Meski harga menggunakan lemari hantu sangat mahal, efek mahakuasa ini membuat Yang Jian menyadari nilai luar biasa yang terkandung di dalamnya.
Berbeda esensinya dengan kertas kulit manusia.
Kertas kulit manusia memberikan petunjuk informasi, sedangkan lemari hantu ini bisa mewujudkan keinginanmu.
Setelah mempertimbangkan matang-matang, Yang Jian tidak menyegel lemari hantu itu maupun membuangnya. Dia menempatkan benda ini di lantai tertinggi menara jam bergaya Eropa dekat rumahnya.
Lantai ini tidak bisa diakses siapapun, bahkan dengan menaiki tangga pun hanya sampai lantai di bawahnya.
Ditambah lagi saat dia berada di lantai lima, posisi ini bisa dia pantau sehingga bisa mengawasi kondisi lemari hantu kapan saja.
Namun sebelum pergi, Yang Jian memutuskan untuk melakukan satu transaksi terakhir.
『Dia kali ini sudah belajar, tidak lagi menggunakan Zhao Lei sebagai transaksi, melainkan menulis di kertas:』
『Di mana lokasi Zhao Lei, teman sekelasku saat ini?』
Transaksi langsung dengan seorang manusia, bahkan hantu, tentu membutuhkan pengorbanan besar. Tapi jika hanya menanyakan lokasi Zhao Lei secara spesifik, pengorbanan ini mungkin masih dalam batas toleransi, sekalipun harus dilakukan dua kali.
Permintaan tersebut disampaikan ke guì chú melalui kertas.
Seketika, kertas berisi syarat jatuh melalui celah pintu kabinet bawah dan mendarat di lantai.
『Berikan aku seekor hantu』
Tulisan cakar ayam di kertas itu menunjukkan permintaan guì chú.
Yang Jian tidak terlalu terkejut melihat syarat ini.
Selain itu, syarat ini masih dalam kapasitasnya karena guì chú tidak menspesifikasikan jenis, bentuk, atau tingkat hantu yang diminta. Ini memberi ruang manuver luas - mungkin bisa memberikan hantu paling tidak berharga yang mudah dikurung untuk menyelesaikan transaksi.
Setidaknya, di tangannya sudah ada beberapa hantu.
Tapi yang layak dijadikan transaksi sepertinya hanya tali hantu dan kerangka hantu.
Tali hantu tidak bisa, terlalu sayang. Benda ini cukup berguna, beberapa kali menyelamatkannya di momen genting. Tali hantu yang bisa menyerang tak terduga setelah dibangkitkan ini sering membantu di berbagai situasi.
Kerangka hantu adalah hasil dari tubuh Wang Xiaoqiang, saat ini dikurung di ruangan setelah berhasil dibatasi.
“Tidak bisa juga, kerangka hantu termasuk kategori hantu yang spesial. Bisa langsung menciptakan seorang Pengendali Hantu secara artifisial. Kalau ditransaksikan langsung akan terlalu merugi.” Yang Jian merenung sejenak, untuk sementara memutuskan tidak menggunakan hantu di tangannya sebagai alat transaksi.
Harus mencari cara untuk mendapatkan hantu tidak penting dari sumber lain.
Sayangnya jaringan informasinya tidak cukup luas. Kalau tidak, sebenarnya memakai uang untuk mengakuisisi satu hantu pun bukan masalah. Lagipula di pasar gelap, hantu yang sudah dibatasi selalu menjadi objek transaksi utama. Asalkan bisa membayar harganya, membeli seekor hantu bukan hal sulit.
Saat ini, Yang Jian juga memiliki dana pembelian yang cukup.
"Cari cara lain saja."
Setelah mengamati kertas ini beberapa lama, Yang Jian menyadari lemari hantu tidak menunjukkan aktivitas. Tampaknya saat giliran manusia bertransaksi, tidak masalah jika tidak menyelesaikan syaratnya. Namun ketika giliran lemari hantu mengajukan persyaratan, terasa aroma pemaksaan - jika tidak dipenuhi akan terjadi fenomena angker.
