunya cara adalah melarikan diri secepat mungkin saat tangisan itu mulai terdengar. Selama kau lari cukup cepat, kau bisa keluar dari area pengaruh tangisan ini dan hampir mustahil untuk dibunuh."
"Jika berada di luar, Yang Jian pasti sudah kabur sebelum Hantu Penangis ini mulai menangis."
"Tapi di sini sepertinya bukan dunia yang dia kenal. Bagaimana jika dia turun dari bus sekarang, lalu busnya pergi? Bisa-bisa dia terperangkap selamanya di tempat ini."
"Pilihan seperti ini hanya bisa dilakukan dalam kondisi terjepit sama sekali, tidak boleh dianggap sebagai prioritas utama."
"Kalau tidak bisa kabur dari suara, berarti kita harus mengisolasi suaranya." Yang Jian mencoba menutupi kedua telinganya.
Dengan cara yang paling sederhana dan konvensional.
Tapi efeknya hampir tidak ada. Menutup telinga juga tidak bisa sepenuhnya memblokir tangisan yang semakin menguat ini. Tangisan yang terus bertumpuk ini, meski awalnya hanya sedikit, akan semakin kuat seiring waktu. Lagipula menutup telinga memang tidak bisa benar-benar memblokir suara, kecuali... jika seseorang tuli.
Memikirkan hal ini, Yang Jian segera melakukan percobaan.
Dia langsung mengendalikan Bayangan Hantu untuk menyerang telinganya sendiri, sengaja membuat dirinya tuli sementara.
Untungnya, belakangan ini dia membaca beberapa buku bedah kedokteran. Yang Jian tahu bagian tubuh mana yang harus dipengaruhi untuk menyebabkan tuli tanpa merusak otak. Dia tidak berani main-main dengan kepalanya sendiri - bagaimana jika dia malah membunuh dirinya sendiri? Itu akan jadi tragedi.
Kedua telinganya tersumbat rapat, Yang Jian langsung mengalami ketulian sementara.
