Saat Zhang Gao membawa Yang Jian ke sebuah tenda darurat, mereka melihat Xiong Wenwen si anak bandel sedang asyik bermain game ponsel.
"Dasar sampah pengecut! Serbu! Ikut aku nyelonong, tower dive! Gelombang ini bisa membunuh!"
"Sial! Aku sendiri 1 vs 3 di sini, kalian sampah malah sibuk last hit. Suka last hit mending main vs robot!"
"Makan tai kau! Jangan sampai ketemu lagi, nanti kubantai keluargamu!"
"Xiong Wenwen bermain game dengan temperamen yang sangat berangasan, anak berusia sekitar sepuluh tahun ini benar-benar tidak menghargai siapa pun, melawan bulan dan bumi, tidak tahu bagaimana anggota tim yang bermain bersamanya bisa tahan dengan pemain profesional yang suka mencaci seperti ini."
"Xiong Wenwen, Yang Jian sudah sampai." Zhang Gao membuka mulut mengingatkan.
"Diam, tidak lihat aku sedang main game?" Xiong Wenwen menunduk sambil memarahi tanpa mengangkat kepala.
Zhang Gao adalah orang dewasa, secara alami tidak akan mempermasalahkan anak kecil. Ia menoleh berkata: "Yang Jian, sekarang Xiong Wenwen diserahkan padamu, maksud atasan sangat jelas. Jika peristiwa di Kota Zhongshan tidak bisa diselesaikan, sebisa mungkin jamin dia keluar hidup-hidup. Dia penting."
"Dia belum cukup penting, setidaknya atasan bersedia melepasnya keluar kan?" Yang Jian berkata tenang: "Jika sesuai pemikiran Wang Xiaoming, selama bisa menyelesaikan peristiwa supranatural di Zhongshan, mungkin mengorbankan anak bandel ini pun layak."
Zhang Gao menangkap makna tersirat dalam perkataan Yang Jian ini.
Asalkan Yang Jian bisa menyelesaikan peristiwa Zhongshan, apakah Xiong Wenwen bisa bertahan hidup sudah tidak penting lagi.
Dengan kata lain, di mata Yang Jian, Xiong Wenwen bukanlah eksistensi yang tidak bisa dibuang.
"Tapi hasil yang sempurna adalah yang terbaik, lagipula kau yang turun tangan sendiri, tidak boleh mencoreng julukan Polisi Mata Hantu-mu kan?" Zhang Gao tersenyum getir, sambil sedikit menjilat Yang Jian.
“Coba saja, sebagai seorang Paduka, melindungi anak kecil masih perlu, tapi kalau kau mau aku membawa pulang Xiong Wenwen dalam keadaan utuh, itu tidak bisa kujamin.” Yang Jian tidak menerima pujian itu, hanya memandangnya dengan tenang: “Dalam menghadapi peristiwa supranatural, situasi apa pun bisa terjadi, bahkan aku sendiri kalau tidak hati-hati bisa terjatuh.”
“Jika atasan tidak tega melepas, Xiong Wenwen bisa ditarik kembali.”
“Yang Jian, kau sedang bercanda. Atasan sudah mengatur Rencana dukungan ini, mana bisa diubah sembarangan.” Zhang Gao menggelengkan kepala, tidak berani mengambil keputusan besar seperti itu.
Kalau sampai penarikan Xiong Wenwen menyebabkan kegagalan operasi dan memicu konsekuensi serius, dihukum tembak seratus kali pun tidak akan cukup baginya.
“Jika begitu, mari kita singkat pembicaraan. Siapkan mobil untukku, sebaiknya pick-up supaya praktis mengangkut mayat. Blokir Hotel Kaiser beserta wilayah sekitarnya, larang siapa pun masuk atau keluar. Perintahkan orang untuk terus memantau kepala manusia yang mengambang di atas kota, secepatnya buat grafik pengenalan wajah untuk mengidentifikasi korban. Jika ada korban tak dikenal, segera laporkan padaku.”
Yang Jian menyembunyikan amarahnya, lalu memberi perintah dengan tegas dan serius.
“Akan segera kulaksanakan.” Zhang Gao segera menjawab: “Ada permintaan lain?”
“Sementara tidak. Jika ada, Operatorku akan menghubungimu.” Kata Yang Jian.
“Aku akan mempersiapkan.” Zhang Gao langsung berbalik badan pergi.
Yang Jian mendekati Xiong Wenwen yang sedang asyik bermain ponsel, merebut ponsel di tangannya: “Berhenti main, siap mulai bekerja.”
"Siapa kau ini..." Xiong Wenwen langsung memarahi saat ponselnya dicuri, tapi begitu melihat Yang Jian di depannya, ia langsung mengkerutkan leher ketakutan: "Kok cepat sekali kau datang?"
Saat di Kota Dachang dulu, anak bandel ini sangat gentar pada Yang Jian, entah apa alasannya.
"Situasi darurat, tentu harus segera datang," Yang Jian membuka mulut: "Kau tidak ingin peristiwa Dachang terulang lagi kan? Lagi pula, selama kau main game ini, siapa tahu sudah berapa orang tak bersalah yang mati di Kota Zhongshan."
"Sejak kapan kau jadi tinggi mulia begini." Xiong Wenwen mencibir.
Meski masih anak-anak, ia tidak percaya Yang Jian adalah orang baik penanggung jawab macam itu. Saat rapat di Dachang dulu, ia langsung menangkap dan menjual Pengendali Hantu bernama Lin Long.
Yang Jian berkata: "Sementara misi sudah diterima, kalau bertele-tele malah jadi bahan lelucon. Mending dari awal jangan terima. Aku ini orang yang sangat menepati janji, sejak debut selalu adil dan merata."