Perjalanan kacau ini berlangsung hampir seharian.
Masalah utamanya belum terselesaikan, malah bertambah satu fenomena misterius baru.
Setelah meninggalkan menara jam tempat lemari hantu itu disimpan, Yang Jian kembali ke tempat tinggalnya.
Saat itu ia melihat sebuah taksi terparkir di depan pintu. Zhang Liqin yang sebelumnya menghilang sedang sibuk mengangkut koper-koper masuk ke dalam rumah.
"Sejak kapan kau datang?" tanya Yang Jian.
Zhang Liqin yang melihat kedatangan Yang Jian langsung berseri-seri: "Baru sampai. Membawa beberapa barang dari rumah. Tidak tahu mau menginap di mana, jadi mampir ke sini. Mau numpang tinggal beberapa waktu, kau tidak keberatan kan?"
"Sampai di sini," dia merapikan rambut di dekat telinganya, wajahnya memerah dengan rasa malu.
Meski bilangnya cuma menginap beberapa waktu, sebenarnya rencananya adalah mempertahankan hubungan tak jelas dengan Yang Jian.
Yang Jian berkata: "Ruangan kosong juga percuma. Kalau mau menginap silakan, tapi urusan kebersihan jadi tanggung jawabmu. Tante Jiang itu malas, seharian cuma nonton TV atau main ponsel. Jangan-jangan kau juga begitu?"
"Tidak, aku akan bersihkan semuanya rapi-rapi." Zhang Liqin menghela napas lega sambil tersenyum menjawab.
"Bagus. Perlu bantuan pindahin barang?" tanya Yang Jian.
Zhang Liqin menyahut: "Bantu angkat koper ini ke dalam. Terlalu berat untukku."
Tanpa banyak bicara, Yang Jian mendekat dan mengangkat koper itu dengan mudah.
Zhang Liqin berbisik mendekat: "Mulai sekarang aku orangmu. Kau harus lebih baik padaku."
"Aku sudah menyelamatkanmu dua tiga kali. Masih kurang baik?"
Yang Jian membalas bertanya: "Pria lain mana sanggup? Ayah kandungmu pun mungkin tak bisa. Mau apalagi? Jangan manja. Ikut aku bukan kontrak perbudakan. Kalau tak suka, silakan pergi. Jaman sekarang suami-istri bercerai saja biasa, apalagi pasangan kekasih seperti kita."
"Pantasan kau tak punya pacar!" Getah perasaan tulus yang susah payah dikumpulkan Zhang Liqin langsung buyar ditembus ucapan itu.
"Tekanan dalam pekerjaan kami sangat besar, bisa mati kapan saja. Buat apa memikirkan pacar? Sekalipun jalin hubungan, akhirnya bisa jadi milik orang lain. Parahnya, setelah mati malah dapat tudung hijau." Kata Yang Jian.
Zhang Liqin tersedak bicara. Kini dia sedikit memahami perasaan Jiang Yan. Pria muda ini bukan hanya rendah kecerdasan emosional, tapi sama sekali belum tercerahkan. Kalau bukan karena waktu itu secara tidak jelas dipeluknya dan dibawa ke kamar, dia curiga orientasi seksual pria ini.
"Pokoknya ke depannya jangan usir aku lagi. Aku benar-benar tidak punya tempat lain selain di sini." Dia melirik kesal, sambil menyeret koper masuk melalui pintu.
Melihat penampilannya, Yang Jian merasa dia seperti bertengkar dengan keluarga lalu kabur dari rumah.
Tapi urusan pribadi orang lain tak pernah dia selidiki.
Sudah dewasa semua, memilih gaya hidup seperti apa itu hak prerogatif masing-masing.
"Hmph～!"
Begitu masuk, Jiang Yan yang berada di ruang tamu langsung mendengus dingin penuh ketidakpuasan ke arah Zhang Liqin.