Meski hanya basa-basi, tapi ucapannya tidak salah.
Tujuan sejatinya tentu ingin segera menyelesaikan masalah Zhao Lei sebelum hantu itu berkembang.
"Udah, cerewet banget ngomong omong kosong tentang tanggung jawab, menyelamatkan orang, dedikasi. Aku bosan dengar! Intinya kan cuma bentuk tim bersama untuk memburu hantu. Aku nggak takut! Ayo, berangkat!" Xiong Wenwen bangkit dari kursinya, melambaikan tangan kecil penuh vitalitas.
“Harusnya kau disebut kenekatan khas anak muda, atau kebodohan adalah berkah.” Yang Jian merasa agak geli melihat sikapnya yang seperti sedang main game untuk membasmi monster dan naik level.
“Aku tak tahu apa itu kenekatan anak muda, yang kuketahui pemenanglah yang jadi raja.” Xiong Wenwen mendengus: “Dengan kehadiran Kakak Xiong ini, semua hantu dan setan akan mati semua.”
“Jangan bilang aku tidak memperhatikanmu, apapun situasinya ikuti saja aku, aku bisa membuatmu bertahan hidup.” Yang Jian membuka mulut.
Begitu situasi berubah, dia bisa menggunakan Wilayah Hantu untuk mengirim si anak bandel ini langsung keluar dari Kota Zhongshan.
Meski jalan mundur sudah direncanakan, Yang Jian tidak bisa menjamin dia pasti akan tetap utuh.
“Ngerti.” Xiong Wenwen memandangnya, kali ini langka tidak membantah sama sekali.
Saat itu Zhang Gao kembali: “Mobil sudah siap, area sekitar Hotel Caesar sudah dijaga, konfirmasi identitas jenazah sudah dilakukan sebelumnya, diperkirakan beberapa hari lagi akan ada hasil.”
“Bagus, mari berangkat.” Yang Jian mengangguk.
“Perlu sopir? Kalian tidak familiar dengan Kota Zhongshan.” Zhang Gao tiba-tiba bertanya lagi.
“Tidak perlu, aku dan Xiong Wenwen saja yang pergi.” Yang Jian tak menoleh sedikitpun.
Sekarang dia harus meminimalisir kontak dengan orang asing sebisa mungkin.
Tak lama kemudian.
Sebuah pick-up dikemudikan Yang Jian, membawa Xiong Wenwen mengikuti navigasi langsung menuju arah Hotel Caesar di Zhongshan.
“Menurutmu, apa hantu itu benar-benar bersembunyi di hotel itu?” Di dalam mobil, Xiong Wenwen membuka jendela dan menjulurkan kepalanya melihat ke langit.
Masih bisa dilihat kepala-kepala manusia mengambang di udara, berkeliaran ke mana-mana.
"Peristiwa balon kepala manusia dan hotel tempat Tong Qian hilang belum tentu merupakan peristiwa supranatural yang sama. Lagipula, kepala Tong Qian tidak muncul di langit kota ini. Tapi aku harus menyelesaikan masalah hotel ini dulu," kata Yang Jian santai.
"Aku tahu, kau pasti suka sama Tong Qian itu dan ingin menyelamatkannya. Sudah kuduga! Waktu rapat kemarin, Tong Qian terus memandangimu. Sudah jelas kalian punya hubungan khusus."
Xiong Wenwen berkata: "Pantasan nggak mau dijodohin sama ibuku. Ternyata kau suka yang pakai seragam."
"Anak kecil tahu apa," kata Yang Jian sambil menepuk dahi bocah itu.
"Aku tahu segalanya! Pikiran kotor kalian orang dewasa gampang ditebak," sanggah Xiong Wenwen dengan sikap membangkang.
Yang Jian memilih tidak melanjutkan obrolan dengan si anak bandel ini agar pikirannya tidak terganggu.
Karena jalanan sudah diatur lalu lintasnya, perjalanan mereka berlangsung lancar tanpa hambatan.
Tak lama kemudian, bangunan megah bergaya Eropa terlihat di kejauhan. Sekelilingnya telah dipasangi beberapa lapis batas pengaman yang melarang kendaraan maupun pejalan kaki masuk.
Tong Qian terjebak di hotel ini. Pasti ada masalah serius di sini. Isolasi adalah solusi paling aman.
Selain itu, peristiwa mirip balon kepala manusia diduga pertama kali muncul dari hotel ini.
Bunyi rem terdengar menggering.
Pick-up Yang Jian langsung berhenti di depan pintu hotel.
Sambil membawa tas mayat, saat baru turun dari mobil bersama Xiong Wenwen, mata mereka tertumbuk pada dua sosok yang sedang duduk di tangga hotel. Ekspresi mereka seperti tertawa namun bukan tertawa saat memandang ke arah mereka.
“Kukira kau tidak akan datang hari ini, ternyata cukup tepat waktu. Kau mengajukan permindahan dari kami ke atasan, kenapa? Ingin mengeruk semua jasa sendirian? Bahkan Xiong Wenwen dibawa, markas benar-benar pilih kasih.” Yang membuka mulut adalah seorang pria muda awal dua puluhan dengan wajah pucat, menunjukkan ketidaksenangan.
"Guo Fan?" Wajah Yang Jian memerah gelap.
Kemudian matanya beralih ke pria paruh baya yang sedang menghisap rokok di tangga.
Ternyata Feng Quan yang dulu ia selamatkan dari Desa Huanggang.
Dua orang yang seharusnya dipindahkan dari hotel ini ternyata sudah menunggu lebih dulu.
Apa maksud semua ini?
Ekspresi Yang Jian berubah-ubah tak menentu.