Dia tidak bodoh. Sudah lama menyadari Zhang Liqin ini agak ngejar-ngejar Yang Jian. Makanya tiap ada masalah selalu ke sini. Ini kan bukan rumahnya. Hari ini dari gayanya seperti mau pindah masuk.
Ke depannya pasti bakal pusing kepala.
Belum berhasil menggaet Yang Jian, sudah dapat rival baru.
Soal apakah ada hubungan antara Zhang Liqin dan Yang Jian, Jiang Yan sama sekali tidak mencurigainya.
Pria ini sudah hampir sebulan tidur sekamar dengannya, tapi cuma bisa menyikutnya jatuh dari ranjang. Tidak pernah melakukan hal layaknya seorang suami. Entah seberapa besar pengaruh Hantu padanya, sampai tidak tertarik pada kecantikannya yang secantik bunga.
“Kalau hidungmu tidak nyaman, sebaiknya pergi ke rumah sakit untuk diperiksa.”
Yang Jian berkata: “Ngomong-ngomong, perkenalkan ini Zhang Liqin, kau sudah kenal. Setelah situasi di Kota Dachang memanas, dia tidak punya tempat tinggal. Untuk sementara dia tinggal di sini. Nanti ketika perusahaan saya buka, dia akan jadi sekretarisku. Aku kasih tahu dulu biar kau tidak mengkritik lagi.”
“Aku tidak akan bertengkar denganmu.” Jiang Yan melirik, dalam hati menambahkan: Kalau bertengkar pun pasti dengan Zhang Liqin ini.
“Ngomong-ngomong, ada satu hal yang mungkin bisa kalian bantu.” Yang Jian duduk di sofa, mengeluarkan sebuah piring dan meletakkannya di meja teh: “Apa ada cara untuk meneliti tahun pembuatan dan asal produksi piring ini?”
Ini adalah piring dari semangkuk nasi goreng telur di lemari hantu itu.
Jika bisa melacak sumbernya, mungkin kita bisa lebih memahami rahasia lemari hantu tersebut.
“Kita bisa bayar untuk uji material, langsung bisa ketahuan bahan dan tahun pembuatannya.”
Jiang Yan melihat sekilas lalu langsung berkata: “Nanti aku bawa ke lembaga sertifikasi untuk diperiksa.”
Zhang Liqin yang sedang duduk merapat di samping Yang Jian mulai memeriksa: “Pola hiasan di piring ini tidak seperti keramik gaya modern. Dulu waktu masih jualan mobil, aku kenal kolektor barang antik. Nanti aku foto beberapa sudut dan kirim ke dia untuk dicek.”
“Cepat selesaikan, aku hanya mau hasil akhirnya.” Yang Jian bersandar sambil mengayunkan tangan, tak peduli dengan prosesnya.
“Kalau begitu malam ini juga akan kuhubungi.”
Melihat urusannya mendesak, Zhang Liqin langsung mengambil ponselnya memotret piring itu, bersiap menghubungi pedagang antik tersebut.
Yang Jian memandangi, di hatinya tak bisa menahan decak kagum. Ada orang yang menguruskan urusan untuk diri sendiri memang menyenangkan.
Pantas saja semua orang ingin menjadi bos.
Namun hal ini semakin menguatkan tekadnya untuk mendirikan perusahaan.
Ingat, di kompleks perumahan Zhang Han masih menganggur, setiap hari memeluk anak kecil sambil menarik istrinya jalan-jalan. Ini adalah orang yang bisa mengendalikan dua hantu! Membiarkannya tak digunakan sungguh disayangkan.
Hm.
Ajak dia bergabung, hitung dia sebagai satu bagian.
Ayah Wang Shanshan, Wang Bin, sebelumnya sepertinya bekerja sebagai manajer. Bertindak sangat profesional. Sekarang menganggur di rumah, lebih baik ajak dia.
Semakin direnungkan, pemikiran ini semakin matang.
Rasanya jika anggota dikumpulkan, hampir bisa terlaksana.
